Compartir

Sisi Lain Amira

Autor: Mediasari012
last update Última actualización: 2025-12-09 19:38:50

Sementara itu, di lantai paling atas gedung Arkana Group, Arsya melemparkan ponselnya ke pangkuan Ken. Sekretaris itu dengan sigap menangkap benda pipih tersebut.

Ken menatap layar ponsel yang sedang memutar sebuah video pertengkaran Amira dengan Cassandra dan juga Elena. Video itu ia terima dari kepala pelayan di rumah Tuan mudanya.

“Apa saya harus mematahkan tangan Nona Cassandra, Tuan?” tanya Ken dengan tangan yang mengepal kuat. Dadanya panas melihat Nona mudanya ditampar oleh mantan kekasih Tuan mudanya.

“Buatlah perhitungan dengannya,” jawab Arsya dengan tatapan tajam.

“Baik, Tuan.”

Dalam hatinya, Ken berdecak kagum saat melihat pertengkaran Amira dan Elena.

"Anda memang pantas menjadi Nona muda Arkana Group, Nona," batin Ken sambil tersenyum kecil.

***

“Apa kamu sudah mencari informasi tentang keluarga Amira?” tanya Arsya.

“Sudah, Tuan,” jawab Ken.

“Apa Amira dekat dengan keluarganya?”

“Sangat dekat, Tuan.”

“Ceritakan padaku.”

“Ayah Nona Amira sudah meninggal saat dia berusia l
Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App
Capítulo bloqueado

Último capítulo

  • Aku Milikmu, Tuan Arsya!   Berniat Membatalkan Kontrak

    Waktu hampir pukul tujuh pagi, Amira sudah menata makanan di atas meja makan."Bu, semalam Sekretaris Ken tidur dimana?" bisik Amira pelan."Di kamar tamu," jawab Damini."Apa sekarang dia sudah bangun?" tanya Amira lagi dengan suara tetap di rendahkan."Tadi waktu ibu bangun, ibu sudah lihat dia sedang duduk di kursi ruang tamu dengan laptop di pangkuannya. Ibu sudah membuatkan kopi untuknya, entah dia bangun jam berapa," sahut Damini sambil menggeleng bingung."Dasar sekretaris aneh," lirih Amira."Huss! Jangan begitu, nggak boleh," tegur Damini."Ibu belum tau sih sikapnya semenyebalkan apa," balas Amira sambil menggeleng, teringat ulah Ken semalam yang tiba-tiba membelikannya baju dinas."Bu, aku ke depan dulu, ya," pamit Amira.Ia berjalan pelan ke arah teras, berniat menyapa Ken. Namun, belum sempat membuka mulut, sekretaris itu lebih dulu menyapanya."Selamat pagi, Nona muda," ucap Ken sembil menganggukan kepala dengan hormat."Selamat pagi juga, Sekretaris Ken."Amira duduk ta

  • Aku Milikmu, Tuan Arsya!   Malam Panjang

    "Aku akan menghukum kamu!" bisik Arsya sembari menyeringai."Lakukan aja sesukamu, Tuan galak!"Arsya tersenyum mendengar panggilan itu. "Aku nggak nyangka istriku secantik ini saat memakai baju seperti ini," ujar Arsya tak berkedip."Jangan buat aku malu," jawab Amira sembari menundukkan kepalanya.Arsya mendekatkan wajahnya dan langsung mencium bibir ranumnya.Amira hanya terdiam mendapat serangan dari sang suami. Merasa tidak ada penolakan, Arsya memperdalam ciumannya dan mengubahnya menjadi sebuah lumatan. Amira hanya bisa memejamkan matanya merasakan sentuhan bibir Arsya, meskipun ini bukan yang pertama, namun Amira masih saja kaku.Arsya memeluk pinggang Amira dengan satu tangan, sedangkan tangan yang lain mulai mengelus punggung Amira yang masih terbalut dengan lingerie. Ia terus mencium bibir Amira dengan rakus sambil sesekali menggigit pelan bibirnya."Ngghh ...." desah Amira saat merasa bibirnya digigit.Bukannya melepaskan pungutannya itu, Arsya malah semakin memperdalam c

