“Cepat mandi, Sayang. Jangan sampai terlambat. Sarapan sudah aku siapkan di meja.”
“Ok, Sayang.” Melvin mencium mesra bibir Misya dan segera meninggalkannya untuk mandi.“Sayang … nanti aku mau pergi ke mall ya,” teriak Misya kepada Melvin yang sedang berada di kamar mandi.“Ok, sayang,” jawab Melvin sambil mandi.“Aku nanti mau belanja ya, kosmetik sudah habis.”“Silahkan, Sayang.”“Asyik …” ucap Misya melompat kegirangan.Misya segera bersiap-siap akan pergi mall. Ia akan mengecek saldo yang ada di ATM Melvin dan akan membelanjakan banyak barang sebagai perayaan untuk dirinya sendiri karena telah memenangkan Melvin menjadi suaminya sendiri.Pagi yang cerah untuk Misya. Ia tersenyum sangat lebar sambil memandangi kartu ATM yang ada di tangannya saat ini.
“Aku nanti mau beli apa aja ya … Uh … aku tidak sabar ingin belanja,” ucap Misya kepada dirinya sendiri di depan cermin. Ia memoles wajahnya dengan make up agak tebal dan pakaian yang sangat seksi.Wah ada tukang nguping ... Sadar gak si itu Zee lagi di deketin sama Misya?
"Jika kamu masih bersedih, ayo kita bersenang-senang sekarang. Aku akan menemanimu seharian," tawar Zidan."Apakah kakak tidak bekerja hari ini?" tanya Zee bingung."Aku cuti hari ini dan aku sudah melaporkannya ke atasanku." Zidan tersenyum tulus.Kring! Kring!"Halo …" Zee mengangkat telepon yang masuk ke ponselnya."Kamu dimana Zee?" tanya Nina."Saya sedang di jalan. Ada apa, Bu?" jawab Zee agak sebal."Aku mau minta uang yang kamu janjikan kemarin. Uang arisan dan kosmetik Ibu! Ini sudah awal bulan kan!" seru Nina kesal karena uang untuknya belum juga ditransfer oleh Zee. Biasanya pagi-pagi setiap tanggal satu, Zee sudah mentransfer uang ke rekeningnya."Ah … maaf, Bu. Sekarang saya sudah bercerai dari Kak Melvin," ucap Zee santai. Ia ingin tertawa mendengar Nina yang masih meminta uang kepadanya."Cerai? Kapan?" tanya Nina penasaran. Melvin tidak memberitahukan apapun kepadanya."Kemarin Kak Melvin sudah memberikan talak satu kepada saya dan hari
"Haha … biar dia rasakan apa yang aku rasakan. Dia pikir menikah dengan Melvin itu sangat indah." Zee tertawa terbahak-bahak.Misya yang mendengar semua ucapan Zee dan Zidan menjadi sangat geram. Ia bahkan tidak pernah menyangka Melvin yang selalu berdandan perlente ternyata gajinya sekecil itu. Ia juga tidak menyangka bahwa uang di tabungan Melvin hanya tersisa lima ratus ribu setiap bulan dan orang tua Melvin sudah seperti lintah penghisap tabungan seperti yang Zee katakan tadi. "Zee tidak mungkin berbohong. Aku harus mengecek semua ucapan Zee tadi," ucap Misya di dalam hati. Ia bangkit berdiri dan tidak jadi memesan makanan di cafe Mentari. Ia harus mengecek semua perkataan Zee tentang tabungan Melvin."Eh, Sya mau kemana?" tanya Wina yang baru saja sampai ke Cafe Mentari untuk memenuhi undangan Misya."Keluar, yuk!" Misya menarik tangan Wina dari Cafe Mentari."Pelan-pelan, Sya. Ada apa sih?" tanya Wina penasaran karena sedari tadi tangannya ditarik oleh Misya.
“A-apakah kamu ada cara untuk membatalkannya? Aku sendiri belum ada ide untuk itu.” Misya menjadi tidak tenang. Ia mondar-mandir di dalam pojok ATM sambil menggigiti kuku jarinya.“Sekarang lebih baik kamu tanyakan kepada Melvin terlebih dahulu, mengapa ia hanya ada uang sesedikit itu saat ini. Tanyakan kepada Melvin berapa gajinya yang sebenarnya dan kemana saja gajinya selama sebulan ini,” Wina mencoba menenangkan Misya.“Ya … ya … kamu benar. Aku harus bertanya kepada Melvin. Aku harus meminta penjelasannya.” Misya mengambil telepon genggamnya dan menekan tombol untuk nomor telepon Melvin.“Ya, Sayang …” jawab Melvin di telepon dengan mesra.“Mas, ada yang ingin aku tanyakan dan penting.”“Ada apa? Apa uang yang di ATM kurang dan kamu belum puas belanja, Sayang?” goda Melvin.“Aku bahkan belum berbelanja apapun, Mas,” balas Misya kesal.“Terus apa yang ingin kamu tanyakan, Sayang?” tanya Melvin bingung.“Apakah Mas tahu berapa banyak gaji Mas saat ini?” se
