مشاركة

Bab 7

مؤلف: Ana Merwin
'Perlu buat janji dengan dokter spesialis andrologi atau tidak, ya?'

Namun, setelah dipikir-pikir, Doddy tetap tidak berani mengutarakannya.

Arman sama sekali tidak tahu apa yang dipikirkan asistennya. Dia sedikit bersandar ke belakang, lalu berkata dengan wajah tanpa ekspresi, "Keluarga Naratama nggak akan mampu bertahan lebih dari tiga bulan. Saat itu, kita akan akuisisi mereka."

Keluarga Damara terus mendesaknya untuk menikah. Namun, mereka juga tidak ingin Arman menikahi putri dari keluarga berpengaruh yang benar-benar kuat. Setelah susah payah, mereka memilih Keluarga Naratama yang tampak kuat dari luar, tetapi sebenarnya rapuh. Mereka pikir dia tidak mengetahuinya, benar-benar konyol.

Tiga bulan lagi, saat dia langsung mengakuisisi Grup Naratama, Arman ingin melihat apakah orang-orang Keluarga Damara itu masih bisa tertawa. Keluarga Naratama sendiri juga harus membayar mahal atas keserakahan mereka.

Begitu memikirkan Keluarga Naratama, Arman pun langsung teringat pada Rossa.

Sejak awal, pernikahan ini memang dimaksudkan sebagai pertaruhan jangka pendek. Namun, Rossa benar-benar nekat. Dia sampai berani memberikan obat kepada Arman.

Begitu mengingat kejadian itu, Arman merasa dadanya panas dan sesak. Dia menarik dasinya, tetapi tetap tidak merasa lega.

"Baik, Pak Arman," jawab Doddy. Namun di dalam hatinya, Doddy merasa sedikit kasihan pada Rossa.

Bu Rossa masih belum tahu soal ini. Jika nanti tahu, pasti akan sangat sedih. Sayangnya, dia hanyalah seorang asisten kecil, tidak punya kuasa terhadap urusan sebesar ini.

Akan tetapi... "Oh ya Pak Arman, Pak Dirga menghubungiku. Katanya inventarisasi seluruh aset atas nama Anda sudah selesai lima hari lalu. Dia menanyakan kapan Anda akan menghubungi Bu Rossa.

Arman mengerutkan keningnya sedikit. Dia teringat ucapan Rossa yang ingin bercerai dengannya, bahkan dengan rakusnya meminta setengah dari aset miliknya.

"Bilang padanya, tunggu sampai aku beri kabar."

Jika bercerai sekarang, Keluarga Damara pasti tidak akan setuju. Mereka juga pasti akan membuat keributan nantinya. Jadi, demi menjaga sedikit kedamaian dan ketenangan, sebaiknya menunggu beberapa hari lagi.

Benar, dia melakukannya hanya untuk menenangkan Keluarga Damara, tidak lebih.

Beberapa hari kemudian.

Rossa akhirnya pulih sepenuhnya. Lantaran tidak berani minum obat dan hanya mengandalkan daya tahan tubuhnya sendiri, proses penyembuhannya pun berjalan lebih lambat.

Kondisi Keluarga Naratama makin memburuk dari hari ke hari. Semua cara yang bisa dipikirkan sudah dicoba oleh Rossa, termasuk mempromosikan bisnis mereka di situs resmi dan mencantumkan nomor kontak kerja sama. Namun, selama beberapa hari, tidak ada satu pun telepon masuk. Kakaknya, Justin bahkan sampai harus melakukan perjalanan bisnis ke Provinsi Kanira untuk mencari peluang bisnis.

Tepat di saat Rossa mulai merasa putus asa, akhirnya dia menerima telepon dari calon pembeli yang berminat. Akan tetapi, orang tersebut mengatakan jika jadwalnya sangat padat dan tidak bisa datang langsung ke perusahaan. Orang itu meminta Rossa datang ke sebuah restoran dekat bandara untuk berdiskusi lebih lanjut dan meminta Rossa membawa sampel produk.

