Share

Bab 8: Dicari-cari Anak Buah Tante Erna

Dokter Ussy bukanlah seperti klien-klien Langga selama ini, yang kebanyakan es te we dan hanya wajahnya kencang, tapi dalamnya sudah kendur. Dokter Ussy memiliki tubuh yang sangat denok, harum dan terawat. Usianya pun baru 30 tahunan, benar-benar bak wanita 20 tahunan saja.

Langga benar-benar memberikan service yang sangat lembut buat wanita jelita ini. Semenjak Astrid tidak ada lagi, baru kali Langga seolah melaksanakan tugasnya seakan bersama wanita yang dia sayangi.

Langga tak sadar sudah baper sendiri dengan bentuk tubuh si dokter jelita ini. Ussy benar-benar memperoleh kenikmatan tiada tara dengan Langga, tanpa sadar dia berucap service sang pria pemuas ini jauh melebihi suaminya dulu.  

Ucapan itulah yang langsung menyadarkan Langga, ia ingat saat ini bukan sedang bercinta dengan kekasihnya atau dengan Astrid. Tapi dokter Ussy, yang ingin memperoleh kenikmatan dengannya, si lelaki komersil.

Dengan kesadaran itulah, Langga lalu mengambil pengaman yang diletakan dokter Ussy di meja kecil samping tempat tidurnya, dan akhirnya membuat Ussy melayang ke angkasa.

Sudah tak terhitung lagi berapa kali dia klimaks dan melayang dibuat sang pejantan bayaran ini.

Ussy agaknya memang beda! Dia tak seperti para klien Langga selama ini, begitu klimaks langsung menyudahi permainan dan mendorong tubuh Langga agar menjauh.

Ussy membiarkan Langga menuntaskan dirinya. Dan Langga pun sadar hal ini, dengan tehnik yang sudah mendarah daging, ditambah pengalamannya, Langga benar-benar mampu klimaks di atas tubuh dokter Ussy, sesuatu yang sangat jarang ia lakukan pada semua klien-kliennya.

“Ma-maaff…aku sudah lancang!” Langga buru-buru bangkit melepaskan pelukan dokter Ussy.

Wanita hanya tersenyum saja melihat kelakuan Langga dan melihat pengaman itu hampir pecah di batang pria tampan ini. Karena menggembung akibat cairan milik pria ini yang tertahan di sana yang kini buru-buru ke toilet membersihkan diri.

Begitu Langga kembali dari toilet, dokter Ussy sudah mengenakan baju kimononya.

Ditangannya ada dua gepuk uang bernilai 20 jutaan.

“No…jangan…aku tak menerima itu dok, karena aku sudah lancang klimaks!” Langga menolak sodoran uang tersebut, hingga dokter Ussy kaget sendiri. Tapi dia tak memaksa seakan memaklumi.

Setelah berpakain rapi, dokter Ussy tiba-tiba memeluk dan mencium bibirnya. “Ini bukan yang pertama dan terakhir yaa…someday, aku butuh kehangatan ini lagi…!” bisik Ussy lembut.

Langga menarik dagu si cantik ini dan mengecup balik. “Khusus buat kamu…jangan mikir harus bayar…selamanya free..!” dokter Ussy tersenyum…manis sekali dan diapun mengantar Langga sampai ke mobilnya.

“Langga…!”

“Iya…!” Langga mematikan kembali mesin mobilnya, dokter Ussy kini mendekat di pintu mobinya.

“Kuharap…kamu akan benar-benar berhenti kelak jadi pria komersil…aku menunggu moment itu.”

Langga terdiam sesaat lalu mengangguk. Dokter Ussy pun menjauh dari mobil Langga dan membiarkan mobil ini keluar dari halaman rumah mewahnya, yang berada di kompleks perumahan mewah.

*****

Langga kembali buru-buru bersembunyi, dia melihat dua pria yang dulu menculiknya kini berdiri di dekat mobilnya di parkiran kampus.

“Sialan…dua centeng Tante Erna kembali ke sini, pasti akan menculikku lagi!” batin Langga cemas.

Ketika  berpaling, lagi-lagi Langga hampir saja menabrak mahasiwi dan kembali si mahasiwi ini adalah…Rebecca.

“Aduhh Abang…kenapa sih tiap kali bertemu kita selalu saja mau tabrakan!” sungut Rebecca kesal sendiri.

“Maaf Rebecca, aku…!”

“Pasti didatangin dua orang kasar itu lagi yaa…emang Abang salah apa sih, deb collector yaa mereka itu, dan mau rampas mobil Abang!”

