مشاركة

Bab 6

مؤلف: Ana Merwin
Sret…

Rossa merasakan hawa dingin menyapu tubuhnya dan kembali tersadar sedikit.

Apa yang sedang dilakukannya ini?

Apakah dia akan kembali berhubungan dengan Arman? Meskipun sebelumnya sudah pernah terjadi, Rossa tidak mengizinkan dirinya kembali terjerat dengan Arman. Lagi pula, dia juga sedang hamil.

Sebelumnya, Rossa hampir lupa soal itu. Namun, sekarang tiba-tiba dia teringat kembali.

Meskipun perutnya belum terlihat membesar, Rossa tahu dengan sangat jelas bahwa dalam rahimnya sudah ada satu kehidupan kecil.

Pada saat ini, janin itu masih sangat rapuh. Pergi ke rumah sakit atau mencari pria lain mungkin akan membahayakan janin itu.

Mengingat anak di kehidupan sebelumnya yang tak pernah sempat lahir, seketika muncul kekuatan dalam diri Rossa. Rossa pun mendorong Arman dari tubuhnya dengan sekuat tenaga. "Jangan sentuh aku."

Tubuh Arman terhenti karena dorongan itu. Memanfaatkan momen tersebut, Rossa buru-buru bangkit dengan langkah terhuyung dan berlari masuk ke kamar mandi. Tak lama kemudian, suara air mengalir terdengar dari dalam.

Arman tetap membeku dalam posisi di mana dia didorong. Matanya berkedip-kedip tidak menentu.

Baru saja, Arman benar-benar sempat berpikir untuk…

Mengingat apa yang baru saja dilakukannya, Arman merasa dirinya pasti sudah gila.

Hari ini, Arman tidak sedang berada di bawah pengaruh obat apa pun. Tak peduli sekuat apa pun Rossa, dia tidak mungkin bisa memaksa Arman. Namun barusan, Arman justru ingin kembali menyentuh wanita itu, ingin kembali merasakan kenikmatan yang memabukkan itu.

Lalu, apa yang sedang dilakukan wanita itu sekarang?

Menyiramkan air dingin ke tubuhnya!

Rossa lebih rela mandi air dingin daripada disentuh olehnya. Meskipun Arman sendiri juga tidak tertarik, tindakan Rossa itu benar-benar seperti menginjak-injak harga dirinya sebagai seorang pria.

Arman merasa ada yang aneh malam ini. Saat dia masih mencoba mencari tahu mengapa dia bisa bertindak begitu aneh barusan, ponselnya tiba-tiba berbunyi.

Begitu melihat nama yang tertera di layar, raut wajah Arman yang dingin langsung melembut.

Dia mengangkat telepon itu dan berkata dengan suara yang lembut, "Fera…"

Sementara itu, Rossa menyalakan pancuran dan membiarkan air dingin mengguyur kepalanya. Air yang dingin itu langsung membuat pikirannya kembali jernih.

Mungkin karena tadi terlalu terburu-buru, pintu kamar mandi tidak tertutup rapat. Akibatnya, suara dari luar samar-samar terdengar masuk kamar mandi.

Rossa mendengar Arman memanggil "Fera" dengan lembut. Kemudian, terdengar suara pintu dibuka dan ditutup. Suasana di luar pun menjadi benar-benar sunyi.

Arman kembali dipanggil Fera dan pergi.

Di kehidupan sebelumnya dan sekarang tetap sama. Selama Fera menelepon, tak peduli sedang melakukan apa, Arman akan langsung pergi menemui Fera tanpa ragu.

Rossa tidak bisa menahan diri untuk tidak menghela napas lega. Untung saja Arman pergi. Jika tidak, entah bagaimana semua ini akan berakhir.

Entah sudah berapa lama disiram air, tubuh Rossa kini jadi menggigil kedinginan. Dengan tangan gemetar, Rossa memutar keran dan mematikan air. Kemudian, Rossa membungkus dirinya dengan handuk mandi dan perlahan-lahan kembali ke kamar. Setelah menemukan ponselnya, Rossa lalu menelepon Yunika.

