Share

Bab 7

Author: Lusia Sudarti
last update Last Updated: 2024-10-23 08:52:43

7. Suami Penggantiku Kakak Iparku

Naysila Menggoda Layla dan Sadewa.

Penulis: Lusia Sudarti

Part 7

"Gombal. Layla gak percaya Mas," kilahnya sembari memalingkan wajahnya karena malu.

"Ya sudah kalau gak percaya," jawab Sadewa pura-pura marah.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Setelah mereka selesai sholat berjamaah, kemudian Layla menuju ke dapur menyiapkan makan malam bersama Anjar dan Naysila.

Sadewa seorang diri di ruang televisi sambil menikmati kopi susu.

"Dek, ini di potong kecil-kecil mentimunnya," titah Layla kepada Naysila.

"Oke Mbak!" Naysila segera melakukan apa yang di perintahkan oleh Layla.

"Ibu duduk manis aja," Layla tersenyum menatap Anjar yang telah selesai menggoreng ayam.

"Iya Sayang, ini juga udah selesai kok," sahut Anjar sembari menarik kursi untuk duduk.

"Seandainya Bapak masih ada, beliau pasti bahagia melihat kami berhasil lulus dengan nilai tertinggi," ujar Layla dengan raut wajah yang tiba-tiba sedih. Semua terdiam mendengar ucapannya. Anjar mengalihkan pandangannya kearah Sadewa yang sedang menonton acara televisi seorang diri.

"Udahlah, Bapak telah bahagia disana," ucap Anjar membesarkan hati ke-dua putrinya yang memang dekat dengan almarhum suaminya.

Layla dan Naysila mengangguk dan menyelesaikan pekerjaan mereka.

"Mbak panggil Mas Dewa dulu dek. Tolong tuang air putihnya ya," ujar Layla.

"Siaap Mbak."

"Mas ayo kita makan," ajak Layla ketika telah tiba di ruang televisi. Sontak ...!

Sadewa pun menoleh kearah Layla. Ia tersenyum manis kepadanya.

"Ayo Mas buruan. Ditunggu Ibu sama Naysila di meja makan."

"Baiklah, ayo ..!" Sadewa mengikuti langkah Layla menuju meja makan.

"Ayo Nak Dewa kita makan," sapa Anjar ketika Sadewa dan Layla tiba.

"Iya Bu."

Mereka makan dengan lahap dan tak bersuara, hanya denting sendok dan garpu yang beradu dengan piring.

Sadewa selalu mencuri pandang kearah Layla.

Naysila yang yang usil, timbul keisengan nya untuk menggoda Sadewa.

"Mbak, Mbak! Lihat tuh di kemeja Mas Dewa ada kecoa," ujar Naysila sambil mengulum senyum.

Layla sontak terkejut, begitu pun dengan Sadewa yang langsung berdiri mendengar ucapan Naysila.

Klunting!

Suara sendok jatuh karena terlempar tanpa sengaja.

"Mana-mana Dek!" ujar Sadewa sembari berdiri.

Wajahnya terlihat begitu panik sambil mencari keberadaan lipas yang di maksud Naysila.

"Iya mana Dek?" tanya Layla sambil mengamati kemeja Sadewa.

"Nay, gak boleh begitu dong! Kan dosa," sahut Anjar, ketika melihat Naysila menutup mulutnya menahan senyum.

Serentak Sadewa dan Layla menatap Naysila yang terkekeh tanpa rasa bersalah.

"Hehehe. Maaf, habis Mas Dewa selalu mencuri pandang ke Mbak terus dan mengabaikan makanannya," sahutnya.

Anjar, Layla dan Sadewa saling pandang. Lalu mereka tertawa terbahak-bahak.

Sadewa menjadi kikuk saat Anjar berucap untuk membelanya.

"Kamu ini, suka iseng banget. Biarin aja Mas Dewa memandang Mbak."

Layla dan Sadewa menundukkan kepalanya menahan malu.

"Ayo tambah lagi nasinya Nak," titah Anjar kepada Sadewa.

"Sudah cukup Bu. Sudah kenyang," tolaknya secara halus.

Mereka menyelesaikan makan yang sempat tertunda akibat ulah Naysila.

