Share

Bab 2# Kevin dan Laura

Penulis: Ayu novianti
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-20 22:47:47

Kenan berdiri di depan cermin yang berada di toilet. Dia hendak memperbaiki pakaiannya, tetapi mulai menyadari sesuatu.

“Kapan ini terjadi?” ucap Kenan.

Pandangannya tertuju pada bayangan dirinya sendiri, terutama pada noda samar berwarna merah muda yang menempel di dada kemeja putihnya itu. Sebuah bekas lipstik. Ia menghela napas panjang, dan ingatan kejadian tadi kembali membanjiri benaknya.

Flashback 

Ketika tubuh Natasya didorong oleh Kenan, wajah mereka menjadi begitu dekat. Terlalu dekat hingga bibir gadis itu tanpa sadar menyentuh dadanya. Sentuhan yang cepat, namun meninggalkan bekas. Baik di bajunya, maupun di pikirannya. Hanya saja, Kenan tidak menyadari hal itu.

“Sial,” gumam Kenan pelan, menunduk sambil mengusap noda itu dengan jarinya.

Saat itu, ponselnya tiba-tiba bergetar.

Laura.

Dengan cepat ia menekan tombol hijau. “Halo Ken,” sapa Laura lebih dulu.

“Asistenku mengatakan jika dia melihatmu di kantorku tadi,” lanjutnya. “Jadi dimana kamu sekarang?”

“Aku sudah pergi. Ada pekerjaan mendadak,” jawab Kenan cepat, berusaha terdengar tenang.

“Begitu ya? Padahal aku ingin mengajakmu makan siang,”

Kenan mencengkeram ponsel lebih erat. “Aku akan datang lagi lain kali,”

Sementara itu, tepat di depan ruang kerja Laura yang memang dilapisi kaca, Natasya berdiri sembari mendengarkan potongan percakapan itu.

Dia dengan satu alis terangkat dan senyum geli di sudut bibirnya. “Pekerjaan mendadak, ya?” gumamnya pelan sambil terkikik, mengingat kembali siapa yang membuat Kenan mendadak menunda pertemuan mereka barusan.

Begitu Laura berbalik, dia mendapati Natasya berdiri bersandar santai pada pintu dengan tangan bersilang.

“Kamu?” desis Laura.

“Apa kamu menunggu seseorang?” balas Natasya santai, menatap Laura dengan tatapan penuh tantangan.

“Sedang apa kamu disini?” tanya Laura.

Natasya tersenyum, menurunkan tangannya. “Tidak ada alasan. Mungkin... aku merindukan saudaraku?”

Laura terkekeh penuh ejekan. “Sejak kapan kita jadi saudara, Natasya?”

Natasya mendekat, membiarkan hills tingginya berdetak di lantai marmer ruangan Laura. “Aku hanya ingin menyapa. Jangan terlalu berlebihan.”

Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Laura mendekat dengan wajah memerah karena emosi. “Kamu hanya membuat onar di sini!”

Mendengar itu, Natasya tertawa. “Kamu takut aku merebut apa yang kamu miliki lagi, Laura?” bisik Natasya tajam.

Laura mengerang marah dan mendorong bahu Natasya dengan kasar. “Dasar wanita tidak waras!” teriak Laura.

Tanpa berpikir panjang, Natasya membalas mendorong. Lalu semuanya terjadi dengan cepat. teriakan, suara barang jatuh, berkas-berkas berhamburan, dan keduanya mulai saling mencengkeram rambut dan semua hal yang bisa mereka gapai.

Asisten Laura, seorang wanita bernama Rina yang juga teman sekolahnya, masuk dan mencoba melerai. “Berhenti! Kalian berdua!” teriak Rina panik, nyaris tertabrak kursi kerja Laura yang terguling.

Rina mencoba untuk mengentikan Laura, tetapi mulai kehabisan tenaga karena tidak bisa menyeimbangi tenaga bosnya itu. Bahkan dia menjadi kewalahan karena harus menghalangi Natasya juga.

“Kenapa kamu begitu membenciku?” tanya Natasya.

Laura menjadi semakin menggila ketika mendengar pertanyaan itu. “Jangan berpura-pura tidak tahu jawabannya!” balas Laura.

