Home / Romansa / Aku Perawan / Hanya Teman

Share

Hanya Teman

Author: Okta Diana
last update Last Updated: 2021-08-26 13:28:36

Dua minggu sepeninggal Ayahnya, hidup Kinan berubah. Tidak tampak lagi keceriaan yang tergambar pada wajahnya. Selalu menyendiri dan merenung jika tidak dihampiri temannya. Hampa, ia benar-benar kehilangan orang yang begitu berarti dalam hidupnya.

Sebelum berangkat sekolah, sekarang ia membantu Ibunya. Menitipkan nasi bungkus dan berbagai macam kue di setiap warung yang tidak jauh dengan rumahnya. Tidak ada pemasukan, membuat mereka harus berputar otak mencari penghasilan.

Kinan duduk termenung di bangkunya menunggu pelajaran dimulai. Alya yang sudah sedari tadi di sampingnya seperti tidak ia hiraukan.

"Udahan sedihnya! Kasian Ayah lo juga, Kin!" Alya mengelus bahu Kinan. Kinan memberikan senyum paksa seraya memandang sahabatnya. Ia menggangguk dan mencoba mengiyakan. Walaupun sulit, tapi ia terus berusaha kuat menjalani hidup ini hanya dengan Ibunya saja.

Saat bel istirahat berbunyi, Kinan juga tidak pergi ke kantin. Ia merasa sangat berdosa pada Ibunya jika harus jajan sesuka hatinya seperti dulu. Gadis itu kini merasakan betapa susahnya mencari uang.

Kevin yang memperhatikannya sedari tadi berjalan pelan mendekati. Ia menggoda Kinan dengan sengaja mengagetkannya.

"Woi ... nglamun terus!" Kinan terlonjak sembari memegangi dadanya.

"Apaan sih, Vin?" tanyanya dengan membuang muka.

"Nggak ke kantin?" Gadis itu hanya menggelengkan kepala. "Ayo, gue traktir makan!" Kevin meraih pergelangan tangan Kinan.

"Gue, masih kenyang!"

Alya yang tiba-tiba masuk ke dalam kelas membuat Kinan malu, ia melepas paksa tangan Kevin. Alya berdehem seraya mencebikkan bibir. Alya ternyata mengambil uang sakunya yang tertinggal di tas.

"Kalau nanti malam, gimana? Lo ada acara, nggak?" tanya Kevin yang seolah tidak menganggap Alya ada. Sikap Alya menunjukan sangat tidak menyukainya saat mendekati Kinan.

"Gu-gue ...." Kinan tidak mampu mengiyakan ajakan Kevin karena ada Alya yang masih berdiri menatap mereka.

"Enak banget ya lo Vin, kemarin kencan sama Diva nanti malam ganti sama Kinan. Terus besok sama siapa lagi?" sindir tajam Alya.

Kinan mengerutkan dahi menatap setiap kata yang keluar dari mulut sahabatnya itu. Ia setengah tidak percaya dengan ucapannya. Namun, bukankah Kevin memang sudah biasa seperti itu?

Rupanya perhatian lebih yang selama ini Kevin berikan padanya benar-benar menggoyahkan hati Kinan. Ia bahkan begitu mudah melupakan kesepakatannya bersama Alya agar tidak terlalu dekat dengan Kevin.

"Lo bicara apa sih, Al? Gue cuma ngajak Kinan makan." Raut wajah Kevin begitu tidak suka dengan semua ucapan Alya.

"Eh Vin ... gue itu nggak rela, sekali lagi nggak rela! Kalau Kinan, terus lo manfaatin! Dia itu gadis baik-baik."

"Al ... Kevin hanya pengen nepatin janjinya. Dia dulu janji sama gue mau traktir makan. Cuma itu!" Kinan berdiri seolah tidak terima Alya menuduh Kevin.

Alya merasa seperti sangat tidak dihargai. Ia pergi dari kelas meninggalkan mereka dengan perasaan dongkol. Sungguh tidak menyangka, Kinan lebih memilih membela Kevin dari pada ia.

"Memang, lo nanti mau mengajak gue ke mana?" tanya Kinan.

Kevin mencebikkan bibir dan duduk mendekatinya. "Memang lo bener mau?" Gadis itu mengangguk. "Nanti gue jemput ya?"

"Tapi, pulangnya jangan malam-malam gue kasihan nyokap sendiri."

"Iya ... tenang aja!"

Sampai bel masuk berbunyi mereka masih saja asyik bercanda. Di perhatikan teman satu kelas seperti sudah biasa bagi Kinan. Hanya Alya yang mampu mengusir Kevin agar segera kembali ke bangkunya.

