“Bu-kan siapa-siapa, Dok!” jawab Kinan dengan menggaruk hidungnya yang sebenarnya tak gatal.
Keanu mengangguk dan mencebikkan bibirnya. Laki-laki itu kemudian melirik ke arah Kinan. “Jangan panggil aku seperti itu! Ini ‘kan bukan rumah sakit!”
Kinan memundurkan kepala seraya mengerutkan kening menatap Keanu. “Oh, iya, Pak!”
“Kok, Pak?” Wajah Keanu menjadi merengut seketika. “Apa aku setua itu?”
Kinan terkekeh seketika, “Lalu, aku harus memanggilmu apa?”
“Apa aja!”
“Apa?” Kinan semakin mengerutkan keningnya dalam. “Kamu itu lebih tua dari aku, kamu juga anak dari bos tempat aku bekerja, masak iya aku panggilnya dengan nama. Lagi pula, kamu juga punya adik ‘kan, seusiaku?”
Keanu menghentikan mobilnya karena lampu lalu lintas berwarna merah. Ia memutar sedikit tubuhnya dan menatap Kinan dengan lengan tangan di atas setir mobilnya. “Kok kamu tau?”
“Bu Melinda yang cerita,” jawab singkat Kinan. Wajah Keanu menjadi masam. Mer
“Siapa dia, Kin?” tanya Tesa dengan berbisik di telinganya. Kinan hanya menatap temannya itu tak menjawab sepatah kata pun. Ia keluar dari toko dan menggandeng tangan Kevin untuk ikut dengannya.“Tau dari mana, aku kerja di sini?” tanya Kinan dengan bersungut.“Nggak penting, yang penting gue tau di mana lo sekarang,” jawab Kevin dengan mendekatkan wajahnya pada gadis itu. Kinan refleks menjauhkan wajahnya.“Terus, mau kamu apa nyari aku sampai sini?” Kinan merengut kesal. Rasanya sia-sia ia berusaha kabur dari rumah untuk menghindari laki-laki itu.“Ya ... kali aja terjadi sesuatu sama lo.”Kinan mengerutkan kening tak mengerti ucapan Kevin. “Maksudmu apa?”“Ya bisa aja ‘kan, lo hamil.” Mata Kinan membola mendengar ucapan Kevin. Kevin merangkul bahunya dan berbisik, “Lo inget nggak, malam itu kita nggak pakai pengaman?”Gadis itu men
Hari ini tepat satu bulan Kinan bekerja di toko kue Bu Melinda. Hari ini juga, harusnya Kinan sudah datang bulan. Namun, tamu yang ditunggunya itu tak kunjung juga keluar. Bahkan, ia sudah telat satu minggu dari tanggal biasanya. Kinan merasa tak tenang, ia benar-benar stres memikirkan apakah dirinya hamil atau tidak?“Kinan, tolong bantu masukkan kue ini ke mobil itu, ya!” perintah Bu Melinda. Kinan mengangguk dan terburu-buru sehingga membuat beberapa kue terjatuh.“Astaga,” pekik Kinan yang membuat jantungnya semakin berdebar. “Maafkan saya, Bu!” ucapnya dengan penuh penyesalan sembari memunguti kue-kue yang jatuh itu.“Kamu sakit, Kinan?” tanya Bu Melinda.Kinan menggelengkan kepalanya cepat. “Tidak,” jawabnya singkat. “Saya, akan mengganti kue yang jatuh ini, Bu!” lanjutnya kembali.“Sudahlah, tidak perlu. Wajahmu terlihat pucat. Istirahatlah dulu sana!”
Tiga bulan telah berlalu, kedekatan Keanu dan Kinan sudah tak menjadi rahasia umum lagi. Laki-laki berusia dua puluh tujuh tahun itu sering datang ke toko kue hanya untuk mengobrol santai bersama Kinan. Bahkan Bu Melinda seperti tak melarang anak laki-lakinya itu berhubungan dengan karyawatinya dan mengetahui jika Keanu menaruh rasa pada Kinan. Namun, Keanu sepertinya masih malu-malu mengungkapkan perasaan saat dekat dengan gadis itu.Hari ini, sebelum ke rumah sakit, Keanu lagi-lagi mampir di toko kue. Seperti biasa, ia menggoda Kinan yang sibuk menata kue di etalase. “Nanti malam ada acara, nggak?” tanya Keanu.Kinan yang menunduk menata kue kemudian berdiri dan melipat kedua tangannya di atas etalase menanggapi Keanu. “Mau ngajak nonton lagi?”“Bosen, yang lain! Kamu tau ada bakmi enak di ujung jalan sini?”Kinan mengerutkan kening, tak biasanya Keanu mengajaknya makan di pinggir jalan. Bahkan bisa dibilang, laki-lak
