Share

Lima

Penulis: Shinta wira
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-18 11:38:20

Aku tak menyangka, kelakuan bejatku bersama Haya akan ketahuan. Dua security komplek, Pak RT dan juga Shania, memergokiku yang sedang bersama Haya.

Padahal ini pertama kalinya kami melakukannya. Setelah sekian lama aku menahan diri menolak ajakan Haya karena tak mau kejadian seperti ini terjadi. Tapi nahas, yang kutakutkan benar saja terjadi.

Shania marah besar, ia menampar pipiku keras. Aku tahu, aku memang salah telah melakukan hal ini. Tapi aku pun tak sepenuhnya salah, karena Haya terus saja menggodaku. Menawarkan sesuatu yang sulit untuk kutolak.

Kucing tak akan menolak ikan, 'kan?

Tapi ternyata tak sampai di situ, Shania juga mengetahui hubunganku dengan Risa, karyawannya sendiri. Aku benar-benar kecolongan. Jadi selama ini Shania tahu setiap malam aku menelepon Risa untuk menghilangkan penatku.

Apa jangan-jangan dia juga tahu bahwa kami sering jalan keluar?

Nasib buruk kini benar-benar menimpaku. Entah apa yang terjadi dengan rumah tanggaku setelah ini. Harusnya aku mendengar perkataan teman-teman untuk berhenti bermain-main dengan wanita dan setia pada Shania. Dia wanita baik, seharusnya aku tidak mengkhianatinya.

Tapi aku tak bisa menahan diri. Sungguh godaan wanita di luar sana begitu besar. Apa lagi jika para wanita itu dengan suka rela mendatangiku. Apa aku harus menolak rezeki nomplok?

"Pak Dani, Bu Haya, kalian berdua harus ikut saya ke kantor RW! Kita selesaikan semua di sana!"

Satu lagi masalah yang harus kuhadapi. Aku sungguh ketakutan, terbayang olehku aku akan dihakimi oleh warga sekitar nantinya.

"Jangan Pak, jangan... kumohon. Biar saya selesaikan masalah ini dengan istri saya sendiri saja!"

Kupikir ini harusnya tidak menjadi besar. Masalah ini hanyalah masalahku dengan Shania. Tidak ada hubungannya dengan RT atau pun RW.

"Tidak bisa, Pak. Masalah Anda dengan istri, silakan Anda selesaikan sendiri. Tapi karena Anda melakukan hal tidak senonoh di lingkungan komplek ini, maka itu adalah masalah dengan kami dan para warga."

Mati aku, tampaknya aku tak bisa mengelak lagi. Apa semua warga akan mengetahui perbuatanku? Apa nanti aku akan viral? Bagai mana dengan orang tuaku juga orang tua Shania nanti? Lalu bagaimana juga dengan pekerjaanku?

Sungguh aku menyesal dengan semua yang kuperbuat bersama Haya, seharusnya aku tetap pada prinsipku, tidak bermain dengan orang dekat.

Setelah berpakaian lengkap aku dan Haya di bawa oleh security untuk mengikuti mereka. Tak kusangka di luar sudah ada banyak orang, yang berkumpul. Mereka menyalakan blitz ponselnya, memotretku. Padahal ini tengah malam. Kenapa mereka tidak tidur dan malah ikut mengurusi urusan orang lain saja?

Semua orang menyoraki aku. Mengataiku dengan umpatan dan sumpah serapah. Kenapa mereka sok peduli dengan urusanku? Padahal belum tentu hidup mereka juga lurus.

"Dani, bagaimana ini?" tanya Haya saat posisi kami cukup dekat.

Sebenarnya aku kesal padanya. Ini juga karena ulahnya. Coba dia tidak menggodaku, semua ini tak akan terjadi.

"Ya, mau gimana lagi, kita memang salah," ucapku dengan malas padanya.

"Aku takut suamiku tahu, Dani!" ucapnya lirih.

Ah ... bahkan istriku sudah tahu kebusukanku. Aku hanya bisa berharap Shania bisa berpikir jernih dan mau mempertahankan pernikahan kami.

Sesampainya di kantor RW aku benar-benar layaknya sedang berada di persidangan.  Semua mata tertuju padaku dan Haya. Sungguh aku merasa malu dijadikan bual-bualan seperti ini.

"Saya sangat kecewa dengan apa yang sudah Pak Dani dan Bu Haya lakukan. Kalian berdua adalah pasangan yang sama-sama sudah menikah. Tidak seharusnya melakukan hal tidak senonoh seperti ini. Perbuatan kalian sudah saya sampaikan juga kepada Pak Lurah juga Pak Emil, suami Bu Haya. Walau belum mendapat respons tapi kami sudah menyampaikannya!" terang Pak RW sambil duduk tepat di hadapanku dan Haya.

