“Zee … Zee ...” panggil Melvin di depan pintu. Ia bahkan lupa membawa kunci rumah karena tergesa-gesa untuk pulang ke rumah.
“Zee … Zee ...” Melvin memanggil Zee kembali tapi tidak ada jawaban sama sekali dari dalam rumah. Ia meraih ponselnya dan memilih nama Zee untuk di teleponnya.
“Maaf, nomor telepon yang anda tuju sedang tidak aktif atau di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi,” jawab operator telepon kepada Melvin.
"Hais … kamu dimana sih, Zee?" ucap Melvin kesal.
Melvin akhirnya pergi ke rumah orang tuanya yang berbeda tiga rumah darinya. Ia akan menunggu Zee pulang dan mengambil ATM-nya dari tangan Zee.
"Bu," panggil Melvin di depan pintu kontrakan orang tuanya.
"Ya, tunggu sebentar." Nina keluar dari kamarnya dan mendengar suara Melvin di depan pintu rumah.
Ceklek
Pintu rumah dibuka.
"Wah ternyata kamu sudah pulang," ujar Nina yang sangat senang melihat kedatangan Melvin.
"Iya, Bu. I
Keluarga seperti ini enaknya diapain ya? hehe
Cinta hanya seutas tali yang mudah putusZee menemui kedua orang tuanya. Ia harus berkonsultasi terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan terpenting di dalam hidupnya. Ia tidak mau mengambil keputusan di saat kepalanya masih sangat panas dan hatinya sedih.Ting tong!Zee memencet bel pintu rumah orang tuanya."Zee …” Virni terkejut karena melihat Zee berada di depan pintu rumahnya. “Aduh mama kangen sekali bertemu denganmu." Virni memeluk Zee erat. Ia sangat merindukan putri semata wayangnya yang jarang pulang ke rumah.“Mama, aku kangen mama … Huaaa …” Tangis Zee pecah saat ia merasakan dekapan erat dari mamanya.“Jangan menangis, Sayang. Ayo masuk ke dalam. Ada kakak dan Papa di dalam.” Virni mengajak Zee untuk masuk ke dalam rumah.“Hei, anak papa kenapa matanya sembab?” tanya Alex, papa Zee. Ia sangat heran mengapa mata anaknya sangat sembab dan penampilan Zee sangat berantakan, tidak seperti biasanya.“Aku … aku butuh konsultasi kepada kalian semua
“Jika kamu masih sangat mencintainya, cobalah berdamai dengan keadaan. Terimalah madumu, Zee,” ucap Alex memberi nasehat.“Tapi tidak semudah itu, Pa!” sahut Zidan tidak terima dengan nasehat papanya.“Jadi menurut kamu, Zee harusnya seperti apa?” tanya Alex heran kepada Zidan. Ia memang tahu dari dulu bahwa Zidan sangat tidak menyukai Melvin.“Cerai!” tegas Zidan.“Perceraian sangat dibenci Allah, Zidan,” ucap Virni mengingatkan.“Bagaimana jika kamu mencoba bertahan terlebih dahulu? Tapi jika kamu tidak sanggup, maka kami akan mendukungmu selalu,” ucap Alex lagi memberikan pilihan kepada Zee.“Aku tidak tahu apakah aku sanggup atau tidak, Pa. Mereka semua bahkan seperti sangat membenci diriku,” lirih Zee sedih. Ia sangat ingat bagaimana perlakuan keluarga Melvin selama ini kepadanya. Hanya Melvin dan Rio yang sangat baik kepadanya, tapi sekarang Melvin berubah menjadi orang yang berbeda semenjak menikah dengan Misya.“Uji coba dulu, Sayang.” Virni mengelus pun
Setelah berkonsultasi dengan keluarga, rencana Zee menjadi lebih matang. Ia tidak mau harga dirinya diinjak terus menerus oleh keluarga Melvin. Ia harus membuat mereka menyesal karena telah menyia-nyiakan dirinya. Ia akan berjuang untuk pernikahannya dan dirinya sendiri. "Aku tegar, aku kuat!" Zee mengingatkan dirinya sendiri di sepanjang perjalanan menuju rumah kontrakannya."Aku wanita kuat, aku bisa berdiri di atas kakiku sendiri," ucap Zee sambil komat kamit sendiri. Ia mendoktrin dirinya agar lebih baik dan tegar.Dengan tegar, Zee pulang kembali ke rumah kontrakannya. Ia akan menghadapi semua orang yang berada di sana dan ia akan melihat seberapa jauh ia dapat bertahan dengan kenyataan pahit yang ada di hadapannya.Ketika sedang berjalan pulang melewati gang dekat rumahnya, tiba-tiba …“Zee …,” panggil seorang pria yang sudah Zee kenal suaranya. Dia adalah Melvin, suaminya. Ia seperti orang tidak sabaran menunggu kedatangan Zee.Zee melirik ke arah suaminya
“Baiklah jika itu yang kamu mau. Aku juga tidak perlu repot untuk meminta kepadamu karena kamu sudah mengerti posisiku,” ucap Melvin pongah sambil melipat kedua tangannya di depan dada.“Baik, besok aku akan ke pengadilan agama dan memproses permohonan cerai,” tegas Zee. Ia sudah berubah pikiran. Rasa cintanya kepada Melvin menjadi rasa benci. Ia ingin bebas dari laki-laki yang menyakiti hatinya dan tidak melihat pengorbanannya selama ini.“Untuk harta gono gini ...” ujar Melvin pelan.“Tenang saja, tidak ada harta gono gini yang akan aku tuntut dari Kakak,” sahut Zee lantang.“Baguslah, kamu cukup tahu diri,” jawab Melvin lega.“Tentu saja aku tahu diri. Apa ada lagi yang Kakak butuhkan? Jika tidak, aku akan membereskan semua barang bawaanku dan pindah ke rumah orang tuaku sekarang,” ucap Zee kesal. Ia malas berlama-lama dengan mantan suaminya kini.“Aku harus mengawasi semua barang bawaanmu. Aku tidak mau kamu membawa barang yang ada di rumah,” ujar Melvin seakan
