Home / Romansa / Aku Perawan / Bibir Indah

Share

Bibir Indah

Author: Okta Diana
last update Huling Na-update: 2021-08-30 20:32:00

Hembusan napas Kevin semakin terasa di wajah Kinan. Begitu dekat jarak wajah mereka membuat Kinan pasrah. Ia memejamkan kelopak matanya kuat.

"Gue, suka bibir lo, indah!" Perlahan-lahan Kinan membuka matanya dan Kevin posisi Kevin masih tetap sama. Gadis itu menipiskan bibirnya malu.

"Ma-makasih!" ucapnya dengan terbata-bata.

Kevin menyelipkan anak rambut panjang Kinan yang terurai di telinga gadis itu. "Lo tau, gue suka cewek kayak lo."

Kinan mengerutkan kening tidak percaya. "Me-mang, gue kenapa?"

"Lo, apa adanya."

Kinan membuang muka dan memberi senyum setengah. Ia seperti tidak ingin percaya dengan ucapan yang keluar dari laki-laki di hadapannya ini. Namun, ia juga tidak bisa menolak hatinya yang berbunga-bunga.

"Vin ...!"

Laki-laki itu berdehem. "Lo, jangan bilang sama Alya, ya! Kalau kita ... jalan berdua kayak gini. Gu-gue, nggak mau aja dia marah. Lo tau sendiri 'kan, Alya nganggep lo mempermainkan gue!"

"Gue kelihatan jahat banget, ya?"

"Oh nggak," sambar Kinan dengan cepat, "hanya dia ngerasa lo sering deket sama cewek lain. Jadi, Alya pikir lo laki-laki ...." Gadis itu tidak sanggup meneruskan ucapannya.

"Laki-laki apa? Buaya? Playboy?" tanya Kevin dengan mengangkat sebelah alisnya. Kinan mengigiti bibir bawahnya. "Gue nggak pernah pacaran sama banyak cewek. Sampai hari ini pun gue masih sendiri," timpalnya lagi.

Kinan menganggukan kepala. Begitu senang akan ungkapan hati Kevin yang ternyata masih sendiri membuat Kinan tidak henti menatap manik mata Kevin.

"Vin ... bisakan lo sedikit menjauh! Gue nggak nyaman sama posisi kita kayak gini."

"Oh ... maaf!"

Kevin mulai menyalakan mobilnya dan mengantar Kinan pulang. Sekitar sepuluh menit perjalanan mereka sampai. Kinan membuka sendiri sabuk pengaman yang mengikat tubuhnya sebelum Kevin  membukakannya.

"Makasih untuk malam ini, Vin!"

"Gue yang harusnya makasih. Ya udah, masuklah! Kayaknya  gue kemalaman, salamkan aja sama nyokap lo! Gue minta maaf membawa anak gadisnya pulang malam!" Kinan terkekeh kecil menutupi mulut dengan punggung tangannya.

"Iya, nanti gue sampaiin maaf lo! Semoga dimaafkan!" goda Kinan.

Kevin mencebikkan bibir. "Pasti dimaafkan, nyokap lo sangat baik. Lo beruntung jadi anaknya. Boleh 'kan, gue anggep nyokap lo kayak nyokap gue sendiri?" Kinan mengangguk malu. "Ya udah, tidur sana! Mimpiin gue malam ini. Gue nggak sabar ketemu lo lagi besok!"

"Apaan, sih!" Kinan memukul pelan lengan Kevin. Ia keluar mobil dan melambaikan tangannya untuk laki-laki yang pasti akan membuat tidurnya indah malam ini. Menatap mobilnya sampai tak tampak lagi.

***

Hari sudah berganti. Suasana kelas sudah penuh dan begitu bising. Kinan sudah bersiap menerima pelajaran hari ini. Namun, hatinya masih tak tenang saat melihat bangku Kevin masih kosong. Kenapa belum datang juga? Apa ia sakit karena makan telur gulung semalam?

Raut wajah cemas tergambar jelas di wajahnya. Ia terus menoleh ke arah bangku Kevin seraya meremas tangannya. Alya yang mengajaknya berbicara seperti tak dihiraukannya.

