Home / Romansa / Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan! / Bab 5# Hubungan Rahasia

Share

Bab 5# Hubungan Rahasia

Author: Ayu novianti
last update Last Updated: 2025-05-20 22:50:39

Malam semakin larut ketika Laura masih duduk di dalam ruangannya, dengan tubuh yang mulai terasa berat akibat alkohol yang ia teguk sejak satu jam lalu. Matanya sembab, napasnya berat, dan bibirnya bergetar penuh kekesalan. 

“Argghhh. Dia benar-benar pembawa masalah!” teriak Laura.

Kini Laura bisa berteriak sesukanya, karena dia tahu bahwa Natasya sudah pulang sejak tadi. Kini hanya tersisi dirinya di sana.

Untung saja Laura berhasil menahan diri siang tadi, sehingga dia tidak melakukan hal yang bodoh. Dia hampir saja menolak proyek besar dari sang ayah, hanya karena proyek itu melibatkan Natasya.

“Ini gila! Apa dia pikir aku bisa bekerja sama dengan perempuan itu?” gumam Laura sambil meneguk lagi gelas winenya yang entah sudah keberapa.

Kepalanya terasa begitu penuh sejak tadi, dan dia tidak tahu lagi kemana harus meluapkan semua emosinya itu.

Bahkan cahaya dari layar laptop miliknya masih menyala, memperlihatkan desain setengah jadi yang ia abaikan begitu saja. 

Kini Laura kembali mengepalkan tangannya dengan kuat. “Entah apa yang akan dia rencanakan,” ucap Laura. “Dia tidak mungkin menyerah begitu saja,” sambungnya lagi.

Tentu saja dia tidak akan bisa melupakan bagaimana Natasya menolak proyek itu begitu saja di depan ayah mereka. Dia terlihat begitu santai saat itu.

Ketika jarum jam mendekati angka dua belas malam, Laura memutuskan untuk pulang. Ia melangkah keluar dari ruangannya dengan langkah sempoyongan, tidak terlalu memperhatikan sekitarnya. Bahkan satu tangannya berusaha menopang kepalanya, yang terasa semakin berat.

Ketika ia sampai di lift, pintu terbuka dan memperlihatkan Kevin yang juga hendak turun. Tatapan Kevin langsung tertuju pada wajah Laura yang tampak kacau.

“Kamu mabuk,” ucap Kevin sambil menahan pintu lift.

Laura mendongak. “Sedikit... atau mungkin banyak,” jawabnya dengan suara pelan.

Kevin menghela napas dan segera menopang tubuh Laura agar tidak jatuh. “Apa kamu bisa berjalan?” tanya Kevin memastikan.

Entah apakah Laura mendengarnya atau tidak, tetapi dia hanya mengangguk meski masih sempoyongan.

“Sudahlah. Aku akan mengantarmu pulang,” kata Kevin.

Dengan enggan Laura bersandar pada dada Kevin. Wangi parfumnya membuat pikirannya sedikit lebih tenang. Mereka berdua masuk ke dalam lift, dan sepanjang perjalanan turun, tidak ada satu pun kata yang terucap. Begitu pintu lift terbuka di lobi, Kevin dengan cekatan mengajak Laura menuju mobilnya.

Hanya saja, Laura menolak. “Apartemenku dekat. Hanya seberang gedung ini. Kita bisa jalan kaki.”

Kevin pun mengangguk dan mengikutinya. Mereka berjalan menyeberangi jalan, dan benar saja, apartemen Laura berada tepat di gedung seberang kantor mereka.

Sebenarnya tanpa diduga, tujuan mereka ternyata searah. Kevin juga baru saja pindah beberapa hari yang lalu ke apartemen tersebut.

Sementara itu, di belakang mereka, tanpa diketahui, Kenan berdiri di sisi lobi, menyaksikan semuanya sejak mereka meninggalkan gedung. Ketika melihat Kevin memapah tubuh Laura yang terhuyung, Kenan lantas menghentikan langkahnya.

“Apa ini?” ujar Kenan.

