Share

Bab 135

Penulis: Celine
Panggilan Raisa ini sangat tiba-tiba, terdengar seperti seorang suami yang memanggil istrinya. Namun, hanya aku yang tahu di balik panggilan ini, sebenarnya Ardi sedang mengetesku.

Bagaimanapun juga, kenaikan tingkat layanan menandakan Keluarga Wijaya akan menghabiskan lebih banyak uang untuk ayahku. Orang yang diberi tetap lebih rendah dari yang memberi, aku dan Ardi satu bulan lagi sudah mau cerai, dia mana mungkin membantu keluargaku tanpa alasan.

Ardi sedang bernegosiasi denganku, atau langsung melempar masalah ini kepadaku, agar aku yang mengambil keputusan.

Melihat ayahku yang kakinya patah, lalu melihat wajahnya yang semakin menua, hatiku seperti ditusuk-tusuk jarum, sakit sekali rasanya.

Aku tahu, kalau meningkatkan layanan, ayahku pasti akan lebih nyaman. Selain itu, di hari pertama dia diantar ke sini, penanggung jawab sudah memberitahuku, dengan kondisinya sekarang, tidak tahu bisa bertahan berapa lama, mungkin saja suatu hari dia akan tiba-tiba meninggal.

Aku mengepal tanga
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Siti Aminah
huhuhu ..Raisya kasian banget kamu, ibumu kok kaya menjual anak gadisnya, ga punya harga diri......
goodnovel comment avatar
Lie Xue Ie
ga ada anak yang minta dilahirkan, jadi sebagai ortu harusnua sadar ga bisa jual anak dan memanfaatkan anak. Dasar ortu ga pake otak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 197

    Jantungku tanpa sadar berdetak kencang. Aku mengernyit, mencoba untuk mendorongnya, tapi malah mendengarnya berkata, "Sayang, beberapa hari nggak pulang, kamu nggak merindukanku?"Nada bicaranya terdengar sedih.Teringat penderitaanku selama beberapa hari ini, aku memang tidak sempat memikirkannya.Aku pun refleks ingin melepaskan diri dari pelukannya.Ardi menyadari hal ini, dia mencium kepalaku lalu berkata membujuk, "Raisa sayang, jangan marah lagi, dong."Mendengar kata "sayang" ini, amarah memenuhi hatiku.Aku tidak tahu apa yang mau Ardi lakukan.Namun, dalam hal tenaga, aku sudah pasti bukan lawannya.Aku akhirnya berkata, "Lantainya dingin, Dokter Ardi berdiri dulu.""Memang sayangku yang paling peduli padaku." Ardi melepaskanku sedikit lalu berkata senang, "Kalau begitu, kita ke sofa saja."Aku pun duduk dengan kesal sambil melihat Ardi yang kesusahan untuk berdiri. Akhirnya, aku terpaksa membantunya berdiri.Kami berdua sampai di sofa dengan susah payah.Wajah Ardi bersandar

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 196

    Kami tidak menyangka akan bertemu Ardi di sini.Namun, karena sudah bertemu, kami tidak mungkin tidak menyapa.Akan tetapi, pria paruh baya yang berdiri tegap di sampingnya sepertinya tidak ingin berinteraksi banyak dengan kami. Begitu melirik kami, dia langsung berjalan ke pintu restoran.Henry melirik pria itu lalu berkata sambil tersenyum, "Ardi, ini orang penting dari mana? Kelihatan asing."Ardi memasang ekspresi datar, tidak menjawab pertanyaan Henry, jelas karena tidak bisa dijawab.Rian langsung maju dan berkata, "Mana kesensitifanmu sebagai wartawan? Yang nggak boleh ditanya jangan tanya."Henry memutar bola matanya ke Rian lalu berkata santai, "Ardi kan sahabatku sendiri, kenapa sungkan-sungkan begitu?"Rian tersenyum pasrah lalu melihat Ardi dan berkata, "Ardi sepertinya baru sampai, jangan biarkan tamu menunggu, pergilah."Ardi melihat kami bertiga, setelah mengiakan, dia langsung berbalik pergi.Dia bahkan tidak menyapaku, seakan-akan tidak kenal denganku.Aku juga sudah t