"Kin!" teriak sahabatnya itu yang membuatnya terlonjak.

"Apaan, teriak-teriak?" gerutunya.

"Lagian, gue ajak bicara nolehnya ke bangku Kevin terus. Kenapa, lo kangen sama dia?" sindir Alya dengan menompang dagunya dan membuang muka.

"Memang, Kevin kemana nggak masuk, Al?"

Alya memundurkan kepala dan mengerutkan kening menatap Kinan. "Dia lagi sakit perut kayaknya," jawab Alya asal.

"Yang bener, Al?" Wajah Kinan tampak begitu khawatir.

"Ya mana gue tau!" gertak Alya. Kinan mendengkus kesal. Ia mengembuskan napas gusar dengan ucapan Alya yang membohonginya, "lagian lo itu kenapa, sih? Belum puas kemarin mergokin Kevin sama Runa berduaan di kelas?" sindir Alya dengan bibir mengerucut. Kinan hanya melirik ke arah Alya tanpa menjawabnya.

Wajah yang ditekuk itu tiba-tiba tersenyum semringah saat melihat laki-laki yang sekarang menempati hatinya berlari tergesa-gesa menuju bangkunya.

Kinan menoleh ke arah Kevin. Laki-laki itu membalas dengan memamerkan lesung pipinya. Kinan mengigiti bibir bawahnya malu. Hatinya kini tenang, ternyata Kevin baik-baik saja.

Saat bel istirahat dan Kinan menolak ajakan sahabatnya untuk ke kantin, diam-diam Kevin berjalan mendekatinya. Ia menggeser bangku yang ada di samping Kinan.

"Gue kira, lo sakit perut. Lo kenapa bisa hampir telat?" tanya Kinan berbisik.

"Lo khawatir sama gue?" tanya Kevin yang tidak menjawab pertanyaan Kinan. Ia memiringkan kepala menatap gadis yang menahan malu itu.

"Pede banget." Kevin memajukan bibir bawahnya. "Gue hanya takut, lo nyuruh gue tanggung jawab aja gara-gara telur gulung semalam."

"Ya udah, sekarang tanggung jawab! Perut gue sakit!" keluhnya dengan pura-pura meringis memegangi perut. Kinan terkekeh dan memukul dada Kevin. "Nanti, gue antar pulang mau?"

Kinan berpikir sejenak. "Boleh ... tapi nunggu sepi, ya! Gue, nggak enak sama Alya."

"Nggak masalah. Gue suka yang sepi-sepi! Ayo keluar kelas! Lo, nggak bosen di dalam kelas terus?" ajak Kevin yang kini meraih pegelangan tangan Kinan.

"Mau ke mana? Jangan ke kantin!"

Kevin mengangguk dan menarik tangan Kinan. Gadis itu menurutinya. Mereka berjalan santai ke taman sekolah yang kebetulan sepi. Kevin memetik satu bunga mawar dan menyelipkan di telinga Kinan. Tatapan Kevin membuat gadis itu tersipu malu.

"Sebentar lagi ujian, setelah kelulusan nanti lo mau nerusin kuliah di mana, Vin?" tanya Kinan untuk mengusir kegugupan. Ia sebenarnya takut jika tidak akan bertemu lagi dengannya. Apalagi Kevin belum menyatakan perasaannya.

Kevin mengerutkan dahi seperti sedang berpikir keras. "Gue nggak tau, Papa bakal nyuruh gue kuliah di mana?"

"Lah, lo pengennya kuliah di mana?" tanya Kinan kembali.

Kevin mengangkat kedua bahunya dan menurunkan kembali. "Gue nggak terlalu peduli sama itu semua. Percuma, Papa pasti yang akan nyetir hidup gue," jawabnya dengan wajah datar, "terus, lo mau kuliah di mana? Nanti gue usahain untuk satu kampus sama lo?"

Kinan menunduk malu, ia sebenarnya tertegun dengan ucapan Kevin. Namun, ia tak tau apa Ibunya mempunyai simpanan untuk ia kuliah. Ini rasanya berat dan begitu menyakitkan untuk Kinan.