Langga lalu menarik lengan Rebecca dan menjauh dari tempat ini, agar tak terlihat dua centeng tersebut.

“Iya mereka deb collector, makanya Abang mungkin akan serahkan ni mobil biar nggak lagi dikejar-kejar mereka!”  

“Baguslah bang…kasian banget sih hidup kamu dikejar-kejar terus. Mending kayak aku bang, jalan kaki aja, nggak usah mentingan gaya!” ceplos Rebecca, walaupun tak bermaksud menyindir, tapi Langga tersindir juga.

“Udah ahh, aku mau pulang dulu Bang, hari ini mata kuliahku sudah kelar!” Rebecca pun benar-benar pergi meninggalkan Langga.

Langga terpaksa bertahan hingga 2,5 jam, barulah setelah dua pria kasar ini tidak ada lagi, karena kampus mulai sepi, Langga pun cepat-cepat mengambil mobilnya dan pulang.

Besoknya…!

Mami Ela menatap kunci mobil dan STNK serta BPKB yang Langga serahkan padanya.

“Tolong Mam, pulangkan ini semua ke Tante Erna, aku kapok memakai pemberiannya, hidupku selalu terancam.” Langga benar-benar ingat ucapan Rebecca agar mengembalikan saja mobil ini, sehingga pria inipun benar-benar menyerahkan mobil tersebut melalui Mami Ela.

“Hmm…ya sudah…aku pun sebenarnya tak suka dengan kelakuannya.” Ucapan Mami Ela terpotong, saat Joy terlihat keluar dari sebuah ruangan dengan wajah diplester.

“Joy…kamu sudah berobat!” sapa Mami Ela.

“Iya mam…mam tolong jauhkan aku dari wanita jalang itu, bisa mati aku melayaninya!” Joy pun berlalu sambil meringis dan hanya mengangguk menatap Langga.  

“Kenapa si Joy Mam..?” Langga bertanya keheranan.

“Ulah Tante Erna…saat kamu memutuskan cuti, dia datang ke sini dan mencari-cari kamu, tapi mami bilang kamu cuti panjang. Lalu mami sodorkan si Joy, ternyata penderitaannya lebih parah dari kamu Langga!” Mami Ela menghela nafas panjang.

Langga langsung terdiam, kini makin bulat tekadnya tak ingin lagi berhubungan dengan Tante Erna.

“Langga…malam ini kamu temui Tante Mei, dia sudah lama antre menunggu service kamu, nihh depe buat kamu, kulihat kamu sudah sehat!” Mami Ela menaruh satu bebat uang di atas mejanya dan disodorkan ke hadapan Langga.

Langga tak bisa menolak, dia pun mengangguk dan mengambil depe 5 juta di meja tersebut.

Langga benar-benar tak mau lagi membawa mobil pemberian Tante Erna, kunci dan surat-surat mobil sudah dia tinggalkan semua di meja Mami Ela.

Malamnya di sebuah hotel mewah bintang 5…!

Tante Mei senang bukan main, Langga sudah berhasil membuat dia melayang hingga 10X klimaks.

“Hmmm nggak rugi aku nunggu kamu, benar-benar hebat permainan kamu Langga,” puji Tante Mei sambil meremas batang kokoh pemuda ini.

Tante Mei istri seorang pengusaha keturunan telah dibuat bertekuk lutut oleh Langga. Di usianya yang sudah hampir 50 tahunan, Tante Mei bak mendapatkan energy baru usai digeruduk Langga, yang selama ini tak pernah terpuaskan oleh suaminya.

Langga pun pulang membawa bonus 15 juta dari Tante Mei, dia sengaja berjalan kaki menikmati malam kota Jakarta.

Saat duduk di sebuah kafe pinggir jalan dan mengisi perutnya yang kosong, Langga baru tersadar dengan pesan Astrid dahulu.

“Langga, seandainya terjadi apa-apa terhadapku, tolong sesekali jenguk anakku yang tinggal dengan neneknya.” Itulah pesan Astrid yang belum dia tunaikan.

“Astaga…maafkan aku Astrid, baiklah besok aku akan jenguk anakmu sekalian menyerahkan uang buatnya!” Langga kemudian membayar makananya dan menyetop sebuah taksi lalu pulang kembali ke kosnya.

“Waah ini pasti artis, tampan banget, tumben naik taksi!” batin si sopir taksi sambil melirik ke spion mengintip Langga yang duduk termenung menatap jalanan ibukota.

Besoknya Langga naik bus menuju ke kampung Astrid…!

*****

BERSAMBUNG

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status