Dia tidak terkejut karena melihat kedekatan Kevin dan Laura, tetapi terkejut karena dadanya tidak bergemuruh marah layaknya ketika dia melihat kedekatan Natasya dengan Kevin. Dia bahkan tidak tahu pasti tentang perasaannya.

Kenan mengikuti mereka dalam diam, menjaga jarak agar tak ketahuan. 

Di dalam kepala Kevin, dia mulai memikirkan sesuatu. Semoga saja pikirannya itu tidak benar. Tetapi ketika Laura memberitahu lantai apartemennya, Kevin menjadi semakin tegang.

“Kamarnya tidak mungkin berdekatan denganku, kan?” pikir Kevin.

Sialnya ketika mereka hampir mendekati kamar milik Kevin, Laura malah menghentikan langkahnya. “Disini,” ucap Laura. “Ini kamarku,” sambungnya lagi.

Kini Kevin tidak bisa lagi memikirkan apapun. Dia hanya tidak menduga bahwa kamar mereka benar-benar berhadapan.

Mungkin jika Laura bukan saudara tiri yang sering bermusuhan dengan Natasya, Kevin bisa saja bersikap masa bodoh. Masalahnya, wanita itu memang bermusuhan dengan teman dekatnya.

Karena sudah mengantarkan Laura ke kamarnya dengan selamat, Kevin lantas berniat untuk kembali. Masalahnya saat itu, Laura sama sekali tidak ingin beranjak dari sandarannya. Kevin yang melihat itupun lantas kebingungan.

“Apa ada yang tertinggal?” tanya Kevin memastikan,

Hanya saja bukannya menjawab pertanyaan Kevin, ataupun berniat berpamitan dan berterimakasih, Laura malah menarik Kevin agar mendekat, dan mencium bibirnya dengan penuh gairah. Ciuman itu tidak singkat, tidak sekadar basa-basi.

Kenan berdiri tegap di sudut lorong yang tampak sunyi, sembari memantau mereka. 

Hanya saja pada saat itu, langkah sepatu lain terdengar mendekat dari belakang. Seseorang berdiri di samping Kenan dan ikut mengintip ke arah yang sama.

“Apa yang sedang kamu lihat?” suara itu membuat Kenan terkejut.

“Natasya…” desis Kenan lirih.

Natasya ikut memiringkan tubuhnya, melongok ke arah depan lorong. Ketika pandangannya menangkap pemandangan Laura dan Kevin yang masih berciuman, matanya membelalak.

“A-“

Belum sempat Natasya bersuara, Kenan langsung menarik tubuhnya dan menutup mulutnya dengan tangannya.

“Sstt…” bisik Kenan di telinganya.

Jantung Natasya berdegup kencang, bukan hanya karena kejutan dari adegan yang ia lihat, tetapi juga karena kedekatan tubuh mereka saat ini. Ia bisa mencium aroma tubuh Kenan yang kini mulai familiar baginya. Rasanya hangat dan memabukkan.

Mereka berdua terdiam, menahan napas, hingga akhirnya pintu apartemen Laura tertutup dan suara langkah kaki menghilang.

Dengan perlahan, Kenan melepaskan tangannya dari bibir Natasya. Perempuan itu menatapnya tajam.

“Kamu tahu tentang hubungan mereka?” tanya Natasya datar.

Kenan tidak menjawab, hanya memandang wajah Natasya yang terlihat kesal sekaligus kecewa.

“Bukankah dia tidak pantas untukmu?” ucap Kenan akhirnya.

“Itu urusanku, bukan urusanmu,” balas Natasya cepat.

Ia melangkah hendak menuju apartemen Kevin, tetapi Kenan mencegahnya.

“Kamu mau ke mana?” tanyanya tajam.

“Menyapa Kevin. Aku ingin memastikan dia tidak mabuk juga,” sahut Natasya sambil mencoba berjalan melewatinya.

Namun Kenan langsung berdiri di hadapannya, tubuhnya menjadi penghalang jalan. “Jangan pergi ke sana,” ucapnya tegas.

“Kenapa? Kamu takut aku melakukan hal yang sama seperti mereka?” ucap Natasya, nadanya tajam, namun tidak terlihat kesedihan di matanya.