"Yunika, aku sedang dalam kondisi kurang baik sekarang. Bisa jemput aku? Sekalian bawakan baju. Aku kirimkan lokasiku."

"Kamu kenapa?" tanya Yunika dengan bingung. "Bukannya kamu pergi ke pesta minum?"

"Kamu akan tahu kalau sudah sampai nanti."

Setelah menutup telepon, Rossa mengirimkan lokasi dengan tangan gemetar. Kemudian, dia meringkuk di atas ranjang sambil menunggu Yunika datang.

Tepat di saat Rossa hampir kehilangan kesadaran dalam kondisi setengah sadar, Yunika akhirnya tiba. Begitu melihat keadaan Rossa, Yunika pun langsung terkejut.

"Rossa, aku segera panggilkan ambulans untuk membawamu ke rumah sakit."

Namun, Rossa dengan cepat mencengkeram tangan Yunika dan menggeleng lemah. "Nggak, aku nggak bisa pergi ke rumah sakit. Sama sekali nggak boleh."

"Tapi kondisimu seperti ini. Kalau nggak ke rumah sakit, terus bagaimana?" Yunika merasa cemas. Dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.

"Aku benar-benar nggak bisa pergi ke sana. Berjanjilah padaku…"

Tiba-tiba, Rossa merasa pandangannya gelap. Dia pun benar-benar kehilangan kesadaran.

Ketika Rossa kembali terbangun, hari sudah berganti.

"Rossa, akhirnya kamu sadar juga."

Yunika mendekatkan wajahnya ke arah Rossa, lalu menghela napas panjang penuh kelegaan.

"Aku kenapa?" Suara Rossa terdengar serak.

"Kamu pingsan. Aku benar-benar ketakutan. Tengah malam kamu juga sempat demam tinggi."

"Apa? Lalu, kamu bawa aku ke rumah sakit nggak?" Rossa langsung menjadi panik.

Rossa menoleh dan melihat sekeliling. Menyadari dirinya masih di hotel, Rossa pun menghela napas lega.

Untung Rossa tidak pergi ke rumah sakit. Jika tidak, begitu pakai obat, entah anaknya masih bisa dipertahankan atau tidak. Sebelumnya, Arman hampir membawanya ke rumah sakit. Untungnya, karena status Keluarga Damara, Rossa tidak jadi dibawa ke rumah sakit.

"Nggak," jawab Yunika dengan nada agak kesal. "Kamu keras kepala banget. Kamu sendiri yang bilang jangan dibawa ke rumah sakit. Kalau aku tetap memaksa bawa kamu ke rumah sakit, entah apa yang bakal kamu lakukan. Tapi, kalau tadi kamu nggak sadar juga, aku benar-benar bakal bawa kamu ke rumah sakit!"

Baru pada saat itulah Rossa menyadari bahwa wajah Yunika tampak sangat lelah, dengan lingkaran hitam di bawah matanya. Jelas sekali dia bergadang semalaman untuk merawat Rossa.

"Terima kasih," ucap Rossa dengan penuh rasa syukur.

"Terima kasih apa? Kita ini sahabat sejati," jawab Yunika sambil tersenyum. Kemudian, Yunika menyodorkan segelas air ke mulut Rossa. "Ayo, minum dulu."

Setelah meminum air, Rossa merasa jauh lebih baik.

Yunika tiba-tiba bertanya, "Oh ya, apa yang terjadi kemarin? Kenapa kamu jadi seperti itu?"

"Kemarin…"

Rossa tidak bisa menahan diri untuk tidak mengingat kembali peristiwa kemarin.

Rossa tidak menyangka Arman akan menyelamatkannya dalam situasi seperti itu. Padahal, Rossa sempat mengira bahwa pria itu akan membiarkannya mati begitu saja.

Namun bagaimanapun, dia masih menyandang status sebagai istri sah Arman. Jika sampai terjadi sesuatu padanya, yang akan ikut menanggung malu juga tetap Arman.

Mungkin karena itulah, Arman akhirnya turun tangan untuk menyelamatkannya.