Zee sudah sampai ke rumahnya diantarkan oleh taksi online. Ia merasa lelah sekaligus lega karena harus melepas statusnya yang selama ini ia sandang, istri seorang Melvin Vincent.“Kak, Zee pulang,” ucap Zee lelah saat menelepon kakaknya, Zidan.“Sebentar, aku akan keluar rumah.” Zidan menutup teleponnya dan segera menghampiri Zee yang masih berada di dalam mobil.Pintu mobil dibuka dan Zidan membantu Zee dan mengambil semua barang yang berada di dalam mobil.“Kamu masuk saja ke dalam. Kakak yang akan merapikan semuanya,” ucap Zidan prihatin kepada Zee. Ia melihat wajah Zee yang sudah tidak bersemangat karena permasalahan di dalam hidupnya. “Terima kasih,Kak.” Zee masuk ke dalam rumah dengan lunglai tanpa tenaga. Bertemu dengan Melvin adalah penguras energi bagi Zee. Pikiran untuk rujuk sebelum kembali ke kontrakan hilang seketika di saat Melvin memberikan talak kepadanya.“Zee, ayo istirahat dulu,” Virni menyambut Zee yang sudah masuk ke dalam rumah. Ia menggiring
“Dan, ah … hampir aku lupa. Ini adalah kartu ATM yang berisi gajiku selama sebulan.” Melvin mengambil kartu ATM dari saku celananya dan memberikannya kepada Misya.“Wah … asyik.” Misya bertepuk tangan dengan senang karena yang ia inginkan akhirnya ia dapatkan. “Apakah ada uang di dalam ATM ini, Mas?” tanya Misya penuh selidik.“Aku tidak tahu. Tadi saat kemari aku tidak mengeceknya sama sekali,” Melvin mengedikkan bahunya. Selama ini bahkan ia tidak pernah mengecek berapa gaji yang ia terima dari perusahaan.“Ya sudah, kalau begitu aku akan mengeceknya besok. Besok hari gajian kan?” tanya Misya penuh harap dan tersenyum sumringah.“Ya, besok tanggal satu. Tanggal untuk gajian,” ucap Melvin penuh percaya diri.“Aku bahagia sekali, Mas. Terima kasih untuk hadiah ini …” Misya memeluk mesra Melvin.“Oh ya, aku masih ada satu lagi …” Melvin berpura-pura berpikir dan menggoda Misya.“Apa itu, Mas?” tanya Misya antusias.“Mulai besok kita pindah ya. Kita ke kontraka
Pagi-pagi sekali Zee sudah menyiapkan diri untuk shalat subuh. Hanya Allah yang bisa mendengarkan semua keluh kesahnya tanpa Zee merasa malu. Hanya Allah tempatnya berlindung selama ini.“Ya Allah, apakah jalan yang aku ambil ini sudah benar? Kemana Kau akan menuntunku? Dimana akhir tujuanku, Allah?” tanya Zee dalam doanya. Ia hanya bisa berserah kepada Allah untuk semua yang terjadi di dalam hidupnya.“Semoga Engkau memberikan kekuatan kepadaku untuk menghadapi semua permasalahan di dalam hidupku. Tolong tuntun aku tetap berada di jalanmu dan tolong maafkan semua kesalahan yang telah aku buat selama ini. Amin,” ucap Zee mengakhiri doanya.Setelah selesai berdoa, Zee segera menyiapkan dirinya untuk pergi. Ia berdandan secantik mungkin dan mendoktrin dirinya sendiri untuk menjadi wanita yang tegar dan kuat. Ia sudah bersiap untuk pergi ke pengadilan agama untuk menuntaskan pernikahannya yang sudah kandas. Semua surat-surat telah ia siapkan dari semalam agar tidak ada yang ku
“Jatah bulanan?” tanya Zidan penasaran, “Selama masa iddah, bukankah Melvin wajib memberikan kamu nafkah, maskan (tempat tinggal) dan kiswah (pakaian)?”“Haha … ” Zee menertawakan pertanyaan Zidan.“Kenapa kamu tertawa?”“Darimana dia bisa memberikan semua itu kepadaku, Kak?” ucap Zee sambil menggelengkan kepalanya.“Apa maksud kamu, Zee?” Zidan menjadi bingung dengan ucapan Zee. Ia tahu Melvin tidak terlalu tinggi gajinya, tapi setidaknya seharusnya Melvin tetap bertanggung jawab kepada Zee selama menjalani masa iddah.“Aku sudah melakukan auto transfer setiap bulannya ke pos pengeluaran masing-masing. Uang bulanan yang tersisa dari rekening Melvin setelah banyak potongan hanya lima ratus ribu rupiah. Apa yang bisa aku minta untuk jatah bulanan?” jelas Zee sambil tersenyum miris.“Lima ratus ribu?” Zidan sangat kaget dengan rahasia yang Zee simpan selama ini.“Dan satu lagi, keluarga Melvin sudah seperti penghisap darah, setelah di transfer ke rekening masing-m