Pagi ini Kinan seperti tak bersemangat untuk menjalani harinya. Semalam ia bahkan hampir tak tidur memikirkan nasibnya malam ini ditangan Kevin. Pandangannya kosong saat memindahkan kue dari dapur dan memberikannya pada Tesa.
“Kamu kenapa, Kin?” tanya Tesa yang membuatnya terlonjak.
Kinan menggelengkan kepala. “Nggak apa-apa,” jawabnya pelan.
“Kinan!” panggil Keanu yang datang pagi-pagi sekali ke toko kue.
“Iya, Kak!”
Keanu mendekat di etalase tempat Kinan dan Tesa menata kue. “Nanti malam nggak ada acara, ‘kan?”
“Ya enggaklah, Dok!” sahut Tesa yang membuat Kinan mengerutkan kening.
“Kita makan malam di luar, ya?”
“Enak banget ditraktir makan mulu. Aku kapan?” Kinan menggelengkan kepalanya dengan wajah berkerut.
“Aku nanti malam ada acara, Kak!”
“Acara?” Gadis itu mengangguk. “Acara a
Kinan menoleh ke arah Kevin. “Ngomong dong dari tadi! Ini nasi gorengnya udah mau matang,” ucapnya dengan mengerutkan wajah. Kemudian Kinan membalik badan menghadap Kevin. Melihat Kevin tak ada reaksi hanya menatapnya saja, Kinan kembali melanjutkan memasaknya, ia menyunggingkan bibir dan menoleh ke belakang. “Atau ... mau aku buatin lagi!” “Kelamaan,” gertak Kevin yang seolah tau rencana Kinan. Laki-laki itu berjalan pelan mendekati Kinan lalu memeluk secara tiba-tiba gadis itu dari belakang. Kinan terlonjak dan kesulitan menelan saliva. “Kamu jangan macam-macam, Vin!” Gadis itu menunjukan pisau yang dipegang. “Jangan macam-macam gimana? Kita malam ini ‘kan emang mau macam-macam. Masak lo lupa?” Kevin mengambil pisau dari tangan Kinan dengan santai dan menaruhnya. Jantungnya berdetak tak biasa, gadis itu menggedikkan bahu geli dengan hembusan napas Kevin yang membuat lehernya merinding. “Lepasin, Vin! Aku lapar!” Kinan mencoba melepaskan kedua
Kinan mencium bibir Kevin secara tiba-tiba. Tanpa ada rasa canggung, gadis itu menarik tangan Kevin untuk meremas kuat dadanya sembari terus menikmati penyatuan bibir mereka.Permainan jari Kevin di bagian tubuh sensitifnya, membuat gadis itu tak mampu menahan lebih lama lagi. “Vin!” teriaknya dengan napas terengah.Kevin berdehem, sementara Kinan membusungkan dadanya. Rasanya tak mau terlalu lama mengulur waktu untuk terbang bersama laki-laki yang menjadi cinta pertama itu.Kevin melepaskan penyatuan bibir mereka dan memberikan kecupan di sekitar telinga dan leher gadis yang mendesah tak tertahan itu. “Suka?” bisik Kevin yang pasti membuat Kinan mengangguk antusias. “Tunggu sebentar!”Laki-laki itu tak mau rugi dengan malam ini. Ia sengaja merekam kebersamaannya bersama Kinan dengan ponsel yang sudah ia siapkan sebelumnya.Kinan terus memanggil-manggil nama Kevin. Menurutnya laki-laki itu terlalu lama meninggalk
Kinan menggeliat, tubuhnya terasa remuk. Entah berapa kali semalam ia mengalami pelepasan. Obat yang sengaja ditaruh Kevin di minumannya itu benar-benar membuatnya menjadi wanita liar.Ini sudah jam sembilan pagi. Namun, gadis itu hanya merintih dan enggan membuka matanya. Kenyamanan tempat tidur Kevin juga menambah ia untuk tak mau segera beranjak dari sini.Sementara Kevin menengadahkan kepalanya menikmati gemercik air shower di kamar mandinya. Ia tersenyum lebar penuh kemenangan atas semalam. Tak lama kemudian, laki-laki itu keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya. Ia terlihat segar dengan sisa tetesan air dari rambutnya. Kevin berjalan ke tempat tidurnya karena melihat Kinan yang seperti ingin membuka matanya, tapi begitu berat.“Masih mau lagi?” tanyanya dengan berjalan mendekat ke gadis yang kini sudah mulai membuka matanya itu.Kinan terlonjak dan duduk mencengkeram selimut untuk menutupi dadany