  • Aku Milikmu, Tuan Arsya!   Menginap

    Setelah makan malam, Amira membantu ibunya membersihkan sisa hidangan. Sementara itu, Arsya duduk bersantai di belakang rumah, menatap kolam ikan berukuran sedang.Ken melangkah masuk ke dapur setelah menerima perintah dari tuannya.“Permisi, Nona,” ucap Ken yang sudah berdiri di belakang Amira.Amira membalikkan tubuhnya dan menatap Ken dengan sorot mata tajam.“Tuan Muda memerintahkan Anda untuk segera ke belakang,” lanjut Ken.“Kenapa kamu mengajak dia ke sini?” tanya Amira sambil mencengkeram lengan Ken.“Bukankah kemarin justru Anda sendiri yang mengajak Tuan Muda berkunjung ke rumah ini?” tanya Ken balik.“Baiklah, itu memang salahku. Tapi kenapa dia sampai mau menginap di sini?” tanya Amira lagi.“Silakan Anda tanyakan langsung pada Tuan Muda,” sahut Ken. Ia sendiri pun bingung dengan jalan pikiran tuannya.“Sialan!” gerutu Amira. Ia melepaskan cengkeramannya lalu melangkah cepat ke belakang rumah.Amira tersenyum manis saat berdiri di hadapan Arsya, meski sorot matanya menyimp

  • Aku Milikmu, Tuan Arsya!   Ingin Punya Bayi

    Amira masih berdiri mematung tak jauh dari Arsya.“Apa kamu nggak mau memberikanku minum?” tanya Arsya.“Ah! Iya, minum.” Amira tersentak. Ia panik lalu berlari menuju dapur.“Ken, kamu lihat dia. Menggemaskan sekali kalau dia lagi panik begitu,” ucap Arsya sambil tersenyum tipis.Ken hanya diam, tidak menanggapi.Sementara itu di dapur, wajah Amira tampak tegang. Ia membuka kulkas untuk mencari minuman, tetapi nihil. Di dalamnya hanya ada air putih.“Nak, kamu kenapa? Siapa yang menemuimu?” tanya Damini yang sama sekali belum tahu bahwa Arsya sedang berkunjung.“Bu, Tuan Arsya ada di depan,” ucap Amira terbata.Damini terkejut. Ia segera menghentikan aktivitasnya, mencuci tangan, lalu bersiap keluar.Tak lama, Amira kembali ke ruang tamu dengan tangan kosong.“Mana minumanku?” tanya Arsya saat mendapati Amira tidak membawa apa pun."Dasar laki-laki gila! Kalau kamu haus, kenapa nggak beli di luar tadi? Kenapa ke mana-mana selalu merepotkanku?" batin Amira menggerutu. Rasanya ingin se

  • Aku Milikmu, Tuan Arsya!   Pulang ke Rumah

    Setelah keberangkatan Arsya, Amira segera memasuki rumah dan menaiki tangga dengan langkah tergesa. Ia meraih tasnya, lalu memasukkan beberapa hadiah ke dalam tote bag besar yang sudah ia siapkan sejak pagi buta.“Sudah jam tujuh lewat,” gumam Amira sambil melirik jam tangan di pergelangan tangannya.Ia berlari menuruni tangga, menuju mobilnya, lalu melajukannya keluar dari gerbang utama rumah Arsya dengan kecepatan tinggi.Ia harus pulang sebelum jam sebelas malam—syarat mutlak dari Arsya. Entah bagaimana caranya, Amira sendiri kebingungan.“Laki-laki gila! Gimana caranya aku bisa pulang tepat waktu? Aku pusing sekali. Tapi sudahlah, yang penting aku bisa bertemu ibu dan kedua adikku. Soal hukuman apa pun nanti, aku sudah nggak peduli,” batinnya sambil mendesah pelan.Tepat pukul empat sore, Amira tiba di depan rumahnya. Pintu rumah itu tertutup rapat. Ia memarkir mobil di samping rumah, lalu menenteng tote bag berisi hadiah. Ia juga sempat berhenti di toko kue untuk membeli kue ulan

  • Aku Milikmu, Tuan Arsya!   Pengakuan Dimas

    Pagi tiba …Arsya menghadang Amira tepat di ambang pintu, lalu menjentikkan jarinya."Kenapa lagi sih dia? Tantrum lagi?" batin Amira kesal.“Mulai hari ini, aku akan memberimu ciuman selamat pagi.” Tanpa memberi kesempatan, Arsya mencengkeram dagu Amira dan melumat habis bibirnya.Amira terkejut hingga napasnya tersengal. Ia segera mendorong dada Arsya dan melepaskan ciuman itu. Setelah mengatur napas, ia menatap laki-laki itu dengan kesal.“Kamu senang, ya? Sekarang setiap pagi dapat ciuman dariku?” tanya Arsya sambil menaik-turunkan alisnya.“Menggelikan sekali. Dasar laki-laki maniak,” gumam Amira pelan.Arsya jelas mendengarnya. Ia mendekatkan wajahnya hingga hembusan napasnya menyapu pipi Amira.“Biarpun aku maniak, kamu suka, kan, dengan permainanku? Kamu juga menikmatinya.”Wajah Amira terasa panas. Ia memalingkan muka.“Ingat! Pulang sebelum jam sebelas malam dari rumah ibumu!”“Baik,” jawab Amira singkat.Arsya menarik tangan Amira. Mereka menuruni tangga dan berjalan beriri

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status