"Gu-gue belum tau, Vin! Be-lum kepikiran ke arah sana!" jawabnya terbata-bata.

Kevin mengangguk. "Ya udah, yang penting sekarang kita bersama aja. Nggak usah musingin masalah itu!"

Laki-laki itu memutar bola matanya melihat sekeliling. Keadaan sepi membuatnya sedikit mendekatkan wajahnya pada Kinan. Gadis itu mengigiti bibir bawahnya.

"Jangan digigiti terus bibir bawahnya! Nanti luka!" ucap Kevin dengan intonasi nada yang begitu rendah. Kinan meremas tangannya, ia melempar pandangan ke lain tempatnya. Rasanya tak sanggup melihat mata Kevin yang seperti menggodanya.

Kevin memegang kedua tangan Kinan yang entah sejak kapan terasa dingin. "Boleh nggak, gue cium bibir lo?" Mata Kinan terbelalak mendengarnya. Ia kesulitan menelan saliva. Jantungnya berdegup kencang. "Tapi, kalau lo nggak ngizinin, gue nggak akan maksa!"

Mereka terdiam dengan mata yang terus berpandangan. Kinan mengangguk malu. Ia begitu terlena dengan pesona dan perlakuan Kevin.

Kevin menyunggingkan bibir atasnya, lalu memegang kedua pipi Kinan yang kini bersiap dan memejamkan matanya. Hembusan napas mint dari mulut Kevin menyeruak masuk ke dalam indera penciuman Kinan. Tidak ada perlawanan sedikit pun dari gadis itu. Aroma stroberi dari bibir gadis itu menambah semakin memburunya penyatuan bibir mereka kali ini.

Kinan masih saja memejamkan mata pasrah walaupun dalam hatinya merasa ini tidak benar. Ini pengalaman pertamanya. Begitu menegangkan, tapi ia menyukai debaran kuat dalam dadanya.

Matanya terbuka sempurna saat mendengar bunyi bel. Ia mendorong pelan Kevin dan mengelap bibirnya yang kebas dan basah.

"Vin, udah bel! Kita kembali ke kelas!" ajaknya yang kini berdiri gugup. Kevin mengangguk lemas. Kemudian tersenyum menyeringai menatap Kinan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Aku Perawan   Menepati Janji (END)

    Pagi ini, Kinan tersenyum puas melihat Kevin masih tertidur lelap dengan posisi tengkurap di sampingnya. Ia memandang lekat suaminya itu dan merasa begitu bahagia bisa memiliki seutuhnya dan cintanya selama ini terbalas.Satu ciuman mendarat di pipi laki-laki yang dulunya terus membuat tersulut emosi itu. Hanya berbalutkan selimut tebal, Kinan kini menyibakkan penutup tubuhnya dan mulai memunguti lingerie di lantai yang ia kenakan semalam.Berjalan pelan ke kamar mandi karena perut bagian bawahnya terasa tak nyaman sekali. Semalam ia sampai lupa berapa kali mencapai puncak kenikmatan karena ulah suaminya itu.“Bangun!” Kinan menguncang tubuh Kevin. “Mama telepon, Khalo nyariin kita terus!”Kevin menggeliatkan tubuhnya. “Ini baru jam berapa, sih?” gerutunya.“Jam sepuluh! Ayo kita balik! Nggak enak sama Mama.”Ke

  • Aku Perawan   Mengisi Waktu Di Tengah Kemacetan

    “Kita ajak Khalo jalan-jalan habis itu, kita titipin Mama sebentar, ya!” usul Kevin dengan wajah merengut saat bersiap akan menepati janji pada Khalo untuk membelikannya mainan pagi ini.“Nggak enak lah sama Mama, pasti Mama juga sibuk ngurusin toko kue.”“Waktu kita tinggal besok, Kinan! Malam ini kita harus pergunakan dengan baik. Kamu nggak tau rasanya sakit banget ini dari semalam nggak mau tidur.” Kevin mengarahkan mata ke celananya.“Terus kita mau lakuin di mana?”Kevin mendekati Kinan dengan menyunggingkan bibir atasnya. “Kamu mau di mana?”“Cari suasana beda lah! Masak di kamar terus?” Kinan mengerucutkan bibirnya.“Kita sewa hotel di puncak, ya?” usul Kevin.Kinan tersenyum malu mengiyakannya. “Kamu siapin keperluannya. Dan ... lingerie sem