Kenan menggenggam kedua pergelangan tangannya dan menatapnya dalam-dalam. “Kali ini saja. Tolong dengarkan aku,” ucap Kenan.

Natasya menepis tangannya sembari tertawa. “Apa ini? Kamu bahkan bukan siapa-siapaku,” bisiknya.

Natasya hendak melanjutkan kalimatnya lagi, tetapi Kenan lebih dulu menarik tubuhnya ke dalam pelukannya. Tanpa kata, tanpa peringatan, ia mencium bibirnya. Kali ini bukan dengan kemarahan atau gairah sesaat. Entah apa, tetapi Natasya bisa merasakan perbedaannya. Hanya saja, itu tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Natasya mencoba mendorongnya, tetapi Kenan semakin mengeratkan pelukannya. Ciuman itu terasa dalam dan mengguncang. Ketika akhirnya ia menarik diri, napasnya tersengal.

“Jangan lakukan ini,” lirih Natasya.

Kenan menatapnya, tidak berniat melepaskan.

“Kalau begitu, jangan pergi padanya malam ini,” ucapnya penuh permohonan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 102# Kiss Mark

    Begitu pintu kamar mandi terbuka, Natasya langsung tertegun melihat Kenan berdiri tepat di depannya. Tubuh tinggi itu bersandar santai di dinding, dengan kedua tangan disilangkan di depan dada. Rambutnya masih berantakan, namun tatapannya begitu lekat seolah menunggu sejak tadi.“Akhirnya,” ucap Kenan dengan nada ringan, tetapi mata itu jelas menyimpan sesuatu yang berbeda. Pandangannya menatap dari ujung kepala hingga ujung kaki Natasya, yang kini hanya mengenakan handuk melilit tubuhnya. Kenan menelan ludah, nyaris terdengar jelas bagi Natasya.Natasya langsung mengangkat tangan, menahan tubuh Kenan agar tidak semakin mendekat. “Berhenti di sana,” ucap Natasya.Kenan mengerjap, seolah tidak percaya dengan penolakan terang-terangan itu. “Kamu mandi dulu sana.” kata Natasya lagi.Tapi tetap saja, Kenan masih tampak enggan pergi dari sana.“Babe, aku sudah menunggumu lama. Harusnya kamu mengajakku mandi bersama tadi. Jadi kita bisa menghemat waktu,” kata Kenan panjang.Kalimat itu a

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 101# Pagi Pertama

    Cahaya pagi menembus tirai, membentuk guratan keemasan di lantai marmer kamar itu. Udara di ruangan terasa hangat, namun seprai itu sudah tampak begitu kusut. Natasya membuka mata perlahan, menatap langit-langit yang asing, bukan langit-langit rumah yang biasa ia tempati, melainkan milik mansion mewah Kenan. Dia menatap ke arah jam yang terletak di atas nakas, dan mendapati sekarang sudah pukul sembilan pagi. “Berapa lama dia melakukannya semalam?” pikir Natasya. Dia terdiam beberapa saat, hingga menyadari bahwa mereka melakukannya selama tujuh jam tanpa henti. “Arggh, dia benar-benar buas,” batin Natasya. Dia menghela napas berat. Tubuhnya masih terasa lelah, sebagian karena malam yang panjang. Ia menoleh sedikit, dan di sebelahnya, Kenan masih terlelap. Rambutnya berantakan, napasnya teratur, dan satu tangannya memeluk Natasya dengan erat, seolah ingin memastikan ia tetap ada di sana. Natasya mengamati wajah itu beberapa detik. Ada ketenangan yang jarang ia lihat ketika Ken

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 100# Malam Pertama

    Uap hangat memenuhi kamar mandi, tapi pikiran Natasya tetap jernih. Ia berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya sendiri. Rambutnya mulai lepas dari sanggul, dan gaunnya sudah longgar di bagian atas.“Dia pasti berharap malam ini jadi awal segalanya,” gumam Natasya pelan, kali ini dengan nada dingin, bukan cemas. Tentu saja dia sudah bisa menebak isi pikiran Kenan.“Tapi kalau dia mengira aku akan langsung menuruti kemauannya, dia salah besar.” sambungnya lagi.Dia menatap ke belakang, ke arah pintu dengan sinis, seolah itu bisa langsung menembus ke arah Kenan.Natasya menarik napas panjang, lalu merapikan gaunnya agar tidak jatuh. Tatapannya tidak goyah sedikit pun.“Aku tidak menolak dia sebagai suami. Aku hanya tidak suka caranya. Selalu ingin buru-buru, selalu merasa bisa memutuskan segalanya sendiri. Kalau dia benar-benar mencintaiku, dia harus belajar menghargai waktuku.” ucap Natasya panjang.Ia meraih handuk, lalu menekannya perlahan ke wajah. Uap air dan rasa lelah d