"Aku akan segera ke sana." Rossa langsung menyetujuinya.

Meski hanya pesanan kecil, sekecil apa pun tetap ada nilainya. Jadi, bisa menjual sedikit saja tetap lebih baik dibanding tidak ada penjualan sama sekali.

Rossa meminta sopir mengantarnya ke restoran. Sesampainya di sana, orang yang menghubunginya sudah menunggu.

Orang itu adalah seorang pria paruh baya bertubuh agak gemuk. Begitu melihat Rossa, dia langsung mengerutkan kening dengan tidak senang. "Kenapa lama sekali datangnya? Bukannya sudah kubilang, aku buru-buru mau naik pesawat?"

"Maaf," jawab Rossa dengan nada merendah. "Telepon Anda datang agak terlambat dan butuh waktu untuk menyiapkan sampelnya."

Setelah itu, Rossa mengeluarkan sampel dan dokumen yang sudah disiapkan. "Silakan dilihat. Dari segi kualitas maupun kuantitas, kami bisa memenuhinya."

Orang itu mengambilnya dan melihat-lihatnya sebentar. Dia tampak cukup puas. "Barangnya bagus. Aku mau seribu unit."

"Cuma seribu?" Rossa mengerutkan kening. Jumlah itu terlalu sedikit.

"Aku beli sebanyak ini, kamu harus kasih harga diskon dong," kata pria itu.

Seribu pun tidak apa-apa. Rossa merasa tidak punya pilihan dan mulai bernegosiasi soal harga. Namun, tak disangka, pria itu malah mengeluh harganya mahal dan menawarkan harga yang bahkan lebih rendah dari biaya produksi.

Rossa tertawa kesal, lalu langsung mengemasi barang-barangnya. "Kalau begitu, aku batalkan saja. Harga segitu bahkan nggak cukup untuk beli bahan baku. Lebih baik kamu cari pemasok lain saja."

Rossa langsung berdiri dan bersiap pergi. Namun, tak disangka, pria itu tiba-tiba menarik lengannya.

"Berhenti! Kamu sudah buang-buang waktuku sebanyak ini dan sekarang mau pergi begitu saja? Apa kamu mau main-main denganku? Apa kamu tahu kalau waktuku itu terlalu berharga? Kamu harus menjual barang ini padaku!" kata pria itu dengan nada memaksa dan tidak masuk akal.

Rossa belum pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu dan ingin memaksa membeli sekaligus menjual seperti ini. Dengan wajah dingin, Rossa pun berkata, "Aku peringatkan kamu, lepaskan aku. Kalau nggak, jangan salahkan aku kalau aku bersikap kasar!"

"Kamu mau pakai kekerasan? Baik, kita lihat siapa yang menang!"

Sambil berkata seperti itu, pria itu mengayunkan lengannya, melemparkan Rossa dengan kasar ke luar.

Rossa sama sekali tidak menyangka pria itu akan langsung menyerangnya. Lantaran tidak ada persiapan, tubuh Rossa pun terdorong ke belakang. Rossa sudah mengira akan jatuh ke lantai dengan keras. Namun, tak disangka, ada seseorang yang mengulurkan tangannya dan menangkapnya, membuat Rossa bersandar di dada yang lebar dan hangat.

Rossa menghela napas lega, lalu menoleh dan berkata, "Terima…"

Namun, kata "kasih" belum sempat keluar sepenuhnya, langsung tertelan kembali saat Rossa melihat wajah Arman.

Arman baru saja kembali dari perjalanan bisnis. Lantaran penerbangan jarak jauh dan tidak makan apa pun di pesawat, Arman mampir untuk mencari makan. Tak disangka, begitu masuk restoran dan belum sempat duduk, Arman langsung melihat Rossa terlempar ke arahnya.

Secara naluriah, tangan Arman langsung terulur dan menangkap tubuh Rossa.

Arman sendiri juga tidak tahu kenapa dia bisa bertindak seperti itu. Di masa lalu, jika dihadapkan pada situasi seperti itu, Arman pasti akan langsung menghindar, membiarkan orang itu jatuh ke lantai.