  • Aku Perawan   Gagal

    “Papa!” teriak Khalo berlari memeluk Kevin yang tiga hari ini ke luar kota meninggalkannya. Sudah tiga tahun usia anak laki-laki mereka. Kebahagiaan terus menyelimuti walaupun sikap Kevin masih saja membuat Kinan geram.“Papa kangen banget sama kamu, sayang!” Kevin mencium putra itu berkali-kali.“Papa bawa oleh-oleh?” Dari sorotan mata anak itu berharap banyak. Namun, kali ini Kevin tak membawa apapun. Ingin cepat pulang membuatnya melupakan itu semua.“Besok aja kita jalan-jalan, ya! Nanti kamu bisa milih mainan sesuka hatimu!”“Ya nggak sesuka hati juga! Kamu ngajarin nggak bener,” sindir Kinan lirih yang membuat Kevin berdecak.“Ya udah, ayo kamu bobok! Ini udah malam.” Kevin menggendong Khalo ke kamarnya.Anak itu mengerucutkan bibirnya gemas sembari menggelengkan kepalanya. “A

  • Aku Perawan   Khalo Arkananta

    Hari ini Kevin mengajak Kinan kembali ke rumah, sudah hampir dua minggu mereka tinggal di rumah Bu Melinda. Tak seperti sebelumnya, keadaan Kinan kini mulai membaik. Banyak terukir senyum di wajahnya. Kevin benar-benar memanjakan dan menghiburnya akhir-akhir ini.Laki-laki itu tiba-tiba saja mengarahkan mobilnya di rumah pemberian Sang Papa dulu. Kinan mengernyit heran, bukannya suaminya itu anti menerima pemberian dari Papanya?“Kenapa kita ke sini?” tanya Kinan.Kevin mematikan mesin mobilnya. “Kita akan tinggal kembali di sini! Kamu mau ‘kan?”Laki-laki itu keluar dari mobil dan berlari kecil membukakan pintu mobilnya. Asisten rumah tangga juga bersiap di depan membantu mereka membawa koper masuk dalam rumah.Di dalam rumah, kedatangan mereka disambut hangat oleh Papa Kevin. “Akhirnya kalian pulang juga. Papa sudah nggak sabar mau menimang c

  • Aku Perawan   Resign

    “Ka-kamu mau apa?” tanya Kinan gugup karena Kevin mendekatinya setelah mengunci rapat pintu kamar. Laki-laki itu sudah menemukan cara untuk membantu istrinya lewat informasi dari internet yang ia baca.Kevin duduk dibelakang Kinan yang menyelonjorkan kakinya di atas tempat tidur. Tiba-tiba mendekapnya erat dari belakang dan menciumi pipi lembut itu.“Aku mencintaimu,” bisiknya yang membuat Kinan bergidik geli. Ia mengernyit dengan sikap suaminya itu. “Buka kancing bajumu!”“Kamu mau apa, Vin? Aku baru melahirkan. Kenapa kamu nggak bisa menahannya?” Kinan menatap Kevin dengan raut wajah ketakutan.“Sini aku bantuin biar susumu keluar banyak!” Tanpa persetujuan Kinan, laki-laki itu membuka satu persatu kancing baju istrinya. “Keluarin dari bra!”“Kamu mau apa?” gertak Kinan tak terima.

