Share

Bab 6

Author: Lusia Sudarti
last update Huling Na-update: 2024-09-30 11:53:08

6. Suami Penggantiku Kakak Iparku

Kedatangan Sadewa

Penulis : Lusia Sudarti

Part 6

"Oh iya Mbak ... Nay tadi rasanya mau mencabik-cabik wajah si Saskia itu lho!" ucap Naysila dengan suara ketus.

"Enggak boleh begitu dong Adik Mbak yang cantik. Biarin aja Saskia mau berbuat apa, bilang apa, kita gak usah melayaninya," Layla menasihati adiknya dengan lembut.

Sementara motor mereka memasuki sebuah bangunan panti asuhan yang sebagian bangunannya mulai rapuh, dan sebagian dalam tahap pemugaran.

"Ayo turun Dek, kita sudah sampai!" seru Layla, ia berhenti di panti asuhan yang berhadapan langsung dengan pesantren.

"Aduh ... selamat datang ustadzah Layla," seorang wanita paruh baya menyambut mereka dengan senyuman yang merekah menghiasi wajahnya yang masih nampak ayu.

"Assalamu'alaikum," sapa Layla, ia mencium takzim punggung tangan Ibu panti Ibu Aisyah.

"Waalaikum salam cah ayu," jawab Ibu Aisyah sembari mengulas senyum.

"Mari cah ayu kita masuk, kebetulan Anak-anak sedang berkumpul di dalam," sambung beliau. Wanita berparas ayu meski usianya tak lagi muda. Namun garis-garis kecantikannya tetap bersinar.

"Mari Bu," jawab Layla, sembari menggenggam tangan Naysila.

"Ini Naysila itu ya?" tanya Bu Aisyah.

"Iya Bu, sekarang udah remaja. Tahun ini masuk SMA," jawab Layla sambil tersenyum.

"Alhamdulilah. Sekarang semakin cantik, kalian berdua bagai pinang dibelah dua," puji Ibu Aisyah.

"Ayo duduk dulu, kalian pasti lelah sehabis melakukan perjalanan jauh," Ibu Aisyah membawakan minuman dingin dan beberapa cemilan.

"Ini diminum dulu, untuk menghilangkan dahaga kalian," sambung beliau.

"Iya Bu," jawab Layla dan Naysila serentak.

Mereka menyesap minuman masing-masing hingga tersisa separuhnya.

"Alhamdulilah," ucap Layla.

Ibu Aisyah menemani mereka berbincang.

"Jadi, Nak Layla akan melanjutkan kuliah dimana?" tanya beliau.

"Layla melanjutkan kuliah di kota ini Bu, mengambil jurusan ekonomi aja," Layla menjawab sambil tersenyum.

"Oh bagus itu, jadi masih tetap mengajar Anak-anak mengaji ya," jawab beliau.

"Kalau Naysila melanjutkan SMA dimana?" tatapan beliau beralih kepada Naysila yang tersenyum malu.

"Di SMA Mbak Layla Bu," jawabnya.

"Oh iya, pilih yang deket aja ya Nak."

"Iya Bu," jawab mereka serentak.

Setelah sedikit berbincang Layla mengajar BTA kepada seluruh Anak-anak panti dan dibantu oleh Naysila.

🌺🌺🌺🌺

Dua jam berlalu, Layla dan Naysila sudah selesai mengajar, mereka pun pamit pulang.

"Kami permisi pulang dulu ya Bu," ujar Layla sambil mencium tangan Ibu panti.

Dan Anak-anak panti asuhan menjabat tangan Layla dan Naysila, mereka harus kembali ke kamar masing-masing.

"Iya Nak, hati-hati di jalan ya, salam buat Ibu kalian," jawab beliau.

"Iya Bu, waalaikum salam, nanti saya sampaikan, dan ini ada titipan dari beliau. Dan ini dari kami berdua," jawab Layla ia memberikan amplop kepada Ibu panti.

"Alhamdulillah terimakasih Nak. Dan sampaikan terima kasih Ibu kepada beliau. Semoga Allah melipatgandakan Rizqi Nak Layla dan sekeluarga, dan diijabah semua doa-doanya amin."

"Amin ... terimakasih Bu, kami pamit Assalamu'alaikum," sahut Layla.

"Waalaikum salam, hati-hati Nak," jawab Ibu Aisyah mengantarkan Layla hingga halaman.

Sementara itu di rumah kediaman Layla. Sadewa bertolak kerumah kediaman Layla.

"Assalamu'alaikum."

Sadewa berdiri di ambang pintu kediaman Layla.

Anjar Ibunda Layla mendengar suara seseorang yang mengucapkan salam dari rumah utama.

Ia bergegas menghampirinya.