Alya berbisik pada Kinan, "Lo jadi kencan sama dia?" Tanpa Kinan menjawab sepertinya ia sudah tau jawabannya. "Semalam pas gue pergi ke cafe, lihat dia jalan sama Diva. Sumpah, gue nggak bohong!" timpal Alya lagi.

"Ya mungkin mereka lagi makan biasa, sama kayak gue sama dia. Sudah dong Al, gue sama Kevin cuma teman." Alya hanya diam, ia tidak peduli dengan ucapan Kinan.  Sampai waktu pulang sekolah tiba, tidak satu kata yang keluar dari mulutnya.

"Nanti gue jemput jam tujuh, ya!" Kinan menoleh ke arah Kevin dengan raut wajah bersemu. Ia mengangguk kemudian menatap Alya yang terus menekuk mukanya.

"Gue mau pulang!" pamit Alya dengan bibir mengerucut. Suasana kelas sepi hanya tinggal beberapa siswa saja.

"Gue nebeng boleh, nggak?" rayu Kinan dengan mengangkat sebelah alis.

"Ya udah, ayo cepet! Gue ditunggu Mama, ada acara keluarga."

Kinan mengangguk bahagia. Mereka seperti terburu-buru. Di sepanjang menuju tempat parkir, Kinan terus saja berusaha menggoda Alya. Namun, semua serasa percuma. Sahabatnya itu masih tidak rela jika Kinan dekat Kevin.

"Tunggu! Buku paket gue ketinggalan." Kinan menghentikan langkah Alya. Alya berdecak kesal. "Kita ambil dulu ya!" Gadis itu menarik tangan sahabatnya kembali ke kelas dengan langkah cepat.

Matanya melebar sempurna saat melihat Kevin dan Runa, siswa kelas sebelah sedang duduk berdekatan di dalam kelas yang sepi. Kevin tidak sadar akan kedatangan Kinan. Tatapan begitu tajam, belaian lembut serta perhatian yang ia berikan pada Runa, membuat Kinan terasa tertampar.

"Lo lihat sendiri 'kan? Itu cowok udah bawaan dari lahir kayak gitu!" sindir Alya yang semakin membuat sesak dada Kinan.

Kinan sengaja berjalan menyenggol meja dan berdehem mengambil buku paket yang tertinggal. Kevin terlonjak, ia melepas gengaman tangannya dari Runa.

"Kok, balik lagi?" Laki-laki itu berdiri menghadap Kinan.

"Maaf ganggu!" Kinan mengangkat buku paketnya. "Buku gue ketinggalan," ucapnya dengan wajah geram. Ia kemudian langsung pergi keluar kelas dengan menekuk mukanya.

"Kinan nanti jangan lupa, ya!" teriak Kevin yang membuatnya menghentikan langkah. Kedua angan Kinan mengepal kuat, dahinya berkerut dalam, pembuluh darah tampak tegang di lehernya. Seolah tidak menyakiti hatinya, Kevin dengan santai mengucap seruan itu.

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Perawan   Menepati Janji (END)

    Pagi ini, Kinan tersenyum puas melihat Kevin masih tertidur lelap dengan posisi tengkurap di sampingnya. Ia memandang lekat suaminya itu dan merasa begitu bahagia bisa memiliki seutuhnya dan cintanya selama ini terbalas.Satu ciuman mendarat di pipi laki-laki yang dulunya terus membuat tersulut emosi itu. Hanya berbalutkan selimut tebal, Kinan kini menyibakkan penutup tubuhnya dan mulai memunguti lingerie di lantai yang ia kenakan semalam.Berjalan pelan ke kamar mandi karena perut bagian bawahnya terasa tak nyaman sekali. Semalam ia sampai lupa berapa kali mencapai puncak kenikmatan karena ulah suaminya itu.“Bangun!” Kinan menguncang tubuh Kevin. “Mama telepon, Khalo nyariin kita terus!”Kevin menggeliatkan tubuhnya. “Ini baru jam berapa, sih?” gerutunya.“Jam sepuluh! Ayo kita balik! Nggak enak sama Mama.”Ke

  • Aku Perawan   Mengisi Waktu Di Tengah Kemacetan

    “Kita ajak Khalo jalan-jalan habis itu, kita titipin Mama sebentar, ya!” usul Kevin dengan wajah merengut saat bersiap akan menepati janji pada Khalo untuk membelikannya mainan pagi ini.“Nggak enak lah sama Mama, pasti Mama juga sibuk ngurusin toko kue.”“Waktu kita tinggal besok, Kinan! Malam ini kita harus pergunakan dengan baik. Kamu nggak tau rasanya sakit banget ini dari semalam nggak mau tidur.” Kevin mengarahkan mata ke celananya.“Terus kita mau lakuin di mana?”Kevin mendekati Kinan dengan menyunggingkan bibir atasnya. “Kamu mau di mana?”“Cari suasana beda lah! Masak di kamar terus?” Kinan mengerucutkan bibirnya.“Kita sewa hotel di puncak, ya?” usul Kevin.Kinan tersenyum malu mengiyakannya. “Kamu siapin keperluannya. Dan ... lingerie sem