Hanya itulah penjelasan yang masuk akal.

Jadi, Rossa juga tidak akan berterima kasih pada Arman.

Mengesampingkan soal Arman, Rossa teringat pada biang keladi yang membuat dirinya menjadi seperti kemarin.

Rossa pun berkata sambil menggertakkan giginya, "Ini ulah pengusaha dari Negara Nirmaya itu. Dia yang mencampurkan obat dalam minumanku."

"Apa?" Yunika terkejut. "Berani sekali dia melakukan hal seperti itu padamu. Aku nggak akan membiarkannya. Aku akan suruh orang beri dia pelajaran sekarang juga!"

Rossa pun menganggukkan kepalanya. Meskipun Yunika tidak turun tangan, Rossa sendiri juga tidak akan pernah melepaskan pria mesum bernama Tony itu.

Yunika adalah tipe orang yang langsung bertindak. Dia segera menelepon seseorang.

Namun, entah apa yang dibicarakan di telepon itu. Raut wajah Yunika tiba-tiba menjadi sulit dijelaskan. Setelah menutup telepon, Yunika menoleh ke arah Rossa dan berkata, "Rossa, kita nggak perlu repot-repot lagi. Sudah ada yang lebih dulu memberinya pelajaran."

"Apa?" Rossa terkejut.

Yunika pun menjelaskan, "Pria bernama Tony itu dirawat di rumah sakit kemarin. Kabarnya dia dipukuli begitu parah hingga jadi impoten. Lalu, pagi ini dia ditangkap karena menyamar sebagai pengusaha untuk melakukan penipuan bisnis. Dia memang penipu."

"Rossa, maafkan aku. Ini semua salahku karena nggak menyelidiki dengan benar sebelum memperkenalkannya padamu..."

Rossa tidak begitu mendengarkan kata-kata yang diucapkan Yunika berikutnya. Pikiran Rossa dipenuhi dengan kalimat Arman yang didengarnya dalam kondisi kehilangan kesadaran kemarin. "Lumpuhkan dia!"

Jadi, Arman yang melakukannya?

Di kantor CEO Grup Damara.

Setelah selesai memberikan laporan kerja kepada Arman, Doddy bersiap untuk pergi.

"Bagaimana penanganan kejadian kemarin?" tanya Arman tiba-tiba.

Doddy buru-buru menjawab, "Identitas Tony sudah berhasil kami ungkap. Tujuan Bu Rossa pergi ke sana juga sudah kami ketahui. Ternyata Bu Rossa ingin menjual barang-barang milik Keluarga Naratama yang tertahan di gudang. Setelah itu, Bu Rossa tetap tinggal di hotel dan nggak pergi ke mana-mana, sampai pagi ini dijemput oleh Bu Yunika."

"Tapi, berdasarkan rekaman kamera pengawas, wajah Bu Rossa terlihat sangat pucat, tampak lelah dan lemah. Kami belum tahu bagaimana kondisinya sekarang."

"Diam!" Arman menatap tajam dengan ekspresi kesal. "Aku suruh kamu laporkan kejadian, bukan omong kosong yang nggak penting. Siapa yang menyuruhmu bicara soal wajah wanita itu pucat atau nggak?"

"Baik." Doddy langsung menundukkan kepalanya tanpa suara.

Sebenarnya, yang paling membuat Doddy penasaran adalah kemarin saat Bu Rossa terkena obat, dia sedang bersama Pak Arman. Namun, tidak sampai sepuluh menit, Pak Arman sudah meninggalkan kamar hotel. Mengapa begitu singkat? Apa jangan-jangan Pak Arman tidak mampu meniduri wanita?
استمر في قراءة هذا الكتاب مجانا
امسح الكود لتنزيل التطبيق