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 99# Mansion

    Beberapa menit berlalu dalam hening yang terasa panjang. Kenan akhirnya hanya bisa pasrah, sembari menggenggam tangan Natasya. “Babe, kita tidak pulang ke rumah yang biasa,” ucap Kenan tenang. “Aku ingin kita memulainya di tempat baru yang lebih baik,” jelas Kenan lagi. Kenan terus berbicara, karena dia tahu Natasya masih mendengarkan. Istrinya itu hanya tidak ingin berbicara banyak dengannya sekarang. Sama sekali tidak ada respons, selain suara napas teratur yang terdengar di pangkuan Kenan. Mobil itu terus melaju keluar dari pusat kota. Jalan mulai sepi, berganti deretan pepohonan tinggi. Hingga akhirnya, pagar besi hitam setinggi hampir tiga meter terbuka otomatis. Mereka memasuki halaman luas yang diterangi lampu taman. Di tengahnya berdiri sebuah mansion megah, bangunan bergaya klasik dengan pilar-pilar putih, lampu-lampu yang berpijar dengan mewah di malam hari, dan dinding kaca yang memantulkan cahaya hangat dari dalam. Karena mereka sudah tiba, Kenan akhirnya membangun

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 98# Perjalanan

    Malam sudah larut ketika resepsi berakhir. Lampu-lampu di area pesta mulai diredupkan, dan musik berhenti mengalun. “Babe, ayo pergi,” kata Kenan sembari menyodorkan tangannya.Natasya yang memang saat itu berdiri di samping Kenan, tidak langsung menyambut uluran tangan pria yang kini sudah berstatus sebagai suaminya itu. Melihat Natasya yang tampak enggan, Kenan akhirnya meraih tangannya, menggiringnya keluar dari area resepsi. Ia tak berkata apa-apa, hanya memberikan senyum tipis pada beberapa keluarga yang masih berdiri di dekat pintu keluar. Di parkiran, sebuah limousine hitam sudah menunggu. Pintu belakang dibuka untuk mereka. Mobil itu bahkan sudah dihias layaknya mobil pengantin baru.Melihat itu, Natasya menatap dengan sedikit kebingungan.“Kita tidak bermalam di sini?” tanya Natasya memastikan.Mendengar itu, Kenan langsung menggelengkan kepala sebagai jawaban. Saat itu juga, keluarga mereka mulai

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 97# Bertemu Kian

    Musik resepsi masih mengalun pelan saat Natasya kembali duduk di kursinya. Kenan sibuk berbicara sebentar dengan Rival, tapi pandangannya tetap sesekali mengarah pada Natasya. Baru saja Natasya ingin mengambil minumannya, sebuah suara akrab memanggil dari belakang. “Kak Nat!” Natasya menoleh, dan matanya langsung membesar, menangkap pandang seseorang. “Kian?” balas Natasya. Pemuda berwajah cerah itu berjalan cepat melewati kerumunan tamu, senyumnya lebar. Begitu tiba di hadapan Natasya, tanpa ragu ia meraih dan memeluknya erat. Tubuhnya hangat, aroma parfum yang familiar menyeruak, membawa ingatan lama mereka.Meski sebenarnya, mereka sudah bertemu di pernikahan Laura dan Kevin waktu itu.“Kak, akhirnya kamu menikah juga,” kata Kian sembari tertawa.Mendengar itu, Natasya langsung membalas dengan ikut tertawa. Namun, pelukan dan senyuman itu ternyata mendapat tatapan yang berbeda dari arah lain. Dari sudut matanya, N

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status