Di tengah kekacauan itu, tiba-tiba terdengar suara sepatu pantofel yang berderap cepat dan mendekat. Kevin, ketua pemasaran yang juga teman lama Natasya, muncul dengan napas terengah-engah. Matanya terbelalak melihat situasi.

“Natasya! Cukup!” serunya sambil menarik tubuh wanita itu dari Laura.

Kevin memeluk Natasya erat, sementara Rina memeluk Laura dan menenangkan atasannya yang kini menangis marah.

“Lepaskan aku, Kevin,” bisik Natasya, tetapi Kevin justru mengeratkan pelukannya.

“Tenanglah. Ini hari pertamamu, Nat,” kata Kevin mengingatkan.

Natasya menatap sekeliling dan menyadari bahwa sekeliling ruangan itu sudah dipenuhi banyak karyawan. Bahkan dia juga melihat ada yang merekam perkelahian mereka.

Merasa bahwa Natasya sudah mulai tenang, Kevin lantas melepaskan pelukannya.

Di hadapan mereka, Natasya bisa melihat wajah Laura yang mulai berubah gelap karena amarah. Pakaian dan rambutnya berubah kusut, dan membuat Natasya tertawa meremehkan.

“Kamu masih saja ganas seperti dulu!” kata Natasya.

Laura berdecak kesal dan akan menyerang Natasya lagi, tetapi berhasil ditahan oleh Rina.

Karena tidak ingin membuat suasana kembali memanas, Kevin lantas mengajak Natasya untuk pergi dari sana.

“Ayolah.. aku akan mengantarmu ke ruangan,” kata Kevin.

Dengan enggan, Natasya membiarkan Kevin menggandengnya keluar dari ruangan kaca Laura yang kini berantakan. Tidak jauh. Ruangan kerja Laura dan Natasya hanya berjarak beberapa langkah, dan sialnya itu berhadapan.

Begitu Natasya dan Kevin keluar dari ruangan Laura, Rina dengan sigap mengusir semua orang. Dia berusaha menenangkan Laura sebisanya.

“Arghhh! Dia merusak suasana hatiku pagi ini!” teriak Laura.

Bahkan dari tempat duduknya, dia bisa melihat Natasya dan Kevin yang begitu akrab dan saling bergandengan mesra.

Entah kenapa hidup terus saja membuat Laura berantakan, dan dia yakin bahwa hidupnya akan lebih berantakan mulai hari ini.

Begitu Natasya dan Kevin sampai di ruangan kerja Natasya, pintu ruangan langsung saja ditutup. Kevin berbalik dan menatap Natasya dalam. “Kamu baik-baik saja?” tanya Kevin.

Natasya hanya mengangguk, lalu duduk di sofa kecil di sudut ruangannya. “Aku tidak pernah menyangka akan bertengkar sedramatis itu,” ucap Natasya.

Dia terdiam sejenak dan mulai memikirkannya kembali. “Pertengkaran di hari pertama. Benar-benar hebat,” kata Natasya sembari tertawa.

Kevin tertawa pendek. “Kamu memang tidak berubah,” kata Kevin.

Natasya memperbaiki posisi duduknya ketika mendengar hal itu. “Tentu saja tidak. Aku menjadi lebih dewasa sekarang,” balas Natasya.

Mereka berbincang sejenak, hingga akhirnya Natasya memiringkan kepala. Matanya memperhatikan Kevin dari atas hingga bawah. Jas biru gelap yang dia kenakan, postur tegap, dan potongan rambut itu, semuanya terlihat begitu familiar.

“Kevin...” panggil Natasya.

“Iya?”

“Pagi tadi... aku tidak sengaja melihat Laura. Di lift.” lanjut Natasya lagi.

Kevin terdiam.

“Dia bersama pria yang penampilannya mirip denganmu. Ah tidak, kalian memang sangat mirip,” Natasya bangkit dan mendekat, berdiri hanya beberapa inci dari Kevin. “Jangan katakan, kamu dan Laura..”

Sebuah ketegangan melingkupi ruangan itu. Bahkan Kevin menjadi kikuk karena Natasya yang terus menatapnya dengan serius.

Hanya saja belum sempat Natasya mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, ponsel Natasya lebih dulu berdering, menandakan dia menerima panggilan telepon dari seseorang.