  • Aku Perawan   Gagal

    “Papa!” teriak Khalo berlari memeluk Kevin yang tiga hari ini ke luar kota meninggalkannya. Sudah tiga tahun usia anak laki-laki mereka. Kebahagiaan terus menyelimuti walaupun sikap Kevin masih saja membuat Kinan geram.“Papa kangen banget sama kamu, sayang!” Kevin mencium putra itu berkali-kali.“Papa bawa oleh-oleh?” Dari sorotan mata anak itu berharap banyak. Namun, kali ini Kevin tak membawa apapun. Ingin cepat pulang membuatnya melupakan itu semua.“Besok aja kita jalan-jalan, ya! Nanti kamu bisa milih mainan sesuka hatimu!”“Ya nggak sesuka hati juga! Kamu ngajarin nggak bener,” sindir Kinan lirih yang membuat Kevin berdecak.“Ya udah, ayo kamu bobok! Ini udah malam.” Kevin menggendong Khalo ke kamarnya.Anak itu mengerucutkan bibirnya gemas sembari menggelengkan kepalanya. “A

  • Aku Perawan   Khalo Arkananta

    Hari ini Kevin mengajak Kinan kembali ke rumah, sudah hampir dua minggu mereka tinggal di rumah Bu Melinda. Tak seperti sebelumnya, keadaan Kinan kini mulai membaik. Banyak terukir senyum di wajahnya. Kevin benar-benar memanjakan dan menghiburnya akhir-akhir ini.Laki-laki itu tiba-tiba saja mengarahkan mobilnya di rumah pemberian Sang Papa dulu. Kinan mengernyit heran, bukannya suaminya itu anti menerima pemberian dari Papanya?“Kenapa kita ke sini?” tanya Kinan.Kevin mematikan mesin mobilnya. “Kita akan tinggal kembali di sini! Kamu mau ‘kan?”Laki-laki itu keluar dari mobil dan berlari kecil membukakan pintu mobilnya. Asisten rumah tangga juga bersiap di depan membantu mereka membawa koper masuk dalam rumah.Di dalam rumah, kedatangan mereka disambut hangat oleh Papa Kevin. “Akhirnya kalian pulang juga. Papa sudah nggak sabar mau menimang c

  • Aku Perawan   Resign

    “Ka-kamu mau apa?” tanya Kinan gugup karena Kevin mendekatinya setelah mengunci rapat pintu kamar. Laki-laki itu sudah menemukan cara untuk membantu istrinya lewat informasi dari internet yang ia baca.Kevin duduk dibelakang Kinan yang menyelonjorkan kakinya di atas tempat tidur. Tiba-tiba mendekapnya erat dari belakang dan menciumi pipi lembut itu.“Aku mencintaimu,” bisiknya yang membuat Kinan bergidik geli. Ia mengernyit dengan sikap suaminya itu. “Buka kancing bajumu!”“Kamu mau apa, Vin? Aku baru melahirkan. Kenapa kamu nggak bisa menahannya?” Kinan menatap Kevin dengan raut wajah ketakutan.“Sini aku bantuin biar susumu keluar banyak!” Tanpa persetujuan Kinan, laki-laki itu membuka satu persatu kancing baju istrinya. “Keluarin dari bra!”“Kamu mau apa?” gertak Kinan tak terima.

  • Aku Perawan   Harus Bagaimana

    Beberapa hari di rumah sakit akhirnya dokter mengizinkan mereka pulang. Sikap dingin Kinan pada Kevin masih saja ditunjukan. Seberapa besar perhatian suaminya itu padanya tak membuat Kinan tersentuh. Ia merasa berada dititik rendahnya saat ini.“Kita tinggal di apartemen saja, ya?” Kevin menawarkan. Namun, Kinan menggelengkan kepalanya tak setuju.“Aku mau ke rumahku saja!” jawabnya lirih. Kevin mengangguk mengiyakan. Sebenarnya Bu Melinda menawarkan untuk sementara mereka tinggal di rumahnya sampai keadaan Kinan benar-benar pulih. Namun, tolakan yang selalu terdengar.Salah satu baby sitter disewa Bu Melinda untuk membantu Kinan dan tinggal di rumahnya. Rasanya tak tega melihat kedua anaknya itu kerepotan berjuang sendiri.Kinan berdiri terdiam di depan kaca riasnya. Melihat tubuhnya yang masih dipenuhi lemak, serta wajah yang tak terawat semakin membuatnya berkecil hati.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status