"Bu, bolehkah saya mengajak Layla dan Naysila ke panti untuk merayakan acara kelulusan. Jika Ibu bersedia Ibu ikut serta bersama kami," ujar Sadewa.

Layla dan Naysila menatap Ibu mereka. Menanti jawaban dengan harap-harap cemas.

"Boleh. Tapi dengan catatan jangan pulang terlalu larut," jawab Anjar sambil menatap mereka bertiga.

"Ibu gak ikut?" tanya Layla dengan nada sedikit kecewa.

"Ibu di rumah saja, Ibu mau istirahat," sahutnya.

Layla dan Naysila mengangguk mendengar jawaban Anjar.

"Ya sudah, kalian berangkat aja. Nanti malah kemalaman."

"Layla mau cuci piring dulu Bu," sahutnya. Namun Anjar melarangnya.

"Udah biarin Ibu aja. Kalian berangkat aja."

"Layla ambil tas dulu!" ujarnya sambil berlalu.

"Naysila juga!" Naysila pun beranjak menuju ke kamarnya.

"Bu, Layla berangkat dulu ya."

Anjar mengangguk. "Hati-hati ya Nak."

"Nay juga Bu."

"Iya Sayang," sahut Anjar sambil menyalami dan memeluk kedua putrinya.

"Dewa pamit Bu!" ujar Sadewa sembari mencium punggung tangan Ibunda Layla.

"Hati-hati ya Nak. Ibu titip anak Ibu," pesan Anjar kepada Sadewa.

"Iya Bu. Dewa akan jaga mereka berdua," Sadewa menjawab dengan mantap.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakhatuh."

"Waalaikum salam warahmatullahi wabarakhatuh."

Mereka mengucapkan salam lalu melangkah menuju ke mobil.

Layla dan Naysila melambaikan tangan.

Tint!

Mobil melaju menembus keremangan jalan raya yang masih nampak ramai dan padat.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Musik mengalun lembut dari tape mobil yang dinyalakan oleh Sadewa.

Layla hanya terdiam menikmati syair dan musik.

'Aku coba merayu Tuhanku...

Syair lagu yang mampu membuat baper pendengarnya ...

Sementara Sadewa yang sedari tadi selalu mencuri pandang ke arah Layla.

Ia tersenyum dalam hati. 'Ya Allah, jaga selalu hatiku hanya untuk Layla hingga maut menjemputku, Amiin," Sadewa berdoa dalam hati.

"Eheem, heemm ...," Naysila kembali iseng, karena mendapati Sadewa yang terus mencuri-curi pandang dan senyum-senyum seorang diri.

Sontak Layla memutar tubuhnya lalu menatap Naysila yang yang tersenyum seolah tidak bersalah.

Sadewa melihat Naysila dari bayangan kaca spion. Naysila melihat tatapan Sadewa.

"Eh Mas Dewa, hehehe."

Sadewa tersenyum. "Sirik aja sih Adek Mas yang satu ini. Pamali ngintip orang pacaran, nanti ngiler lho ...," godanya.

Naysila menekuk wajahnya. "Ih nggak sirik ya. Mas Dewa tuh fokus ke jalan napa, ntar nabrak lho," sungutnya.

"Makanya cari pacar, biar gak gangguin Mas sama Mbak Layla hehehe," Sadewa terus menggoda Naysila.

Layla hanya senyum-senyum mendengar perdebatan antara Naysila dan Sadewa.

"Ih Nay punya pacar kok. Mas Dewa aja yang gak tau!" jawab Naysila dengan suara sedikit ketus.

"Oohhh yaaa."

Seketika Layla memutar tubuhnya dan kedua matanya membola.

Naysila yang keceplosan segera menutup mulutnya dengan jemari.

"Tapi bo-ong," kilahnya.

Layla menghela nafas perlahan, ia menjadi lega.

Di lampu merah Sadewa berhenti.

Mereka melihat para pedagang asongan, pengemis dan pengamen yang menawarkan jasa mereka. Satu anak kecil berusia sekitar delapan tahun berdiri diambil memegang gitar mini, lalu menyanyikan lagu.

Layla membuka kaca mobil lalu mengulurkan uang dua puluh ribu.

Dengan netra berbinar ia menerima uang pemberian Layla. "Makasih kak," ujarnya sambil mengulas senyum.

"Sama-sama cantik."