"Waalaikum salam, cari siapa Nak?" tanya Anjar karena ia belum melihat wajah orang yang bertamu.

"Subhanallah. Nak Sadewa ya? Ayo masuk nak!" Anjar mempersilahkan Sadewa untuk masuk, ia membuka pintu.

"Ayo duduk Nak, sebentar Ibu ke dapur dulu ya."

"Iya Bu, terimakasih!" sahut Sadewa sembari menjatuhkan bobotnya di kursi sofa yang empuk meskipun telah sedikit usang.

'Masih seperti dahulu, tetap bersih dan rapi," gumam Sadewa.

Anjar kembali dari dapur membawa makanan kecil dan jus mangga segar.

"Ayo di minum Nak, hanya alakadarnya," ujarnya. Sembari menaruh makanan kecil ke atas meja, dan bakinya di taruh di bawah meja.

"Iya Bu terima kasih," Sadewa tersenyum.

"Oh iya Bu, Layla belum kembali?" tanya Sadewa sambil menyesap jus mangga.

"Minum Bu."

"Iya Nak silahkan, Layla belum pulang. Mungkin masih dalam perjalanan.

Biasalah Nak, Layla mengajar BTA di panti," jawab Anjar, ia mengulas senyum.

"Oh iya Bu, saya sudah tau sejak dahulu."

"Begini Bu, saya datang kemari khusus untuk bertemu Ibu," jawab sopan dan hati-hati.

Anjar menatap Sadewa.

"Oh iya, ada apa ya nak? Kok Ibu jadi was-was, apakah anak Ibu membuat kecewa atau kesalahan," tanya Anjar dengan rasa khawatir.

"Oh tidak Bu. Justru saya datang kemari meminta restu, untuk menjadikan Layla kekasih saya, dan saya mohon doa Ibu karena saya akan mengikuti pendidikan sebagai pilot," sahut Sadewa sembari menunduk.

"Masya Allah. Sebagai seorang Ibu, Ibu hanya mampu memberikan restu. Dan semoga apa yang Nak Sadewa niatkan di ijabah oleh Allah SWT. Amin."

"Amiin ya robbal alamin, sebentar ya Bu!" Sadewa beranjak. Ia melangkah menuju mobilnya yang terparkir di jalan di depan rumah Layla.

Ia mengambil paper bag dan plastik besar. Lalu kembali menuju kediaman Layla kembali.

"Ini Bu oleh-oleh dari Mama, beliau menitip salam buat Ibu," Sadewa meletakkan paper bag dan plastik di atas meja.

"Ya Allah Nak, kenapa mesti repot-repot. Waalaikum salam, salam kembali buat beliau ya?" jawab Anjar dengan tersenyum.

"Iya Bu," jawab Sadewa sopan, ia kembali ke tempat duduknya semula.

"Ayo di cicipi kuenya."

Sadewa meraih puding ubi ungu terlihat sangat menggoda.

"Wah Bu, manis dan kenyal pasti Ibu pandai memasak dan membuat kue," puji Sadewa.

"Alhamdulillah Nak hanya masakan kampung yang bisa Ibu masak," ujar Anjar merendah.

Sadewa tersenyum inilah salah satu alasannya menyukai keluarga Layla. Meskipun bukan orang berada, namun kehangatan keluarga yang mereka miliki tak dimiliki sebagian keluarga yang lain.

Di halaman terdengar deru mesin kendaraan bermotor dan berhenti tepat di teras rumah.

Anjar dan Sadewa mendengar kedatangan mereka.

"Itu Layla dan Naysila!" seru Anjar sembari berdiri menyambut kepulangan anaknya.

"Assalamu'alaikum Bu," Layla dan Naysila serentak mengucapkan salam.

"Waalaikum salam," jawab Anjar dan Sadewa pun serentak.

Layla dan Naysila memasuki rumah. Ia tertegun melihat Sadewa, ternyata benar dugaannya, ketika melihat mobil parkir di depan rumahnya.

Layla mencium punggung tangan Ibunya, pun dengan Naysila melakukan hal yang sama.

Kemudian ia pun mencium punggung tangan Sadewa dengan wajah memerah karena malu dan canggung.

"Anak-anak Ibu udah pada pulang," ujar Anjar dengan raut wajahnya yang nampak sangat bahagia.

"Iya Bu, Layla sama Adik mampir mengajar di panti terlebih dahulu," jawab Layla. Wajahnya bersemu merah kala tatapannya bertemu dengan tatapan Sadewa.

"Ya sudah Ibu mau jaga warung dulu, Ibu tinggal dulu ya Nak!" pamit Anjar sembari membawa oleh-oleh dari keluarga Sadewa ke dapur.

"Mas, Mbak! Nay masuk dulu ya?" pamit Naysila kepada mereka berdua.