"Pak ..., kumohon jangan bilang suami saya!" pekik Haya, penuh harap.

Makin lama aku makin kesal dengannya. Dia berisik sekali, padahal jelas di bersalah. Aku tahu selain denganku dia juga sering bermain dengan lelaki lain. Hanya apes saja nasibku kini terjebak dengannya.

"Saya tidak hanya akan melaporkan perbuatan Anda ke Pak Emil saja. Jika Bu Shania menyetujui saya juga akan melaporkan perbuatan kalian ke polisi atas dasar perzinaan. Perbuatan kalian ini harus mendapat hukuman. Agar menjadi pelajaran bagi kalian dan juga yang lainnya."

Aku tersentak saat mendengar ucapan Pak RW barusan. Apa? Dilaporkan polisi? Ini tidak benar. Ini seharusnya tidak terjadi.

Aku tahu ada banyak orang yang melakukan hal serupa denganku, namun mereka aman-aman saja. Ini tidak benar. Aku tak mau masuk penjara. Ini hanya masalah sepele.

"Sekarang semua keputusan ada pada Bu Shania, karena Pak Emil sampai saat ini belum bisa dihubungi," tegas Pak RW.

Kulihat Shania kini sedang berdiri di sisi Pak Rw bersama istrinya. Entah kenapa Ia tampak sangat pucat. Ia terus menatapku dengan tatapan tajamnya.

Shania, hanya dia harapanku kini. Seharusnya dia tidak akan memperkarakan masalah ini. Kami sama-sama saling mencintai. Pastinya ia mau memberikanku kesempatan kedua.

"Shania, maafkan kesalahanku. Jangan kamu laporkan aku! Aku mencintaimu. Aku janji akan berubah menjadi lebih baik lagi," bujukku.

Shania harus memaafkanku. Masa depanku dipertaruhkan kini. Kulihat Shania melangkah mendekatiku ia menatapku dengan tatapan tajamnya.

"Tolong jangan bawa-bawa cinta, Mas. Jika kamu memang mencintaiku kamu tak akan melakukan hal menjijikkan itu!"

"Shania...! Tolong, tolong jangan laporkan kami. Aku akan memberi apa pun yang kamu mau. Berapa pun yang kamu minta!" kini Haya mencoba membujuk Shania. Ia sampai berlutut di kaki Shania. Sepertinya ia begitu ketakutan jika harus mendekam di hotel prodeo.

"Kamu pikir semua bisa selesai dengan materi, hah?" bentak Shania sambil menjauhkan tubuhnya dari Haya "Aku tidak akan membuat semua ini menjadi mudah. Karena aku telah memutuskan untuk ...--"

Brak.

Belum selesai Shania bicara, ia tiba-tiba terhuyung dan jatuh ke lantai. Gegas aku menghampirinya, ternyata Shania sudah tak sadarkan diri. Dengan sigap kuangkat tubuhnya dalam gendonganku. Shania harus segera mendapat pertolongan.

****

Kini aku berada di salah satu klinik dekat perumahan. Bersama beberapa warga, kami mengantar Shania agar segera mendapat pengobatan.

Tiba-tiba dokter memanggilku, dan memintaku untuk segera datang ke ruang periksa. Kulihat Shania sudah tersadar, namun ia tampak lemah dan pucat. Shania memalingkan wajahnya saat melihatku masuk.

"Pak, tadi kami sudah memeriksa kondisi Ibu Shania, kami juga sudah melakukan beberapa tes. Selamat ya, Pak, Ibu Shania kini tengah mengandung. Usianya kandungannya sekitar enam minggu."

Sungguh, berita ini menjadi oase penyejuk di tengah masalah yang sedang aku hadapi. Inilah pertolongan yang Tuhan berikan untukku. Shania akhirnya hamil, dan pasti dengan kehamilannya ini dia akan mengurungkan niatnya memerkarakan kasusku dengan Haya.

Empat tahun kami menunggu buah hati, tak mungkin dia mau membiarkan ayah dari anaknya mendekam di penjara.

Kutatap wajah Shania lekat, ia masih tak mau menatapku. Tapi dapat kulihat ia mengusap-usap perutnya lembut. Ia pasti bahagia akan kehamilannya ini.

"Shania, mari kita memperbaiki rumah tangga kita, demi anak kita yang sedang kau kandung!"