  • Aku Perawan   Harus Bagaimana

    Beberapa hari di rumah sakit akhirnya dokter mengizinkan mereka pulang. Sikap dingin Kinan pada Kevin masih saja ditunjukan. Seberapa besar perhatian suaminya itu padanya tak membuat Kinan tersentuh. Ia merasa berada dititik rendahnya saat ini.“Kita tinggal di apartemen saja, ya?” Kevin menawarkan. Namun, Kinan menggelengkan kepalanya tak setuju.“Aku mau ke rumahku saja!” jawabnya lirih. Kevin mengangguk mengiyakan. Sebenarnya Bu Melinda menawarkan untuk sementara mereka tinggal di rumahnya sampai keadaan Kinan benar-benar pulih. Namun, tolakan yang selalu terdengar.Salah satu baby sitter disewa Bu Melinda untuk membantu Kinan dan tinggal di rumahnya. Rasanya tak tega melihat kedua anaknya itu kerepotan berjuang sendiri.Kinan berdiri terdiam di depan kaca riasnya. Melihat tubuhnya yang masih dipenuhi lemak, serta wajah yang tak terawat semakin membuatnya berkecil hati.

  • Aku Perawan   Pukulan Keras Dari Papa

    “Keanu?”“Ayo cepat, Kean! Air ketuban Kinan keluar terus!” Desakan Clara membuat Keanu bertambah gugup.“Ada apa ini?” Papa Kevin berjalan mendekati mobil Keanu.“Kinan harus segera dibawa ke rumah sakit, Pa!” Wajah khawatir tersirat jelas pada Papa Kevin. Tanpa berlama-lama Keanu masuk ke dalam mobil dan disusul oleh Sang Papa.Perasaan tak enak terus mengganggu pikiran Kevin di kantor. Ia berusaha beberapa kali menelepon Kinan, tapi tak diangkat. Jelas saja, keadaan Kinan saat ini sedang tak baik-baik saja. Bahkan ponselnya pun terjatuh di lantai kamarnya.Diva dengan nekat menemui Kevin di depan kantornya. Kevin yang tengah berjalan cepat menuju tempat parkir tiba-tiba dihadang oleh wanita itu.“Vin, aku mau bicara serius!”“Ada apa lagi, sih?” Kevin terlihat risi

  • Aku Perawan   Perubahan Sikap

    “Halo ... kamu lagi sibuk, Vin?” tanya Diva yang sedari meneleponnya, tapi dibiarkan saja oleh Kevin. Semenjak reuni empat bulan lalu, wanita itu terus mencoba menghubunginya. Obsesi memiliki Kevin sudah tertanam dalam di dalam hatinya sejak dulu. Tak peduli apa status Kevin sekarang, ia hanya ingin mewujudkan keinginannya.“Nggak, ada apa? Aku lagi baru pulang kerja.” Kevin berjalan keluar kamar. Ia selesai mandi dan melihat Kinan sudah memejamkan matanya.Laki-laki itu sudah berusaha sebisa mungkin untuk menghindari Diva. Tawaran untuk berselingkuh terus Kevin abaikan, ini membuatnya merasa bersalah pada Kinan yang kini tengah mengandung calon buah hatinya.Kinan membuka matanya lebar setelah Kevin keluar kamar. Ia tak sanggup menahan laju air mata setiap mendengar telepon dari wanita yang terus berusaha menggoda suaminya itu. Berusaha tetap baik-baik saja dan tak mengetahui apa dibalik semua in

  • Aku Perawan   Lepas Dari Genggaman

    “Aku janji akan membahagiakan kalian! Tanpa mengharap harta dari Papa. Percayalah, aku bisa, Kinan!” Kevin menyelipkan anak rambut Kinan ke telinga kiri dan kanannya.Kinan mengangguk pasrah dengan terus aktif bergerak naik turun memposisikan di pangkuan Kevin. Sementar Kevin mengeratkan pelukannya ke pinggang Kinan. Kinan juga menyesapi bibir suaminya itu dengan lembut. Rasa manis dari filter rokok yang dihisapnya sebenarnya masih terus membekas di bibir itu. Namun, ia seperti sudah terbiasa.Tatapan sendu penuh gairah ada dalam mata mereka. “Kamu janji, besok jangan dekati wanita-wanita masa lalumu!” Kinan menghentikan gerakannya yang membuat Kevin berdecak kesal.“Kan ada kamu. Kenapa pikiranmu buruk sekali? Mereka bukan masa laluku. Masa laluku kamu!” Kevin kembali menyatukan bibir mereka. Suara kecupan bibir dan rintihan tertahan yang menggema di seluruh sudut kamar semakin menamb

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status