"Arman, kenapa kamu bisa ada di sini?"

Apakah ini yang namanya nasib sering mempertemukan seseorang dengan orang yang tidak ingin ditemui, terutama dalam situasi buruk atau memalukan? Dua kali mencoba menjual barang gagal dan dua kali itu juga Arman melihat Rossa di saat yang paling memalukan.

"Harusnya aku yang menanyakan itu padamu," cibir Arman. "Lagi-lagi kamu mempermalukanku di depan umum."

Direndahkan seperti itu, Rossa pun merasa tidak terima. "Kehormatanku itu urusanku sendiri. Apa urusannya denganmu?"

"Kenapa Bu Rossa lupa pada statusnya sendiri saat ini?"

Arman mulai kesal. Wanita ini seolah-olah benar-benar ingin memutus semua hubungan dengan dirinya.

Rossa membalas dengan penuh amarah, "Status apa? Istrimu? Toh sebentar lagi juga bukan lagi."

Saat mengatakan itu, Rossa tiba-tiba teringat sesuatu. "Oh ya, soal surat perjanjian cerai…"

Belum sempat Rossa menyelesaikan kalimatnya, pria paruh baya di depan mereka tiba-tiba memotongnya. Pria itu menatap Rossa, lalu menoleh ke arah Arman. Lantaran Arman jarang muncul di media, meski pria itu memang merasa aura Arman yang menakutkan agak mengintimidasi, pria itu masih enggan untuk menyerah begitu saja.

"Kamu pikir cuma karena bawa bantuan, aku jadi takut? Dengar ya, kecuali kamu jual barang ini dengan harga yang tadi, urusan ini belum selesai!"

Arman mengerutkan keningnya sedikit. Dia malas memperhatikan teriakan di telinganya dan langsung memanggil, "Doddy!"

"Baik, Pak Arman."

Doddy langsung maju dan tanpa basa-basi melayangkan satu pukulan keras ke wajah pria itu.

Rossa terkejut. Sebelumnya, perhatiannya sepenuhnya hanya tertuju pada Arman, sampai-sampai tidak menyadari bahwa Doddy ternyata juga ada di sana. Asisten yang selalu berada di sisi Arman ini, kabarnya memang pernah belajar ilmu bela diri. Selain bertugas sebagai asisten, dia juga sangat handal dalam melindungi keselamatan Arman.

Namun, ini pertama kalinya Rossa melihat Doddy turun tangan. Rossa tidak menyangka bahwa ternyata Doddy setangguh itu.

Pria paruh baya itu langsung terjatuh ke lantai setelah dipukul. Dia memegangi salah satu matanya dan tergagap ketakutan, "Kalian menyalahgunakan kekuasaan! Lihat saja nanti!"

Kemudian, pria itu langsung lari terbirit-birit.

Rossa hanya bisa terdiam dan kehabisan kata-kata. Namun, ada rasa sedih yang menyusup ke dalam hatinya.

Sejak kapan dia begitu rendah, sampai perlu memohon pada pelanggan seperti itu? Jika orang itu tidak menekan harga terlalu rendah, sebenarnya Rossa akan benar-benar menjualnya.

Suasana hati Rosa langsung menjadi muram. Arman menatap orang di dalam pelukannya itu dan mengerutkan kening.

Entah kenapa, tiba-tiba Arman ingin menenangkan hati Rossa agar tidak merasa cemas lagi.
استمر في قراءة هذا الكتاب مجانا
امسح الكود لتنزيل التطبيق

