Di koridor, Zelda berkata dengan ceria, "Nggak kusangka Kak Ardi dan Kak Raisa sekompak ini, punya pikiran yang sama. Sekarang baguslah, masalah Dokter Rian sudah selesai, akhirnya juga bagus."Sebenarnya aku juga tidak menyangka akan bertemu Ardi di kamar pasien. Bagaimanapun juga dia ini sangat berprinsip. Namun, hari ini dia juga menunduk ke pasien dan keluarganya demi Rian.Apalagi aku menyadari tadi waktu Kevin meminta nomor pribadi Ardi, dia tanpa sadar mengernyit. Namun, setelah ragu sejenak, dia akhirnya memberi tahu nomornya.Memikirkan hal ini, aku berkata dengan sungkan, "Terima kasih Dokter Ardi."Ardi hanya menatapku sekilas lalu melihat jam tangannya, sama sekali tidak menjawabku dan langsung berbalik ke arah Departemen Bedah Saraf.Seakan-akan dia tidak mendengarku.Aku juga sudah biasa.Kabar kalau suami istri Keluarga Tanadi dengan cepat sampai di telinga Bu Ratna. Dia menyerahkan kantong es sambil berkata dengan nada kasihan, "Kamu ini kalaupun mau meminta belas kasih
Ucapan Zelda yang tiba-tiba ini memotong percakapan aku dan suami istri ini.Waktu tiga pasang mata melihat ke arah pintu, Zelda baru menyadari ada yang salah, dia pun bersikap canggung dan berkata, "Maaf, aku bukannya sengaja mau mengganggu kalian, aku ...."Dia melihat ke arah Ardi seperti sedang meminta tolong.Ardi yang selalu serius itu pun melangkah masuk lalu melihat pasien sambil bertanya, "Bagaimana kondisi Nyonya Tanadi malam ini?"Kevin yang berdiri di samping langsung maju dan berkata jujur, "Pas makan malam kurang bernafsu makan, tapi kondisi lukanya bagus. Tunggu, Dokter Ardi, dua jam lalu bukannya kamu baru datang periksa? Kenapa sekarang datang lagi?"Ardi meliriknya dan berkata kesal, "Kenapa? Pekerjaanku harus diatur sama Tuan Tanadi?"Kevin kaget lalu melambaikan tangannya. "Dokter Ardi jangan bercanda, aku yang terlalu cerewet. Semua orang tahu Dokter Ardi yang paling profesional di Mogowa ...."Beberapa kata terakhir diucapkan dengan suara sekecil nyamuk, sangat ko
Aku segera tersenyum sopan dan berkata, "Datang di jam segini memang mengganggu, tapi aku terus merasa nggak enak hati karena kejadian pagi ini. Aku merasa harusnya aku datang sendiri dan minta maaf ke kalian berdua."Kevin segera memutar bola matanya lalu berkata sambil melihat istrinya, "Kamu dengar saja, pintar sekali bicaranya, pasti punya niat buruk.""Ini Nyonya Tanadi, ya?" Tanpa menunggu pasien bersuara, aku maju selangkah dan menyapanya, "Dulu sempat beruntung menghadiri konsermu, sampai sekarang masih sangat berkesan. Nggak kusangka ada suatu hari aku bisa bertemu langsung denganmu."Sebelum datang aku sudah mencari informasi. Sebelum menikah dengan anggota Keluarga Tanadi, Nyonya Tanadi ini adalah seorang pianis. Namun, setelah menikah dengan keluarga konglomerat, dia fokus menjadi ibu rumah tangga. Sayangnya, takdir sangat kejam, setengah tahun lalu dia didiagnosis menderita kanker otak ganas, makanya sering datang ke Mogowa.Mendengar aku mengungkit konser, Nyonya Tanadi j
Suara manis itu sepertinya tidak berguna saat ini. Lihat saja, setelah ucapan Zelda tadi, ekspresi Ardi jadi semakin suram.Mungkin menurut Ardi asalkan ada orang luar, semarah apa pun aku, aku akan tetap menjaga harga dirinya, apalagi kalau orang luar itu Zelda.Bagaimanapun juga, kalau tidak ada hubungan suami istri secara hukum antara kita, di seluruh Mogowa semua orang pasti akan menghormatinya.Aku seorang dokter magang tidak penting begini berani melawannya, dia tentu saja merasa harga dirinya tercoreng.Namun, kalau aku menjaga harga dirinya, siapa yang membela Rian?Bagaimanapun juga, dia terlibat karena melindungiku, aku mana mungkin diam saja?"Coba kamu bilang, apa maksudmu aku dikendalikan emosi?" Ardi tiba-tiba menaikkan volume suaranya dan berkata kesal, "Aku nggak membedakan urusan pribadi dan pekerjaan?"Lihat saja, baru saja aku bicara jujur, dia sudah tidak memanggilku "Dokter Raisa".Aku melirik Zelda lalu melihat Ardi dan berkata dengan tenang, "Dokter Ardi pagi-pag
Setelah selesai bicara, Dokter Dharma melihat Ardi. Jelas, dia mengatakan semua ini untuk didengar Ardi.Benar juga, bagaimanapun juga Rian adalah dokter Departemen Bedah Saraf, kalaupun Dokter Dharma mau meminta tanggung jawab Rian, dia tetap harus melihat bagaimana sikap Ardi.Intinya, konflik antara dokter dan pasien ini melibatkan kedua departemen. Dokter Dharma sebagai pembimbingku tentu saja tidak mau aku yang menanggung semuanya, dia juga takut akan terlibat.Ardi adalah orang yang pintar, dia tentu saja mengerti maksud di balik ucapan Dokter Dharma. Dia pun langsung berkata, "Kalau begitu, menurut Dokter Dharma, bagaimana menyelesaikan masalah ini?"Dokter Dharma menunjukkan ekspresi kesusahan, lalu dia melirik Bu Ratna.Bu Ratna melirik Ardi dan menjawab, "Menurut permintaan pasien dan keluarganya, mereka mau Rian dan Raisa minta maaf pada mereka baru ....""Nggak mungkin," sela Rian. Kemudian dia berkata dengan tegas, "Masalah ini ada sebabnya, kening Dokter Raisa saja bengka
Suara galak Ardi membuat suasana yang tadinya sangat berisik seketika hening.Dia pada dasarnya memang sangat berkarisma, waktu mendekat ekspresinya juga sangat galak. Meski tidak mengatakan apa-apa, semua orang termasuk pasien dan keluarganya tadi tidak berani berulah lagi.Situasi yang tadinya tidak terkendali seketika tenang."Kamu!" Ardi melihat Rian lalu melihat aku yang berdiri di sisinya, kemudian dia berkata dingin, "Kamu juga, tunggu aku di kantor."Begitu mendengar ini, suami pasien tadi langsung protes, "Bentar, dokter memukul orang, dia ...."Ardi langsung melihatnya dengan tatapan tajam. Pria itu langsung melemah dan berkata dengan suara kecil, "Tetap saja harus memberi kami penjelasan."Bu Ratna segera maju dan berkata dengan sopan, "Ini hanya salah paham. Begini saja, Dokter Dharma segera datang, kalian kalau ada permintaan, langsung bicara padanya."Pria besar itu memasang wajah cemberut, lalu melirik Ardi dan berkata dengan enggan, "Boleh, lagi pula semua orang sudah l