Kevin terus mengerutkan wajahnya menatap Kinan. Ia menyipitkan mata ke arah perut langsing gadis itu. Kinan yang sadar akan tatapan tak wajar itu gugup dan langsung menutupi perutnya dengan tangan. “Lo, nggak hamil?” Kinan mengernyit mendengar pertanyaan Kevin. “Atau lo, jangan-jangan gugurin anak itu?” Gadis itu ternganga. “Apaan sih?” “Ngaku aja! Siapa laki-laki tadi? Dua kali gue lihat mobil itu nganter elo terus!” gertaknya yang membuat Kinan menjauhkan kepala. “Itu bukan urusanmu! Dan urusan kita udah selesai!” tegas Kinan dengan wajah geram. “Siapa bilang?” Kevin berjalan mendekatinya dengan mengangkat dagu. Kinan menggeser kakinya pelan ke belakang menghindari laki-laki itu. “Lo belum bayar utang lo yang empat jam itu!” Gadis itu melebarkan matanya. Ia menggelengkan kepala. “A-ku akan ngembaliin uang Mas Aldo!” ucapnya gugup. Ia mengigiti bibir bawahnya. Kartu ATM yang berisi uang transferan dari Aldo hilang entah ke mana. Yang
“Ya, kamu buat apa?” tanya Keanu dengan wajah geram. Kinan hanya meremas-remas tangannya, ia bahkan tak menjawab pertanyaan yang dilayangkan Keanu padanya. “Hei!” gertak Keanu yang membuat Kinan terlonjak.“Ya?” Gadis itu menoleh ke arahnya.“Malah ngelamun? Buat apa?”Kinan menggelengkan kepalanya cepat. Rasanya belum berani saja jika ia menceritakan kenyataan yang sebenarnya pada Keanu. Ia juga takut Keanu akan berpikiran lebih buruk dengannya.“Kak, kita mau ke mana?”“Kamu mau jalan ke mana?” tanya kembali Keanu.Kinan berpikir sejanak. Rasanya tak mungkin keadaan pikirannya yang kacau saat ini untuk jalan-jalan sekedar bersenang-senang. Ia harus mencari jalan keluar lepas dari ancaman Kevin.Gadis itu menipiskan bibirnya. “Kita ke rumahku ya, Kak!”Keanu mengerutkan kening dan memundurkan kepalanya menatap Kinan. “Ngapain?”
“Kok kamu ngegas sih, Kak?” teriak Kinan tak terima.“Gimana nggak ngegas, sekarang Mama maksa aku buat cepat-cepat nikah. Aku itu cuma dekat sama kamu. Yang Mama kenal wanita yang dekat aku itu cuma kamu sama Clara. Aku jelas nggak mau nikah sama dia!” tegas Keanu dengan merengut kesal pada gadis yang duduk di depannya itu.“Perawat di rumah sakit tempatmu bekerja ‘kan cantik-cantik, Kak! Apalagi dokter muda yang cewek-cewek itu, kamu bisa pilih sesuka hatimu. Mereka pasti nggak nolak!” usul Kinan.Keanu membuang wajahnya lalu menatap Kinan kembali. “Sekarang, kamu yang sering jalan sama aku aja nggak mau. Apa lagi mereka?” Keanu berdiri dan berpindah duduk di sofa ruang tamu.Kinan melihat nasi Padang Keanu yang masih terbungkus rapi ditinggal begitu saja. “Kamu nggak makan, Kak?” Keanu menggerutu tak jelas sembari melempar pandangannya ke teras rumah. “Aku bawa, buat makan nanti ka
Kinan ternganga mengetahui Keanu mengenal Kevin. Kevin masih saja terdiam menatap Keanu dengan wajah datar.“Kamu, kok kenal Kevin, Kak?” tanya Kinan penasaran.“Jadi, benar dia Kevin?” Wajah Keanu berubah semringah seketika saat Kinan mengangguk pelan. Keanu berlari dan memeluk Kevin erat. “Vin, bagaimana kabarmu sekarang?” tanya Keanu dengan menepuk-nepuk bahunya. Kinan masih bingung dengan mereka.Kevin melepas paksa pelukan Keanu dan berusaha tak begitu menanggapinya. Keanu mengernyitkan dahi melihat reaksi Kevin padanya.“Gue baik-baik aja!” ucapnya datar.Keanu mencoba merangkulnya kembali. “Kamu tau dari mana, aku dan Mama ada di sini?”“Gue ke sini hanya ingin ketemu dengan Kinan!” jawab Kevin dengan ketus seolah tak memerdulikan pertanyaan Keanu.“Kamu mengenal Kinan? Atau, jangan-jangan Kinan yang memberitahu jika aku dan Mama tinggal di sini,&rdqu
“Maaf, Kak! Kepalaku lagi sakit,” keluh Kinan dengan memijat keningnya. Ia belum sanggup bercerita yang sebenarnya pada Keanu tentang masalahnya dengan Kevin.“Ya sudah, istirahatlah dulu! Tapi, aku mohon, jangan pergi dari sini Kinan?” Kinan mengangguk lemas. Keanu berjalan pergi meninggalkan kamarnya sembari terus menoleh ke arah Kinan.Sementara, Kevin terus melajukan kencang mobilnya. Suasana hatinya hancur. Ia sangat kecewa dengan kenyataan yang berada di depan mata, jika laki-laki yang dekat Kinan adalah Keanu kakak kandungnya sendiri.Ia juga tak tau harus percaya Papa atau Mamanya. Karena yang Kevin tau selama ini, Mamanya lah yang meninggalkannya tanpa mau menemuinya sama sekali.Kevin membanting pintu mobil sesampai di halaman rumahnya yang luas itu. Ia berlari kecil dengan wajah ditekuk menuju rumahnya.Saat membuka pintu, Papanya menyambutnya dengan wajah masam. “Dari mana saja kamu, Vin?” teriakan Pa