أحدث فصل

  • Aku Tidak Butuh Cintamu yang Terlambat   Bab 100

    Rossa memang sangat marah. Namun, dalam sekejap dia kembali tenang.Arman adalah suaminya yang akan segera bercerai dengannya. Setelah bercerai, Arman bisa melakukan apa pun yang dia inginkan. Rossa tidak akan terkejut jika Arman segera menikahi Fera, apalagi hanya mengatur agar Fera bergabung dengan Grup Damara."Bu Fera." Rossa menyilangkan tangan di dada. Dia tersenyum dingin dan berkata, "Kamu tahu nggak, ada kata di internet yang memang khusus untuk menggambarkan orang seperti kamu.""Kata apa?" Fera menengadah dengan penuh rasa ingin tahu."Wanita yang tampak tenang dan baik hati, tapi sebenarnya kejam dan manipulatif," kata Rossa dengan acuh tak acuh.Ekspresi Fera sempat tampak sedikit berubah. Namun, Fera dengan cepat menunduk dan mulai meneteskan air mata. "Bu Fera, aku tahu kamu pasti salah paham tentang Kak Arman, makanya kamu sampai menghina aku seperti ini. Tapi, aku nggak akan menyalahkanmu."Arman hanya diam saja."Kalau saat kamu mengatakan semua ini cuma salah paham,

  • Aku Tidak Butuh Cintamu yang Terlambat   Bab 99

    Setelah melihat-lihat, Rossa bersiap untuk pergi. Namun, tepat saat hendak keluar dari toko, Rossa melihat Fera masuk sambil menggandeng tangan Arman."Kak Arman, aku sudah punya banyak baju. Kamu nggak perlu beliin aku lagi."Fera masuk dengan sikap malu-malu. Namun begitu masuk, pandangannya langsung tertuju pada Rossa. Dengan ekspresi pura-pura terkejut, Fera berkata, "Bu Rossa, kenapa kamu ada di sini? Jangan-jangan kamu tahu aku dan Kak Arman mau ke sini."Maksudnya adalah, Rossa sudah mengikuti mereka.Bahkan diam-diam, dari sudut yang tidak terlihat oleh Arman, Fera sempat melemparkan tatapan menantang ke arah Rossa.Telapak tangan Rossa mengepal erat. Meskipun dia sudah tidak mencintai Arman lagi, melihat pria itu dengan terang-terangan bermesraan dengan Fera di depan umum, sementara dirinya sendiri bahkan tidak diizinkan dekat dengan pria lain, Rossa merasa semuanya begitu ironis.Hati Rossa sudah mati rasa. Dia menatap mata Arman yang dalam dan gelap itu.Rossa tersenyum dan

  • Aku Tidak Butuh Cintamu yang Terlambat   Bab 98

    Rossa mengamati perusahaan pakaian tersebut dan menemukan bahwa perusahaan itu dikelola dengan buruk. Bukan hanya tidak menghasilkan keuntungan, malah justru harus disubsidi oleh grup.Setelah menghabiskan pagi harinya untuk memeriksa laporan keuangan, sore harinya Rossa mengadakan rapat dengan semua departemen untuk mencari akar permasalahan.Namun, di luar dugaan, semua orang saling lempar tanggung jawab. Akhirnya, rapat pun berakhir tanpa hasil.Begitu waktu pulang tiba, Rossa langsung pulang tepat waktu.Begitu Rossa pergi, seluruh kantor mulai bergosip ramai-ramai."Nggak tahu apa-apa, tapi langsung jadi Manajer Umum. Sebenarnya dia punya koneksi apa sih?""Dia dibawa langsung oleh Pak Doddy. Katanya pagi tadi datang naik mobil Pak Arman. Jangan-jangan dia kerabat Keluarga Damara?""Mungkin juga pacar gelapnya Pak Arman.""Bukankah pacar gelapnya Pak Arman itu Bu Fera?""Katanya Pak Arman sudah menikah, berarti yang lain itu cuma selingkuhan."Gosip di kantor pun perlahan mulai me