أحدث فصل

  • Aku Tidak Butuh Cintamu yang Terlambat   Bab 100

    Rossa memang sangat marah. Namun, dalam sekejap dia kembali tenang.Arman adalah suaminya yang akan segera bercerai dengannya. Setelah bercerai, Arman bisa melakukan apa pun yang dia inginkan. Rossa tidak akan terkejut jika Arman segera menikahi Fera, apalagi hanya mengatur agar Fera bergabung dengan Grup Damara."Bu Fera." Rossa menyilangkan tangan di dada. Dia tersenyum dingin dan berkata, "Kamu tahu nggak, ada kata di internet yang memang khusus untuk menggambarkan orang seperti kamu.""Kata apa?" Fera menengadah dengan penuh rasa ingin tahu."Wanita yang tampak tenang dan baik hati, tapi sebenarnya kejam dan manipulatif," kata Rossa dengan acuh tak acuh.Ekspresi Fera sempat tampak sedikit berubah. Namun, Fera dengan cepat menunduk dan mulai meneteskan air mata. "Bu Fera, aku tahu kamu pasti salah paham tentang Kak Arman, makanya kamu sampai menghina aku seperti ini. Tapi, aku nggak akan menyalahkanmu."Arman hanya diam saja."Kalau saat kamu mengatakan semua ini cuma salah paham,

  • Aku Tidak Butuh Cintamu yang Terlambat   Bab 99

    Setelah melihat-lihat, Rossa bersiap untuk pergi. Namun, tepat saat hendak keluar dari toko, Rossa melihat Fera masuk sambil menggandeng tangan Arman."Kak Arman, aku sudah punya banyak baju. Kamu nggak perlu beliin aku lagi."Fera masuk dengan sikap malu-malu. Namun begitu masuk, pandangannya langsung tertuju pada Rossa. Dengan ekspresi pura-pura terkejut, Fera berkata, "Bu Rossa, kenapa kamu ada di sini? Jangan-jangan kamu tahu aku dan Kak Arman mau ke sini."Maksudnya adalah, Rossa sudah mengikuti mereka.Bahkan diam-diam, dari sudut yang tidak terlihat oleh Arman, Fera sempat melemparkan tatapan menantang ke arah Rossa.Telapak tangan Rossa mengepal erat. Meskipun dia sudah tidak mencintai Arman lagi, melihat pria itu dengan terang-terangan bermesraan dengan Fera di depan umum, sementara dirinya sendiri bahkan tidak diizinkan dekat dengan pria lain, Rossa merasa semuanya begitu ironis.Hati Rossa sudah mati rasa. Dia menatap mata Arman yang dalam dan gelap itu.Rossa tersenyum dan

  • Aku Tidak Butuh Cintamu yang Terlambat   Bab 98

    Rossa mengamati perusahaan pakaian tersebut dan menemukan bahwa perusahaan itu dikelola dengan buruk. Bukan hanya tidak menghasilkan keuntungan, malah justru harus disubsidi oleh grup.Setelah menghabiskan pagi harinya untuk memeriksa laporan keuangan, sore harinya Rossa mengadakan rapat dengan semua departemen untuk mencari akar permasalahan.Namun, di luar dugaan, semua orang saling lempar tanggung jawab. Akhirnya, rapat pun berakhir tanpa hasil.Begitu waktu pulang tiba, Rossa langsung pulang tepat waktu.Begitu Rossa pergi, seluruh kantor mulai bergosip ramai-ramai."Nggak tahu apa-apa, tapi langsung jadi Manajer Umum. Sebenarnya dia punya koneksi apa sih?""Dia dibawa langsung oleh Pak Doddy. Katanya pagi tadi datang naik mobil Pak Arman. Jangan-jangan dia kerabat Keluarga Damara?""Mungkin juga pacar gelapnya Pak Arman.""Bukankah pacar gelapnya Pak Arman itu Bu Fera?""Katanya Pak Arman sudah menikah, berarti yang lain itu cuma selingkuhan."Gosip di kantor pun perlahan mulai me