“Ahh, kamu tidak akan bisa lolos lain kali,” ucap Natasya.

Natasya berpaling dan menatap layar ponselnya. Nama sang ayah muncul dan Natasya sepertinya tahu apa yang akan ayahnya katakan.

“Natasya!” teriak  Thomas Watson di seberang panggilan.

“Datang ke ruangan daddy sekarang!” lanjutnya lagi yang langsung memutus sepihak panggilan mereka.

Natasya mendengus kesal, dan Kevin menatapnya dengan sebelah alis yang terangkat, menunjukkan bahwa dia penasaran apa yang sedang terjadi dengan temannya itu.

“Bukankah kamu sudah bisa menebak? Aku akan diceramahi lagi setelah ini,” kata Natasya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 8# Memulai Pekerjaan

    Dua hari telah berlalu sejak Kenan yang terus bergelut dengan pemikirannya itu. Kini, dia mulai bisa kembali fokus dengan pekerjaan yang tanpa sadar sudah dia lupakan.Tiba-tiba saja, Kenan mendengar suara ketukan di pintu ruangan kerjanya itu.“Permisi bos!” ucap Rival. Asisten pribadi Kenan.Kenan meliriknya sejenak, meski tidak benar-benar berminat. “Ada apa?” tanya Kenan singkat. Dia seolah ingin mengatakan pada Rival agar tidak bertele-tele.Rival mengambil tempat di hadapan Kenan, meskipun berusaha tidak mengganggu atasannya itu.“Begini, untuk proyek desain ruangan kerjamu, apakah kamu sudah menemukan seseorang?” tanya Rival.Rival memang tidak terlalu kaku ketika hanya berbincang berdua dengan Kenan seperti saat ini. Itu karena mereka memang seumuran, dan sudah bekerja sama cukup lama.Mendengar pertanyaan itu, Kenan lantas menghentikan kegiatannya. Dia melepaskan kacamatanya sejenak, sebelum mulai berbicara.

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 7# Kekesalan Kenan

    Kenan melempar jas mahalnya ke sembarang arah, membiarkannya jatuh tanpa peduli. Satu per satu, ia melepas pakaiannya, seolah ingin melepaskan beban yang menyesakkan dadanya. “Ini mulai melelahkan,” ujarnya.Langkahnya menuju kamar mandi terasa berat, namun ia tetap melangkah. Begitu air shower menyentuh kulitnya, kenangan siang tadi kembali menghantui pikirannya.Flashback: Siang Hari di Kantor"Apa kamu yang meminta Daddy agar menyuruh Natasya mendesain ruangan kerjamu?" tanya Laura dengan nada tidak suka, yang bisa didengar jelas oleh Kenan.Bahkan tanpa berpikir panjang, Kenan lantas menganggukan kepala. “Itu benar." balas Kenan tanpa ragu sedikitpun.Mendengar itu, Laura tentu saja terkejut. Dia sudah menduga bahwa Natasya pasti akan menggunakan cara licik agar bisa mendapatkan perhatian Kenan.Meski begitu, Laura tidak ingin menghancurkan suasana bail di antara mereka saat ini. Jadi sebisa mungkin, dia mengendalikan emosinya.“Apa kamu serius? atau itu karena ada seseorang yang

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 6# Berbohong

    Natasya berjalan dengan langkah santai menuju ruang kerja Kevin. Sepasang high heelsnya berdenting ringan di atas lantai marmer, seolah tidak membawa beban apapun. Namun kenyataannya, pikirannya dipenuhi pertanyaan.Setibanya di depan pintu kaca buram yang tentu saja ruangan kerja Kevin, ia mengetuk pelan lalu membukanya.“Kevin!” panggil Natasya dengan ramah.Kevin yang sedang membaca laporan di mejanya, menoleh cepat. “Iya, Nat?” jawab Kevin.Dia beranjak dari posisi duduknya dan segera menghampiri Natasya. “Apa kamu memerlukan sesuatu?” tanya Kevin langsung.Mendengar itu, Natasya lantas mengangguk seraya tersenyum lebar, “Aku membutuhkanmu,” balas Natasya.Dia melirik arloji yang melingkar di tangannya sejenak, sebelum kembali melanjutkan kalimatnya, “Ayolah. Ikut denganku sebentar,” ucap Natasya, meskipun dia juga tidak berniat memberikan penjelasan.Kini dahi Kevin mulai berkerut, tetapi ia mengangguk dan bergegas mengambil barang-barangnya, tanpa banyak bertanya lagi.Akhirnya