"Mas kita kemana dulu? kok jalan ini bukan menuju ke panti?" tanya Layla sambil menatap Sadewa yang sedang fokus mengemudi.

Ia menoleh ke arah Layla. "Kita ke mall dulu, membeli keperluan untuk kita di panti nanti," jawab Sadewa lembut.

Layla menganggukkan kepalanya.

Sementara Naysila wajahnya tiba-tiba sumringah mendengar ucapan Sadewa.

"Asyiiikk, bisa beli es cream!" teriaknya.

Layla dan Sadewa saling tatap, lalu mereka tertawa.

Sadar ia jadi bahan tertawaan, Naysila menekuk wajahnya kembali.

"Siapa juga yang mau beliin," goda Sadewa sambil mengulum senyum.

"Mas Dewa kan ganteng. Ya Mas ...," Naysila bersikap manja agar Sadewa mau membelikan es cream. Layla hanya senyum-senyum menanggapi sikap manja asiknya.

"Oke deh. Apa sih yang gak buat Adik Mas Dewa yang cantik ini," akhirnya hati Sadewa pun luluh.

"Yeesss, makasih Mas."

Layla dan Sadewa saling pandang lalu tersenyum.

Pusat perbelanjaan telah berada di depan mata. Sadewa turun dari mobil lalu membuka pintu untuk Layla. Mereka berjalan beriringan dan Naysila mengekor di belakangnya.

"Dek, ini credit card. Belanja semua kebutuhan untuk acara di panti ya!" Sadewa meraih jemari Layla dan memberikan kartu kredit di tangannya.

Layla mengangguk menerima kartu di tangannya.

Pengunjung mall begitu padat, banyak yang belanja, banyak juga yang hanya sekedar nongkrong sambil menikmati kopi dan es cream, ada juga yang ke wahana bermain bersama keluarga masing-masing.

Layla dan adiknya segera meraih troli yang tersedia dan mengambil keperluan untuk mereka.

"Mbak, Nay mau beli es cream dulu ya? Mbak gak pa-pa kan sama Mas Dewa," tanya Naysila.

"Iya Dek. Jangan lama-lama ya."

Naysila mengangguk lalu ikut antri untuk beli es cream favoritnya.

Tiba-tiba suasana menjadi riuh.

"Wah ada model yang sedang naik daun itu, namanya ... Saskia kalo gak salah," teriak dari salah satu ABG yang sedang antri.

"Mana, mana ...?" sahut yang lainnya.

"Minggir, minggir ..."

Suara sedikit kencang terdengar dari arah belakang.

Sontak ...!

Naysila memutar tubuh untuk melihat kegaduhan di belakangnya.

"Minggir ..."

Buugghh!

Bahu Naysila di tabrak oleh seseorang yang menyerobot antrian.

"Heeh, hati-hati dong kalo lewat ..."

Nayla terperanjat ketika ia menyadari bahwa yang menabraknya adalah Saskia.

"Kamu ..."

"Kamu ..."

Saskia pun tak kalah terkejut ketika cewek di samping kirinya yang ia tabrak adalah Naysila.

"Heehh, cewek sialan! Kenapa sih selalu menjadi bayangan kesialan gue. Mana Kakakmu yang sok cantik dan gat3l itu!" teriak Saskia.

Naysilla dan Saskia menjadi pusat perhatian para pengunjung mall.

"Saskia, hati-hati kalo bicara. Bukannya kamu yang kegat3lan!" teriak Naysila dengan wajah merah padam menahan amarahnya.

"Kenapa ...? Kamu malu punya Kakak yang harga dirinya rendah, serendah hidup kalian."

Naysila menatap orang-orang yang berkerumun menyaksikan pertikaian mereka, hatinya malu dan geram, mendengar penghinaan Saskia di depan umum.

"Jaga bicaramu Saskia. Kalo gak ...!"

"Kalo gak apa ...!"

Ucapan Naysila di potong oleh Saskia.

"Saskia, jangan mentang-mentang kamu sedang naik daun, lalu kamu seenaknya memaki-maki orang lain di depan umum. Aku rasa ini akan menjadi topik trending terkuaknya sifat asli kamu!" ujar Naysila sambil berdiri dengan santai dan melipat tangan di dada.