  • Aku Tidak Butuh Cintamu yang Terlambat   Bab 97

    Arman mengejek dengan dingin, "Ini diatur langsung oleh Tuan Besar Dipa untukmu. Kalau kamu nggak pergi, aku hanya bisa membiarkan Tuan Besar Dipa yang mengurusmu."Rossa langsung terdiam.Sejujurnya, di Keluarga Damara, selain Arman, orang yang paling ditakuti Rossa adalah Tuan Besar Dipa.Dia terlihat ramah. Namun entah mengapa, selalu ada perasaan bahwa tidak ada hal yang bisa disembunyikan dari Tuan Besar Dipa. Matanya yang sudah melewati banyak pengalaman, seolah bisa menembus isi hati seseorang.Arman saja sudah mengetahui kondisi Keluarga Naratama, mustahil menyembunyikannya dari Tuan Besar Dipa.Sekarang, Rossa mulai merasa ragu. Jika memang demikian, kenapa dahulu Tuan Besar Dipa setuju menikah dengan Keluarga Naratama? Di kehidupan sebelumnya, Rossa tidak tahu kondisi keluarganya sendiri. Jadi, Rossa selalu menganggap pernikahan itu wajar.Namun, di kehidupan ini, banyak hal terasa berbeda dari yang dibayangkan Rossa."Aku mengerti." Setelah berpikir sejenak, Rossa memutuskan

  • Aku Tidak Butuh Cintamu yang Terlambat   Bab 96

    Rossa memandang wajah pria yang begitu tampan di depannya. Arman sama sekali tidak menunjukkan kesabaran padanya. Namun, terhadap Fera, kesabaran Arman seolah tak terbatas. Apa pun yang dilakukan Fera dianggap tidak salah dan dapat dimaafkan.Sementara dirinya, hanya mengucapkan beberapa kata jujur saja tidak diperbolehkan."Aku mengerti," ucap Rossa datar.Jawaban ini jelas jawaban yang diinginkan Arman. Namun, mendengar jawaban patuh dari Rossa membuat Arman merasa gelisah. Sebaliknya, Arman mendapati dirinya merindukan wanita yang pernah berdebat dan bertengkar dengannya. Wanita yang terasa nyata dan penuh semangat.Setelah berkata seperti itu, Rossa menundukkan kepalanya sedikit, menyelinap keluar dari bawah lengan Arman, lalu langsung pergi."Kamu mau ke mana?" Arman tiba-tiba berbalik.Rossa menghentikan langkahnya, menoleh dan menjawab, "Makan."Akhir-akhir ini, Rossa memang sering mengantuk dan cepat lapar. Rossa tahu, ini karena kehamilannya. Untungnya, Rossa tidak mengalami m

  • Aku Tidak Butuh Cintamu yang Terlambat   Bab 95

    Arman terhuyung-huyung akibat dorongan itu. Tubuhnya sedikit mundur ke belakang. Dia juga sama marahnya.'Dia bilang apa tadi? Lumpur busuk?''Rossa, kamu benar-benar hebat.'Arman mengejar Rossa dengan marah. Namun, setelah memasuki rumah utama, Arman tidak dapat menemukannya."Mana dia?" geram Arman.Kepala pelayan menjawab, "Bu Rossa baru saja naik ke lantai atas. Pak Arman, apa Anda ingin memanggil Bu Rossa turun?"Memanggilnya turun, lalu lanjutkan pertengkaran?"Nggak perlu." Langkah Arman terhenti sejenak. Kemudian, Arman berbalik dan menuju ke ruang kerjanya. Meskipun satu tangannya terluka, tetap saja tidak bisa membiarkan segala sesuatunya terbengkalai.…Rossa mengunci dirinya di dalam kamar. Lantaran terlalu marah, perutnya sedikit terasa sakit.Rossa terkejut dalam hati, apakah anaknya ada masalah?Rossa memaksa dirinya untuk tenang. Kemudian, Rossa mengambil ponselnya dan berkonsultasi dengan dokter secara daring. Barulah Rossa tahu bahwa emosi yang terlalu kuat bisa meme

فصول أخرى
استكشاف وقراءة روايات جيدة مجانية
الوصول المجاني إلى عدد كبير من الروايات الجيدة على تطبيق GoodNovel. تنزيل الكتب التي تحبها وقراءتها كلما وأينما أردت
اقرأ الكتب مجانا في التطبيق
امسح الكود للقراءة على التطبيق
DMCA.com Protection Status