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 5# Hubungan Rahasia

    Malam semakin larut ketika Laura masih duduk di dalam ruangannya, dengan tubuh yang mulai terasa berat akibat alkohol yang ia teguk sejak satu jam lalu. Matanya sembab, napasnya berat, dan bibirnya bergetar penuh kekesalan. “Argghhh. Dia benar-benar pembawa masalah!” teriak Laura.Kini Laura bisa berteriak sesukanya, karena dia tahu bahwa Natasya sudah pulang sejak tadi. Kini hanya tersisi dirinya di sana.Untung saja Laura berhasil menahan diri siang tadi, sehingga dia tidak melakukan hal yang bodoh. Dia hampir saja menolak proyek besar dari sang ayah, hanya karena proyek itu melibatkan Natasya.“Ini gila! Apa dia pikir aku bisa bekerja sama dengan perempuan itu?” gumam Laura sambil meneguk lagi gelas winenya yang entah sudah keberapa.Kepalanya terasa begitu penuh sejak tadi, dan dia tidak tahu lagi kemana harus meluapkan semua emosinya itu.Bahkan cahaya dari layar laptop miliknya masih menyala, memperlihatkan desain setengah jadi yang ia abaikan begitu saja. Kini Laura kembali m

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 4# Menolak Pekerjaan

    Hari itu, Natasya duduk di ruangannya, menatap layar komputer sambil menggulirkan sketsa interior yang harus dia periksa. Dia begitu fokus hingga tidak sadar waktu sudah berlalu begitu cepat.Tok. Tok. Terdengar suara ketukan di pintu ruangan kerja Natasya.“Masuk,” ujar Natasya seraya membetulkan posisi duduknya.Kevin masuk dengan membawa dua kotak makanan. “Hai!” sapa Kevin. “Aku tahu kamu sedang sibuk bekerja, jadi aku membawakan makan siang,” ujar Kevin, tersenyum.Natasya mengangguk dan membalas senyum itu. “Terima kasih, Kevin. Kau selalu tahu apa yang kubutuhkan.”Mereka duduk di sofa kecil di dalam ruangannya yang berdinding kaca transparan. Siapa pun yang lewat bisa langsung melihat keberadaan mereka.Tanpa menunggu lama, Kevin dengan cekatan menata makanan yang dia bawa. Natasya bahkan menatap hidangan itu dengan bersemangat.“Aku akan membelikan makanan lain kali,” kata Natasya.Mereka makan sambil sesekali bercanda. Kevin tampak nyaman berada di dekat Natasya, dan dari lu

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 4# Salah Target

    Thomas meletakkan ponselnya di meja kerja dengan kasar. Layar ponsel masih menampilkan video Natasya dan Laura yang saling menyerang di kantor, tepatnya di ruangan kerja Laura. Wajah pria itu tampak merah padam.“Apa kamu serius, Natasya?” bentaknya marah.Natasya berdiri di depan meja, menegakkan tubuh. “Aku tidak memulainya. Aku hanya menyapa.” balas Natasya.“Menyapa?” Thomas menyipitkan mata. “Itu terlihat seperti kamu sengaja memancingnya,” kata Thomas.Natasya tertawa ketika mendengar kalimat itu. “Apa rekaman itu menunjukkan kejadiannya sejak awal?” tanya Natasya.“Atau apakah aku yang memulainya, hanya karena aku datang ke ruangannya?” lanjut Natasya.Thomas mengusap wajahnya kasar, dan menarik napas senenak. “Apa ini alasan sebenarnya Daddy memanggilmu kembali?”Napas Natasya memburu. Ia menggigit bibir, menahan segala emosi yang hampir meledak.“Bagaimana jika mengirimku ke cabang di luar negeri?” tawar Natasya.Thomas menggeleng. “Tidak. Daddy tidak akan berubah pikiran. Ka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status