  • Aku Tidak Butuh Cintamu yang Terlambat   Bab 97

    Arman mengejek dengan dingin, "Ini diatur langsung oleh Tuan Besar Dipa untukmu. Kalau kamu nggak pergi, aku hanya bisa membiarkan Tuan Besar Dipa yang mengurusmu."Rossa langsung terdiam.Sejujurnya, di Keluarga Damara, selain Arman, orang yang paling ditakuti Rossa adalah Tuan Besar Dipa.Dia terlihat ramah. Namun entah mengapa, selalu ada perasaan bahwa tidak ada hal yang bisa disembunyikan dari Tuan Besar Dipa. Matanya yang sudah melewati banyak pengalaman, seolah bisa menembus isi hati seseorang.Arman saja sudah mengetahui kondisi Keluarga Naratama, mustahil menyembunyikannya dari Tuan Besar Dipa.Sekarang, Rossa mulai merasa ragu. Jika memang demikian, kenapa dahulu Tuan Besar Dipa setuju menikah dengan Keluarga Naratama? Di kehidupan sebelumnya, Rossa tidak tahu kondisi keluarganya sendiri. Jadi, Rossa selalu menganggap pernikahan itu wajar.Namun, di kehidupan ini, banyak hal terasa berbeda dari yang dibayangkan Rossa."Aku mengerti." Setelah berpikir sejenak, Rossa memutuskan

  • Aku Tidak Butuh Cintamu yang Terlambat   Bab 96

    Rossa memandang wajah pria yang begitu tampan di depannya. Arman sama sekali tidak menunjukkan kesabaran padanya. Namun, terhadap Fera, kesabaran Arman seolah tak terbatas. Apa pun yang dilakukan Fera dianggap tidak salah dan dapat dimaafkan.Sementara dirinya, hanya mengucapkan beberapa kata jujur saja tidak diperbolehkan."Aku mengerti," ucap Rossa datar.Jawaban ini jelas jawaban yang diinginkan Arman. Namun, mendengar jawaban patuh dari Rossa membuat Arman merasa gelisah. Sebaliknya, Arman mendapati dirinya merindukan wanita yang pernah berdebat dan bertengkar dengannya. Wanita yang terasa nyata dan penuh semangat.Setelah berkata seperti itu, Rossa menundukkan kepalanya sedikit, menyelinap keluar dari bawah lengan Arman, lalu langsung pergi."Kamu mau ke mana?" Arman tiba-tiba berbalik.Rossa menghentikan langkahnya, menoleh dan menjawab, "Makan."Akhir-akhir ini, Rossa memang sering mengantuk dan cepat lapar. Rossa tahu, ini karena kehamilannya. Untungnya, Rossa tidak mengalami m

  • Aku Tidak Butuh Cintamu yang Terlambat   Bab 95

    Arman terhuyung-huyung akibat dorongan itu. Tubuhnya sedikit mundur ke belakang. Dia juga sama marahnya.'Dia bilang apa tadi? Lumpur busuk?''Rossa, kamu benar-benar hebat.'Arman mengejar Rossa dengan marah. Namun, setelah memasuki rumah utama, Arman tidak dapat menemukannya."Mana dia?" geram Arman.Kepala pelayan menjawab, "Bu Rossa baru saja naik ke lantai atas. Pak Arman, apa Anda ingin memanggil Bu Rossa turun?"Memanggilnya turun, lalu lanjutkan pertengkaran?"Nggak perlu." Langkah Arman terhenti sejenak. Kemudian, Arman berbalik dan menuju ke ruang kerjanya. Meskipun satu tangannya terluka, tetap saja tidak bisa membiarkan segala sesuatunya terbengkalai.…Rossa mengunci dirinya di dalam kamar. Lantaran terlalu marah, perutnya sedikit terasa sakit.Rossa terkejut dalam hati, apakah anaknya ada masalah?Rossa memaksa dirinya untuk tenang. Kemudian, Rossa mengambil ponselnya dan berkonsultasi dengan dokter secara daring. Barulah Rossa tahu bahwa emosi yang terlalu kuat bisa meme

فصول أخرى
استكشاف وقراءة روايات جيدة مجانية
الوصول المجاني إلى عدد كبير من الروايات الجيدة على تطبيق GoodNovel. تنزيل الكتب التي تحبها وقراءتها كلما وأينما أردت
اقرأ الكتب مجانا في التطبيق
امسح الكود للقراءة على التطبيق
DMCA.com Protection Status