"Iya Dek nanti kita sholat berjamaah ya? Imamnya Mas Sadewa," ujar Layla.

Naysila mengangguk lalu melangkah masuk.

Sadewa tersenyum mendengar ucapan Layla, mereka saling tatap. Layla menundukkan kepala karena malu.

Hatinya berbunga-bunga, begitu pun yang di rasakan oleh Sadewa.

Ia merasakan kebahagiaan karena akhirnya ia berhasil menjadikan Layla kekasihnya yang kelak akan dinikahinya.

Ia mengalahkan pesaing-pesaingnya di sekolah, bukan hanya dirinya yang ingin mendapatkan cinta Layla.

Layla adalah primadona di sekolah.

Hanya saja ia berasal dari keluarga sederhana.

"Mas ... kok melamun sih, inget Saskia ya?" tanya Layla sembari bersungut.

Sadewa tersentak ...!

Namun kemudian ia terkekeh mendengar ungkapan Layla yang bernada cemburu.

"Astaghfirullah, hehehe. Mas melamunin kamu bukan Saskia," jawab Sadewa seraya tersenyum.

Layla menunduk menyembunyikan senyum dan debaran hatinya mendengar ungkapan dari Sadewa.

"Yang bener aja Mas," cibirnya.

"Demi Allah, disini hanya ada nama Layla yang terpatri!" sahut Sadewa menunjuk dadanya.

"Gombal. Layla gak percaya Mas," kilahnya sembari memalingkan wajahnya karena malu.

"Ya sudah kalau gak percaya," jawab Sadewa pura-pura marah.

(Bersambung)

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Suami Penggantiku Kakak Iparku   Bab 76

    76. Suami Penggantiku Kakak IparkuDokter Larasati Menelpon Rangga.Penulis : Lusia Sudarti Part 76"Duduklah, Bik! Ada yang akan saya sampaikan kepada Bibik! Perihal Ratna," ucap Rangga pelan, namun tegas.Bik Ijah patuh pada perintah Majikannya, beliau segera menduduki kursi yang ada di depan Rangga. Dengan wajah tegang bercampur penasaran, Bik Ijah memberanikan diri menatap Rangga. Rangga menatap lembut wanita paruh baya berwajah teduh tersebut sembari menghela nafas perlahan. "Begini, Bik! Sebetulnya Ratna tertabrak mobil yang saya kendarai pada malam pengejaran mafia yang melarikan diri!"Bik Ijah terhenyak mendengar penuturan Rangga, hingga kedua netranya membola dengan bibir ternganga."Astagfirullah ... kenapa bisa sampai tertabrak Pak? Pasti Ratna bikin ulah lagi!" serunya tertahan. Rangga terdiam sesaat, kemudian meraih kopinya dan di sesapnya. "Kalau masalah itu, saya tidak tahu, Bik! Silahkan Bibik tanyakan langsung padanya."Bik Ijah menunduk sesaat, kemudian menatap R

  • Suami Penggantiku Kakak Iparku   Bab 75

    75. Suami Penggantiku Kakak Iparku Anjasmara.Penulis : Lusia Sudarti Part 75Wajah Layla bersemu merah mendengar ucapan suaminya. "Ihh ... mulai deh." Layla sedang bercengkrama dengan Rangga di balkon kamarnya. Mereka memandang suasana malam yang indah. Rembulan bersinar redup, bintang bertaburan di langit malam dan menambah suasana menjadi lebih syahdu. Layla menyandarkan kepalanya di bahu sang suami. Tak dapat di pungkiri, jika hidupnya kini lebih bahagia, lebih berwarna.Usia pernikahannya dengan Rangga hampir berjalan selama delapan bulan."Mas ... jadi bagaimana dengan Ratna! Apakah akan tinggal disini bersama kita? Atau dipulangkan kembali ke kediamannya?" tanya Layla sembari mendongak, menatap Rangga. Rangga mengusap lembut kepala Layla yang tidak memakai hijab. "Kita lihat dulu, Sayang! Apakah sikap Ratna akan berubah atau malah sebaliknya."Layla kembali menatap gemerlap lampu kota yang nampak sangat indah dari kejauhan. Angan-nya berkelana entah kemana. Hatinya bimbang