Melvin masih berpikir masih ada sisa uang di tabungannya. Ia sendiri bingung apa saja yang telah ia keluarkan hingga sisa di ATM-nya hanya sedikit.“Aku harus menelepon Zee untuk tahu semua pembayaran yang selama ini ia lakukan,” ucap Melvin di dalam hati. Ia sendiri penasaran dengan pengeluaran bulanannya. Akhirnya ia mengambil telepon genggamnya dan menekan tombol nomor telepon Zee.Satu kali panggilan tidak diangkat dan Melvin tidak menyerah hingga Zee mau mengangkat teleponnya. Hanya Zee yang mengetahui detail keuangannya hingga hari kemarin. Hanya Zee yang bisa menjelaskan apa yang terjadi dengan gaji Melvin selama ini. Apakah Zee mentransfer uang Melvin ke tabungannya atau bagaimana? Atau Zee berbuat curang sebelum Melvin meminta ATM itu agar Misya memarahinya dan meminta cerai?Semua prasangka di dalam hati Melvin begitu bergejolak membuat dia susah konsentrasi dalam bekerja.“Halo …” jawab Zee di telepon. Akhir
Misya mondar-mandir di depan pojok ATM, ia terus berusaha menghubungi Melvin tapi tidak ada jawaban dari suaminya itu. Ia sendiri menjadi ragu sekaligus kecewa dengan perbuatan Melvin kepadanya dengan tidak mengindahkan panggilan darinya. Padahal selama ini, Melvin selalu mengangkat teleponnya bagaimanapun sibuknya Melvin."Kenapa, Sya?" Wina memperhatikan wajah Misya yang semakin tertekuk."Melvin tidak mau mengangkat teleponku.” Misya menjauhkan telepon genggam dari telinganya. Sudah lima kali Misya menelpon Melvin tapi ia tidak mendapatkan jawaban sama sekali dari suaminya saat ini. Hanya operator telepon yang selalu menjawab panggilan dari Misya untuk Melvin.“Lagi sibuk kali, Sya,” Wina mencoba menenangkan Misya.“Bahkan sekarang ia mematikan handphonenya," ucap Misya tak percaya. Ia sudah lelah menelepon Melvin untuk bertanya apa yang terjadi sebenarnya. Ia butuh kebenaran untuk menentukan langkah apa yang selanjutnya harus ia ambil. Ia tidak mungkin bertahan denga
Misya masih sangat marah dengan ATM Melvin dan tidak adanya kabar dari Melvin sama sekali. Ia sudah tidak mau kembali ke hidupnya yang susah dahulu kala. Ia menikah dengan Melvin bukan untuk membuat dirinya susah. "Aku tidak mau tahu bagaimana caranya agar Melvin punya uang lebih untukku setiap bulannya. Aku tidak mau hidup susah lagi." Misya mengepalkan tangannya sambil menggenggam teleponnya."Maksudmu, kamu akan meminta Melvin bekerja di lain tempat? Double job?" Wina mencoba mengkonfirmasi. "Jika perlu triple job. Aku tidak peduli. Jika dia tidak bisa mendapatkan uang dari Zee maka ia harus bekerja lebih keras untuk menghidupi diriku," sahut Misya geram. Ia tidak peduli bagaimana lelahnya Melvin bekerja yang terpenting kebutuhannya tercukupi. "Aku akan mendukungmu, Sya," ucap Wina memberikan dukungan. "Terima kasih, Win. Aku lapar sekarang. Ayo kita makan terlebih dahulu," ajak Misya yang perutnya sudah mulai keroncongan. "Makan dimana?
Aku mencintai kamu tulus dan tanpa syarat. Bahkan aku rela berkorban untuk keluargamu tanpa mempedulikan keluargaku sendiri. Tapi apa yang aku dapat? Hanya pengkhianatan darimu dan keluargamu. Masih pantaskah aku untuk memaafkan kamu? Bahtera rumah tangga seperti istana pasir yang sudah hancur terkena ombak dan tidak bisa bertahan lagi. Meskipun kamu memperbaikinya, maka tidak akan pernah sama bentuknya dengan yang lama. Begitu juga dengan hatiku yang sudah hancur. -Zeline- “Tapi, apa yang akan kamu lakukan jika Melvin meminta kamu kembali lagi?” tanya Zidan serius."Apa ya? Aku mungkin akan menolaknya mentah-mentah." ucap Zee cekikikan."Hei, aku sedang bertanya hal serius, Zee. Aku tidak mau terjebak dengan Melvin lagu," ujar Zidan sebal karena Zee seperti orang yang tidak serius menanggapinya."Aku sudah meyakinkan diri untuk menolaknya apapun yang akan dia lakukan nanti," jawab Zee penuh percaya diri."Yakin? Apa cinta
Kontrakan MisyaMisya sudah mondar-mandir tidak tenang di dalam kontrakannya. Ia menunggu Melvin yang tidak kunjung pulang. Sudah hampir tiga jam dari jam pulang kantor, tapi tidak ada batang hidung Melvin tampak di hadapan Misya.Ceklek!Bunyi kunci pintu diputar.“Mas … akhirnya kamu pulang juga,” Misya langsung mendatangi pintu.“Ya, kenapa Mis?” tanya Melvin tegang. Ia seakan ketakutan dengan kedatangan Misya.“Jadi bagaimana? Apa kamu sudah bertanya ke bagian Finance?” tanya Misya tidak sabar menodong jawaban Melvin. “Apakah boleh aku beristirahat sejenak? Bisakah kamu mengambilkan air terlebih dahulu untukku? Hari ini aku sangat lelah,” protes Melvin pelan. Ia sendiri tidak berani bernada keras kepada Misya seperti biasanya ia berbicara kepada Zee.“Minum? Kamu bisa ambil sendiri. Di dapur kan ada air. Kamu punya kaki kan!” ucap Misya kesal karena pertanyaannya tidak dijawab oleh Melvin. Ia berjalan ke sofa dan tidak mau mengurus keperluan Melvin sama