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 195

    Waktu aku melihat Rian, aku mengangkat gelasku lagi. "Dokter Rian, terima kasih sudah membantuku memikul tanggung jawab di konferensi pers, juga terima kasih sudah membawaku masuk ke sarang harimau. Mari kita bersulang."Rian menggaruk kepalanya sambil berkata, "Dokter Raisa jangan sungkan, sudah seharusnya.""Tapi omong-omong, Mogowa benar-benar banyak orang hebat." Henry berkata sambil menyendok makanan, "Soal sopir mereka memakai obat stimulan otak ini, aku pikir hanya aku yang menyadari hal ini. Nggak kusangka kalian berdua juga tahu. Yang lebih hebatnya lagi, dokter di Mogowa juga sudah mengirim laporan pemeriksaan ke polisi untuk membuktikan hal ini. Hebat sekali."Aku dan Rian bertukar pandang lalu berkata, "Di rumah sakit kami ada banyak senior yang berpengalaman dan hebat."Rian juga menambahkan, "Tapi yang ini gerakannya sangat cepat.""Bentar." Henry menatap ponselnya lalu tiba-tiba berkata kaget, "Ternyata bukan rekanku yang lapor polisi."Aku dan Rian bertatapan lalu mende

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 194

    Setelah selesai diwawancara, langit sudah gelap.Aku dan Rian menopang Henry yang kakinya diperban keluar dari kantor polisi.Begitu keluar pintu, kami langsung terkejut gara-gara segerombolan wartawan yang menunggu di luar."Itu Dokter Raisa? Dokter Raisa, malaikat berjubah putih, boleh kami wawancara sebentar?"Aku mengira aku salah dengar, waktu melihat pusat perhatian para wartawan ini, aku memastikan kalau mereka memang sedang melihatku.Namun, sejak kapan aku jadi malaikat berjubah putih?Rian langsung menarik kami ke pintu belakang lalu bertanya pada Henry apa yang terjadi."Begini ...." Henry langsung menjelaskan, "Waktu masuk ke perusahaan, aku membawa sebuah kamera tersembunyi. Saat para sopir-sopir kekar itu menekanku ke lantai, kameranya kebetulan menyorot ke atap. Meski tidak terlihat wajah samping Dokter Raisa yang cantik, semua yang kamu katakan terekam dari awal sampai akhir."Aku tetap bingung. "Terus?""Rekamannya sudah diedit lalu diunggah." Henry berkata terus teran

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 193

    Salah satu orang dari mereka membuka pintu putar itu, aku pun berjalan masuk dengan tenang. Aku melirik sekilas ke sebuah bangunan tak jauh dari sini dan tangga besi di sampingnya. Kemudian, aku melihat Henry yang sedang berdarah lalu berlari ke arah bangunan dengan sekuat tenaga.Hanya dalam sekejap, aku sudah berdiri di tepi bangunan.Waktu melihat ke bawah, terlihat belasan orang, di antaranya ada Rian yang baru saja ditangkap.Ujung kakiku hanya sepuluh sentimeter dari tepi bangunan."Pak Petra, apa yang mau wanita jalang ini lakukan?"Aku melihat kerumunan orang yang terlihat sangar itu lalu berkata, "Obatnya ada di aku, sekarang kalian antarkan dua temanku keluar, aku tetap di sini."Pak Petra langsung tertegun lalu berkata kesal, "Kamu bilang obatnya ada di kamu, kenapa aku harus percaya padamu?"Aku membuka tanganku lalu berkata tenang, "Sekarang, tangani luka temanku lalu lepaskan mereka."Pak Petra langsung tertawa dan berkata, "Kenapa aku harus menurutimu? Kamu pikir kamu si

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 192

    Belasan orang berbadan kekar mulai mengelilingi kami.Mereka memakai seragam perusahaan, wajah mereka terlihat seperti sopir, terlihat sangat galak.Mereka mengepung kami dengan formasi setengah lingkaran.Beberapa saat kemudian, Pak Petra yang tadi mewawancarai kami dan juga Dokter Karim yang tadi memeriksaku bergegas kemari. Kemudian, mereka menatap kami dengan ekspresi marah.Dokter Karim lebih dulu bersuara, "Kalian begitu masuk langsung bertanya mana Dokter Yudi. Aku pikir kalian itu karyawan lama, ternyata baru datang wawancara. Tapi orang baru mana mungkin tahu Dokter Yudi? Beberapa orang ini sengaja mengulur waktu di klinik, pasti ada tujuannya!"Teringat dengan Rian yang begitu masuk klinik langsung memanggil "Dokter Yudi", aku langsung mengerti.Aku mengira sudah berhasil membohongi Dokter Karim ini menggunakan keahlian medisku, tapi ternyata Dokter Karim orangnya sangat teliti."Dokter, kami melihat pelat nama di pintu tertulis nama Dokter Yudi. Apa mungkin ada kesalahpahama

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status