Share

Bab 42# Ucapan Dokter

Penulis: Ayu novianti
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-06 00:05:00

Setelah Kenan dibaringkan di kasur, Natasya menyingsingkan lengan blazernya. Ia tidak ingin menyentuhnya, tapi tidak ada pilihan.

“Tolong bawakan air hangat dan obat pereda mabuk,” katanya.

Rival mengangguk. Dia dan bibi bergegas mengambil barang yang diminta Natasya.

Saat itu, Kenan membuka matanya sedikit. “Jangan pergi,” bisiknya.

Natasya menahan napas. Ia ingin menyingkir, tapi tangan Kenan lebih dulu mencengkeram pergelangan tangannya. Ia memandang wajah yang kacau itu. Mata merah, kulit pucat, bibir pecah. Ini bukan pria yang sama seperti yang selama ini dia tahu. Ini seseorang yang runtuh, mungkin karenanya.

Dia kembali memeriksa tangan Kenan yang masih terus mengeluarkan darah segar. “Diamlah. Jangan terlalu banyak bergerak,” ucap Natasya.

Tidak lama kemudian, Rival kembali dengan obat d
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 66# Kian

    Cahaya lampu gantung kristal menyinari aula dengan lembut. Musik klasik mengalun pelan, mengiringi suara riuh tamu undangan yang terus berbincang dengan bersemangat. Acara resepsi itu baru saja selesai, dan Natasya bisa bernapas lega. “Seperti harapan. Akhirnya semua berjalan baik-baik saja,” gumam Natasya. Natasya berdiri santai sembari meminum minumannya. Dia sudah mengenakan gaun yang berbeda. Meski tidak semewah gaun sebelumnya, gaun yang dia kenakan sekarang memiliki lengan sebahu, dengan dada berbentuk v. Hanya saja, itu tidak begitu terbuka. Bahkan tidak ada belahan tinggi di bagian paha. Sepertinya Laura memang sengaja melakukannya. Sorot matanya tenang, namun bibirnya melengkung sedikit ketika seseorang menepuk lengannya perlahan. “Hei, kak. Kamu masih ingat aku?” Pemuda itu tersenyum lebar. Natasya menoleh, mengernyit sebentar l

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 65# Pernikahan Laura

    Langit sore tampak cerah saat tamu-tamu mulai berdatangan di aula besar tempat pernikahan Laura dan Kevin akan diadakan. Dekorasi serba putih dan emas mendominasi ruangan, menghadirkan kesan elegan dan mewah. Di sudut aula, deretan kursi berlapis satin tersusun rapi, bunga-bunga segar memenuhi setiap sisi ruangan. Natasya berdiri di dekat pintu masuk, mengenakan gaun panjang berwarna biru keabu-abuan, buatan Laura yang tidak ingin Natasya datang dengan pakaian kurang bahan miliknya, dan mengacaukan acara. Rambutnya disanggul rapi, dihiasi jepit kristal kecil yang berkilau samar. “Sudah siap?” suara lembut ibunya, Lyly Watson, terdengar dari samping. Natasya menoleh, mengangguk kecil. “Mom cantik sekali malam ini.” puji Natasya. Lyly tersenyum, memeluk lengannya. “Kamu juga, Sayang. Ayo, kita masuk. Kita duduk bersama keluarga besar di depan.” ajak ibunya. Mereka berjalan perlahan ke area khusus keluarga, melewati tamu-tamu yang beberapa di antaranya menyapa ramah. Natasya men