Saskia yang menyadari mereka menjadi pusat perhatian, bukannya berhenti namun semakin menjadi.

"Apa! Aku gak takut ... kamu mau ngancam aku ... !" Saskia mengangkat tangannya akan menampar Naysila. Namun sebelum keinginannya mencapai tujuan. Tiba-tiba ia merasakan tangannya berhenti dan...

Awww ..!

Saskia sontak menoleh kebelakang, kedua netranya membola sempurna ketika melihat seseorang yang berdiri dibelakangnya.

"Ss ..."

(Bersambung)

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Penggantiku Kakak Iparku   Suami Penggantiku Kakak Iparku(Bab 54)

    54. Suami Penggantiku Kakak Iparku. Mas Akan Menanti Jawaban Darimu! Penulis: Lusia Sudarti Part 54 Layla bergumam dalam hati, iya terkejut mendengar teriakan Anjasmara. "Om ini ... Ummi." "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Dek Layla. Apa kabar?" sapa Rangga kepada Layla sambil menggendong Anjasmara. "Om tulun," rengek Anjasmara kepada Rama seraya berusaha untuk turun. "Sini Sayang!" Layla mengulurkan tangannya kepada Anjasmara. "Alhamdulillah baik Mas! Mas apa kabar?" tanya Layla sambil melihat kearah depan. Rangga mengikuti arah pandangan Layla, ia pun menyadari jika diperhatikan oleh Rangga. "Mas sendirian?" tanya Layla sembari menundukkan kepala, tak mampu membalas tatapan Rangga. "Iya Dek kebetulan Mas lewat daerah sini, jadi sekalian Mas mampir," jawab Rangga sembari tersenyum tipis. "Anjasmara Sayang ... ini Pakde, bukan Om ya Sayang!" ujar Rangga sembari mensejajarkan tubuhnya dengan Anjasmara. "Iya Pakde," jawabnya pelan dengan wajah malu-

  • Suami Penggantiku Kakak Iparku   Bab 53

    53. Suami Penggantiku Kakak Iparku. Empat Tahun Berlalu. Penulis : Lusia Sudarti"Mbak, ada yang ingin Nay sampaikan sama Mbak dan Ibu," ujar Naysila dengan wajah serius menatap sang Kakak. "Apa itu Dek?" Part 53 🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺Malam kini telah menggantikan senja, udara terasa dingin menusuk, apalagi saat ini sedang musim hujan. Di kediaman Layla, Naysila dan ibu Anjar sedang berbincang melepaskan rasa rindu satu dan yang lainnya. "Bu, Mbak ... jadi bolehkan Nay dekat dengan Ustadz Dika?" tanya Naysila dengan ragu-ragu juga malu-malu, ia menatap sang ibu dan Kakaknya. Layla mengulas senyum penuh kelembutan."Boleh dong Dek, yang penting kamu bisa membawa diri, bisa menjaga diri. Pesan Mbak, jadilah wanita terhormat yang mampu menjaga diri dan membawa nama baik keluarga." "Betul yang Mbak kamu bilang, Nak! Seorang wanita dihargai, oleh karena dia mampu menjaga kehormatan. Ibu hanya bisa berdoa untuk kebahagiaan putri-putri Ibu," timpal ibu Anjar sembari tersenyum. Naysila meng

  • Suami Penggantiku Kakak Iparku   Bab 52

    52. Suami Penggantiku Kakak Iparku. Musibah Menimpa Keluarga Rangga Penulis : Lusia SudartiRangga merasa sedih dan segera meminta dokter untuk melakukan operasi. "Tolong, dokter! Selamatkan Papa!" Rangga berteriak, merasa sangat khawatir. Part 52❤❤❤❤❤❤❤❤❤ Rangga terlihat sibuk menelpon ibu Indri untuk memberitahukan keadaan Papanya yang sedang berada di ruang operasi. Rumah sakit dan ruangan Pak Hendra dijaga ketat oleh tim Rangga. Rangga terlihat mondar-mandir, hatinya tidak tenang saat ini.Dirinya bingung, antara mau mengabarkan tentang Papanya atau tidak kepada Mamanya, dia tidak tega melihat Mamanya panik dan bersedih. Tetapi jika tidak memberitahukan kepada Mamanya, dia juga tidak ingin sang Mama kecewa. Rangga menyugar rambutnya dengan perasaan bimbang.Rangga memutuskan untuk tetap memberi kabar kepada Mamanya, apapun yang terjadi. Rangga merogoh saku kemeja dan mengeluarkan ponsel kemudian melakukan panggilan telpon. "Assalamualaikum, Ma," sapa Rangga setelah ters