Kevin tak menjawab permintaan Kinan. Di kepalanya tersusun rencana besar yang akan ia lakukan dalam waktu dekat ini. Kevin menyalakan musik DJ dengan keras yang membuat Kinan tak tahan dan menutupi telinganya.“Pelanin dong, Vin! Gendang telingaku bisa pecah dengarnya,” teriak Kinan yang hanya dibalas senyuman manis olehnya. Kevin sama sekali tak peduli dengan kejengkelan Kinan selama di mobilnya. Ia lebih fokus menikmati perjalanan ini. Sementara Kinan terus menggerutu tak jelas dan mengerucutkan bibirnya.“Lihat itu!” Kevin menunjukkan klub tempat biasa ia menghabiskan malamnya. “Gue biasa di sana tiap malam!”“Itu bukan urusanku! Betapa menjijikannya dirimu, Vin! Sudah berapa wanita yang kamu tiduri di sana?” Kinan tiba-tiba mual dan pusing membayangkan. Ia memijat keningnya untuk mengurangi sakit kepalanya.“Cuma elo,” jawabnya singkat.Kinan membuang muka tak percaya. Itu sangat tidak
Tesa berjalan mendekati Kinan dan duduk di tepi tempat tidur bersamanya. “Aku nggak sejahat itu, Kin. Aku cuma penasaran apa yang terjadi padamu sebenarnya?”Kinan membuang wajahnya. “Ponselku di bajak sama Kevin! Dia yang mengubah foto profilku.”“Oh, namanya cowok itu Kevin. Memang benar ya, cowok itu adik dari dokter Keanu? Kita semua lihat waktu kalian berantem di depan toko,” tanya lirih Tesa.Kinan mengangguk. “Aku juga baru tau, Tes.”“Terus ngapain kamu semalam ...?” Tesa tak mampu melanjutkan pertanyaannya. Ia tak enak hati pada Kinan, tapi ia juga begitu penasaran.“Ya, aku semalam memang tidur sama dia.”“Apa?” teriak Tesa tak percaya.“Kamu dengerin penjelasanku dulu, Tes! Aku itu punya utang sama dia. Dan dia mengancamku, jika aku nggak mampu ngembaliin uang itu, aku harus melayaninya. Sumpah, Tes! Aku nggak seburuk yang kamu pikirka
Sore ini, Kevin sudah berada di depan toko kue. Ia beberapa kali mencoba menghubungi Kinan, tapi sama sekali tak direspons oleh gadis itu. Laki-laki itu kemudian nekat masuk ke dalam toko. Bola matanya berkeliling mencari gadis itu. Namun, tak ada. Yang ada hanya pekerja lain sedang sibuk memerhatikannya.Kevin mengerutkan kening melihat reaksi mereka. Ia ingat saat Kinan marah padanya di apartemen. Ini sudah pasti mereka sudah tau kenyataan tentangnya semalam.“Kinan di mana?” tanyanya dengan ketus pada semua yang ada di sana.“Dia nggak kerja hari ini. Lagi di kamarnya,” jawab salah satu karyawati yang ada di sana seraya menunduk karena mengetahui Kevin adalah putra dari Bu Melinda.Kevin mengembuskan napas gusar dan membuang wajahnya. “Ada yang tau alamat Mama?” tanyanya kembali dengan memandangi mereka satu persatu.Salah satu dari mereka memberikan alamat Bu Melinda pada Kevin. Ia bergegas keluar toko dan me
Malam ini Kevin menyandarkan kepalanya di sofa bersama Aldo yang menemani malamnya di klub tempat biasa. Kevin sibuk menghisap rokoknya dengan wajah murung memainkan ponsel tanpa menganggap Aldo ada.Aldo berdecak kesal. Beberapa kali mengajaknya bercanda hanya dianggapnya angin lalu saja.“Lo kenapa sih, Vin? Apa gara-gara nggak dapet jatah malam dari Kinan?” sindir Aldo dengan menyipitkan mata.“Gue pastiin, tiap malam dia bakalan ngelayanin gue!” ucapnya dengan yakin yang membuat Aldo terkekeh geli.“Mau lo ancam apalagi gadis itu? Mau lo cekokin obat perangsang lagi?”“Gue bakal nikahin dia!” teriaknya geram.Aldo tak sanggup lagi menahan tawanya. “Sepertinya lo bucin beneran ya sama tuh cewek!”“Ini bukan masalah bucin, Do! Kakak gue mau nikahin dia. Dan sebelum Kakak
“Dan itu adalah kesalahan terbesar dalam hidupku. Kesalahan yang aku sengaja, mencintai laki-laki yang berengsek sepertimu. Hatiku selalu sakit mengingat semua. Bahkan apa yang ada di depan mataku sekarang.” Kinan menunjuk wanita itu. Kevin masih terdiam mendengar semua yang keluar dari mulut Kinan. “Aku bodoh, aku memang bodoh. Tapi, walaupun sampai sekarang aku masih mencintaimu, aku nggak akan pernah mau menikah denganmu, Vin! Aku nggak sanggup membayangkan bagaimana sakitnya melihatmu seperti ini pada wanita lain.” “Terus, lo mau nikah sama Kakak gue? Itu nggak akan gue biarin. Gue bakal kasih video itu padanya bahkan ke Mama dan semua orang,” ancamnya. Air mata Kinan mengering seketika mendengar kenyataan pahit yang ada di depan matanya. Ia menggelengkan kepalanya lemas. Sudah cukup, rasanya kepala itu akan pecah mendengar ancaman Kevin. “Kamu kasih aja video itu ke Kak Keanu dan Bu Melinda atau ke semua orang! Aku nggak peduli, hidupku udah hanc