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 64# Lama Tidak Berjumpa

    Natasya baru saja selesai mengganti bajunya dan menyerahkan kembali gaun keluarga pada asisten butik ketika suara lembut yang familiar menyapanya dari dekat pintu masuk. “Nat!” Ia menoleh. Sosok Kevin berdiri dengan tangan di saku celana dan senyum tipis di wajahnya. Tidak ada perubahan banyak sejak terakhir mereka bertemu, kecuali matanya yang tampak sedikit lelah. “Hai,” balas Natasya, sembari melangkah mendekat. Mereka berbincang sebentar, dan begitu larut dalam percakapan mereka. Saat itu, Lyly Watson datang menghampiri dari arah ruang ganti. Langkahnya ringan dan anggun, dan ia langsung tersenyum ketika melihat Kevin berdiri di samping putrinya. “Oh, Kevin. Sudah lama tidak bertemu.” sapa Lyly lebih dulu. Kevin membungkuk sedikit dengan sopan. “Selamat siang..” Saat itu, Kevin tidak tahu harus memanggil Lyly dengan sebutan apa. Dia ingin memanggilnya ta

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 63# Lyly Watson

    “Mom,” panggil Natasya pelan, senyum kecil terbit di wajahnya. Hanya saja saat itu, dirinya dan Kenan masih berada dalam posisi yang ambigu. Natasya buru-buru melepaskan diri dari Kenan, dan langsung menjaga jarak. Kenan yang melihat keberadaan ibu Natasya itupun, langsung tersenyum dengan sopan. “Halo nyonya,” sapa Kenan. Mendengar Kenan yang menyapa ibunya dengan ramah, Natasya langsung menatapnya dengan tatapan ragu. Tapi dibanding menjelaskan keadaan mereka, Natasya lebih dulu melangkah dan merangkul ibunya. “Dia Kenan. Dia dekat dengan Laura, dan ayahnya teman dekat Dad,” kata Natasya menjelaskan. Kali ini, Kenan tidak senang dengan cara Natasya memperkenalkan dirinya. Dia tampak tenang, seolah tidak ada yang akan salah paham di sana. Tapi sebelum Kenan mengatakan sesuatu, mereka lebih dulu mendengar suara Thomas Watson yang memanggil Kenan. Mel

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 62# Fitting

    Hari ini, Natasya datang ke salah satu butik milik keluarga mereka, dan mencoba gaun untuk pernikahan Laura. “Siapa yang menyangka, dia benar-benar seniat ini untuk menikah,” gumam Natasya. Butik itu terletak tak jauh dari perusahaan mereka, dengan gedung mewah dua lantai dengan jendela besar dan lampu gantung di langit-langit yang berkilau seperti kristal. Semua terasa mewah dan sunyi. Di ruangan bagian dalam, beberapa lembar gaun keluarga sudah digantung rapi, masing-masing diberi label nama. Natasya berdiri di depan cermin panjang, menatap bayangannya sendiri dengan napas tertahan. Gaun berwarna biru keabu-abuan yang ia kenakan menjuntai lembut sampai ke lantai. Potongannya sederhana, tapi elegan, dengan detail renda halus di bagian pundak dan garis leher yang tidak terlalu terbuka. Warna itu serasi dengan kulitnya. Rambutnya dia jepit hingga menunjukkan bahunya yang begitu terawat. “Natasya, kamu suda

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 61# Undangan dari laura

    Ruangan itu masih terasa sunyi saat pintu terbuka perlahan. Natasya tengah sibuk membenahi tumpukan dokumen di mejanya ketika suara langkah kaki menggema pelan mendekat. Ia menoleh, dan mendapati sosok yang sudah dikenalnya berdiri di ambang pintu. Laura. Dengan blus merah rapi dan rambut yang disanggul tinggi, wanita itu berdiri tanpa senyum. Wajahnya tenang, tapi sorot matanya tetap sama, dingin dan penuh perhitungan. Natasya menatapnya, masih mencoba menjaga sikap. “Ada yang bisa aku bantu?” tanyanya pelan, mencoba santai. Laura melangkah masuk tanpa dipersilakan. Ia meletakkan sebuah bingkisan putih ke atas meja, lalu menatap Natasya lurus. “Aku hanya ingin memberimu ini,” ucapnya datar. “Undangan pernikahan.” lanjutnya lagi. Natasya mengangguk. Tangannya meraih bingkisan itu, dan membukanya dengan hati-hati. Di dalamnya, terdapat sebuah undangan bernuansa putih. Tidak lupa tertera nama calon pengant

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status