  • Suami Penggantiku Kakak Iparku   Bab 74

    74. Suami Penggantiku Kakak Iparku Rangga Pulang Bersama Ratna.Penulis : Lusia Sudarti Part 74Ratna terhenyak saat melihat Rangga menghampirinya. "Ba--Bapak!"===========Rangga mengendarai mobilnya, membelah jalan raya. Sementara di jok tengah, Ratna hanya mampu terdiam! Hatinya sangat ketakutan! Ya ... bagaimana tidak! Ratna membuat ulah di hari pertamanya bekerja di rumah majikan budenya.Ratna hanya mampu tertunduk, dan sepintas lalu menatap Rangga yang fokus di belakang kemudi."Kalau boleh tahu, kenapa kamu berkeliaran hingga dini hari?" tanya Rangga memecah keheningan. Rangga menatap Ratna dari kaca spion.Ratna terkejut mendengar pertanyaan dari Rangga, dan seketika wajahnya bertambah pias. Dia memberanikan diri untuk menatap Rangga. "Sa--saya ... pulang be-bekerja. Iya saya pulang bekerja, Pak!" jawabnya terbata.Rangga menautkan kedua alisnya. "Bekerja? Pekerjaan yang bagaimana? Setahu saya. Karyawan atau pegawai, pulangnya tidak selarut itu! Meskipun ada, hanya untuk k

  • Suami Penggantiku Kakak Iparku   Bab 73

    73. Suami Penggantiku Kakak Iparku Arjun Dan Budi berhasil di ringkus.Penulis : Lusia Sudarti Part 73(Baik, dok. Tolong jaga pasien itu, sampai kedatangan saya! Saya akan antarkan dia ke tempat keluarganya setelah tugas saya selesai.)(Baik, Letnan! Anda tenang saja.)=================Keesokan harinya ...Layla di sibukkan dengan usaha onlinenya, namun, Layla selalu mempunyai waktu untuk ibu dan putranya. Pagi ini mereka ber-empat sedang menyantap sarapan pagi."Nak, bagaimana kabarnya, Nak Rangga?" tanya ibu Anjar membuka percakapan.Erika pun mengangguk dan menatap Layla penuh rasa ingin tahu kabar sang Kakak ipar. "Iya, Mbak! Bagaimana kabar Mas Rangga?"Layla menatap sejenak ibu dan Adiknya sembari menghela nafas perlahan. "Mas Rangga belum bisa menangkap mafia itu, Buk, dek!"Erika saling pandang dengan ibu Anjar, lalu sama-sama menghela nafas. "Ya Allah, semoga mafia itu tertangkap! Rika heran, Bu. Dia selalu membuat susah Mbak Layla."Ibu Anjar mengangguk. "Itu tandanya or

  • Suami Penggantiku Kakak Iparku   Bab 72

    72. Suami Penggantiku Kakak Iparku.Arjun Lolos Dari Kejaran Rangga.Penulis : Lusia Sudarti.Part 72'Apakah yang terjadi, sehingga hatiku berdebar============"Bos ... sepertinya pasukan yang di pimpin Rangga telah menyebar seluruh anggota timnya," bisik anak buah Arjun yang membantunya melarikan diri.Mereka bersembunyi di sebuah saung di tengah hutan bambu yang terletak di pedesaan pinggiran kota J."Budi, cepat cari informasi! Lokasi mana saja yang belum terendus mereka," titah Arjun. Pandangannya tetap waspada terhadap keadaan di sekelilingnya."Bentar, Bos. Aku juga sedang mencari tahu!" sahut Budi. Ia sedang mencoba menghubungi seseorang dengan ponselnya."Buruan! Aku sudah kelewat lapar! Dari kemarin perutku tidak terisi apapun!" hardiknya.Budi mengangguk dan tak berani membantah lagi.Kraakk!Budi dan Arjun seketika menoleh dan saling pandang, mereka terkejut mendengar ranting kering seperti terinjak.Seperti dikomando, mereka mengintip dari celah dinding bambu sembari men

  • Suami Penggantiku Kakak Iparku   Bab 71

    71. Suami Penggantiku Kakak Iparku.Ratna Terserempet Rangga. Penulis : Lusia Sudarti.Part 71Hatinya pedih mengingat Ratna adalah Anak yang tidak di inginkan kehadirannya. Selama ini, Bik Ijah yang merawat dan membesarkan Ratna.Tetapi ini juga kesalahannya.=============Rangga berdiri di jendela kamarnya. Ia memandang jauh langit malam yang hanya berhias gemerlap bintang, awan kelabu ber-arak tertiup angin ...Rangga menyesap kopi yang baru saja diseduh, asap rokok bergulung di udara, lalu hilang di sapu angin malam.Hatinya gundah ... teringat pesan dari dokter militer yang pernah merawatnya kala itu.(Letnan ... aku tahu! Aku tidak berarti apa-apa di hatimu. Aku hanya ingin, Letnan tahu, seberapa besar cinta yang aku miliki buatmu, Letnan!)Sepenggal pesan yang dikirim oleh dokter itu, berseliweran dalam kepalanya.Rangga menghisap rokoknya, lalu dihembuskan perlahan di udara. Asapnya memenuhi ruangan, sekilas ia melirik ke arah pembaringan. Rangga segera mengibas asap yang men

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status