  • Suami Penggantiku Kakak Iparku   Bab 51

    51. Suami Penggantiku Kakak IparkuRangga Terbang Ke Bali.Penulis : Lusia Sudarti Rangga menatap sang Papa sejenak, lalu meraih kopi dihadapannya. "Sudah Pa! Tetapi Rangga tidak tahu, apakah Dek Layla akan menerima kehadiran Rangga." Part 51🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺Rangga telah kembali ke kediaman orang tuanya dan Pak Hendra telah bertolak ke Bali menghadiri pertemuan dengan rekan bisnisnya. Sementara ibu Indri kembali sibuk dengan bisnis butiqnya yang kini semakin besar dan beliau membuka cabang di daerah Cirebon. Sedangkan Rangga sibuk dengan tugas Negara yang di embannya.Hari-hari berlalu, Rangga semakin sibuk dengan tugasnya sebagai seorang prajurit. Ia jarang memiliki waktu untuk dirinya sendiri, apalagi untuk memikirkan tentang Layla.Kriinng!Suatu hari, Rangga menerima panggilan dari Pak Hendra yang sedang berada di Bali. "Halo Pa," sapa Rangga ketika telpon telah tersambung. "Rangga, aku ingin kamu segera datang ke Bali. Papa memiliki sesuatu yang ingin Papa bicarakan d

  • Suami Penggantiku Kakak Iparku   Bab 50

    50. Suami Penggantiku Kakak Iparku. Menikahlah Dengan Rangga! Penulis : Lusia SudartiRangga menjatuhkan bobot tubuhnya diseberang Layla. "Kayaknya sih ..." Mereka berdua saling diam dan tak ada yang berbicara.Part 50🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺"Sini Dek, biar Mas gendong sebentar," ucap Rangga kepada Layla. Layla mendongak menatap Rangga dengan canggung, kemudian dia menyerahkan bayi Anjas kepada Rangga. "Jagoan Ab ---"Tiba-tiba Rangga menghentikan kata-katanya, karena salah ucap. Rangga menatap Layla yang juga menatapnya dengan penuh keterkejutan. "Ma ... maksud Mas, jagoan Uwak. Iya jagoan Uwak tampan sekali, mirip Abinya." Layla merasakan jantungnya serasa mau loncat dari tempatnya. Dia sama sekali tidak menduga jika Rangga akan salah ucap seperti itu.Layla meremas jemarinya sendiri, dia benar-benar salah tingkah. Sementara Rangga, pura-pura sibuk berbicara dengan bayi Anjasmara untuk menyembunyikan rasa canggungnya. "Layla ... Mas ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting

  • Suami Penggantiku Kakak Iparku   Bab 49

    49. Suami Penggantiku Kakak IparkuRangga Semakin Salah Tingkah. Penulis : Lusia Sudarti Pak Hendra garuk-garuk kepalanya, karena ketahuan sedang memperhatikan Angela dari kejauhan. "Hehehe, iseng Ma, cuci mata." "Hehehe, Papa bisa aja."Rangga terkekeh melihat kedua orang tuanya yang sedang berantem biasa. Part 49Rangga dan kedua orang tuanya tiba di daerah Karawang. Waktu beranjak semakin siang, ketika Rangga memasuki wilayah tempat tinggal Layla. "Asri sekali daerahnya ya Ma?" kata Pak Hendra sambil mengedarkan pandangan kearah hamparan sawah yang luas membentang. "Iya Pa, disini terasa sejuk, jauh dari kebisingan kendaraan bermotor. Tidak tercemar polusi udara." Ibu Indri menikmati pemandangan yang betul-betul membuatnya terasa damai. Sementara Rangga, tetap fokus mengemudi.Namun, sesungguhnya Rangga tidak setenang itu. Hatinya sedikit gugup, jika mengingat dia akan bertemu adik iparnya, sekaligus wanita yang sangat dicintainya. Ibu Indri menangkap keresahan putranya.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status