***Bersambung****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Aku Tidak Tidur, Mas!   Empat Puluh Lima

    Tiga bulan kemudian.Aku baru saja pulang dari persidangan pembacaan hukuman untuk Haya dan mulai berkutik kembali dengan pekerjaanku yang cukup menumpuk karena selalu terpotong karena kasus Haya ini. Tapi, selama mengikuti persidangan Haya, aku jadi tahu bahwa setelah bebas dari penjara kemarin ternyata Haya dan Dani masih berhubungan, bahkan saat Dani telah menikah dengan Salsa pun mereka masih sering bertemu. Menjijikan sekali.Lalu ternyata saat hari percobaan pembunuhan itu Haya yang memasang GPS pada ponsel Dani mengikutinya sampai ke Bogor. Ia marah besar saat mengetahui Dani malah menikah dengan wanita lain dan bukannya menepati janji untuk menikah dengan dirinya. Akhirnya Haya pun mengatur rencana untuk membunuh Dani. Pada malam setelah pernikahan, Haya memberikan minuman berisi obat tidur pada semua orang yang ada di rumah tempat berlangsungnya pernikahan Dani. Lalu setelah semuanya terlelap dia pun menyerang Dani dengan berbekal pistol yang didapatn

  • Aku Tidak Tidur, Mas!   Empat Puluh Empat

    Setelah melepas semua emosinya akhirnya Salsa tertidur di kursi ruang tengah. Kini Ibu dan Bapak yang menemaninya karena aku harus menyusui Dewa.Ibu dan Bapak sangat terluka ketika mengetahui ulah Dani. Lagi, mereka harus menerima anaknya disakiti oleh lelaki yang sama. Seharusnya Salsa mengikuti ucapan kami yang melarangnya menikah dengan lelaki berengs3k itu agar semua ini tak terjadi.Saat sedang menyusui, tiba-tiba kulihat ada panggilan telepon dari Emil. Gegas aku mengangkatnya."Shania, kau tahu Haya sudah tertangkap?" tanya Emil.Ah ..., aku hampir saja melupakan kasus Haya. Meninggalnya Kayla dan kabar Dani menikah lagi membuat aku melupakan masalah yang satu itu."Syukurlah kalau dia sudah tertangkap. Di mana memang dia sembunyi?" tanyaku penasaran."Di Bogor.""Wah ..., jauh juga ya dia melarikan diri. Syukurlah polisi bisa menemukan dia," ucapku merasa lega. Setidaknya satu persatu masalah selesai."Tapi, Shania ...," ucap Emil terput

  • Aku Tidak Tidur, Mas!   Empat Puluh Tiga

    POV ShaniaRumah kini kembali sepi setelah Kayla dimakamkan dan para pelayat pun berangsur pulang. Suasana duka masih terasa menyelimuti seisi rumah.Rasanya ada yang aneh, setelah sebelumnya kami selalu mendengar celoteh Kayla yang mulai terdengar, kini semua tinggallah hening.Sedangkan Salsa, sejak pulang dari rumah sakit terus mengurung diri di kamar. Ia bahkan tak ikut dalam prosesi pemakaman, lebih memilih berdiam diri dan meratapi semuanya.Sejujurnya aku khawatir pada kondisinya. Sungguh aku akan merasa lebih tenang jika Salsa mengungkapkan emosinya, menangis, meraung-raung atau apa pun itu. Bukannya hanya berdiam diri seperti saat ini.Berulang kali Bapak dan Ibu memintanya keluar dan berkumpul bersama kami. Tapi sama sekali tak ada respon darinya.[Kak, apa Tuhan sedang menghukumku?]Sebuah pesan tiba-tiba masuk ke ponselku saat aku tengah membereskan perlengkapan Dewa. Dari Salsa.[Tapi kenapa harus K

  • Aku Tidak Tidur, Mas!   Empat Puluh Dua

    Sungguh aku tak habis pikir apa yang ada di benaknya hingga Haya bisa berpikir seperti itu. Ia terus saja menagih janjinya agar aku mau menikahinya.Seperti saat ini, aku hanya bisa menarik nafas panjang atas permintaannya ini. Tak mungkin kan aku menikahinya di saat aku sudah menikah dengan Salsa lalu sebentar lagi saja aku akan menikahi Mirna?Aku memang suka bersama wanita, tapi tidak untuk menjadikan mereka istriku semuanya.[Aku ..., mencintaimu, Dani. Aku melakukan ini semua agar bisa segera hidup denganmu] ucapnya lagi melalui pesan.Mama yang melihat aku terus sibuk dengan ponselku, seketika mengambilnya paksa dari tanganku."Kamu jangan sibuk dengan ponsel terus, Dani! Sebentar lagi kamu menikah! Biar Mama saja yang pegang ponselmu ini. Agar nanti Salsa atau siapa pun tak akan mengganggumu!" ujar Mama sambil memasukkan ponselku dalan tasnya.****Keesokan harinya prosesi akad nikah dan resepsi berjalan lancar. K

  • Aku Tidak Tidur, Mas!   Empat Puluh Satu

    Kadang terbersit rasa bersalah pada Salsa jika ingat sebentar lagi aku akan menduakannya. Dia saja belum aku bahagiakan dengan baik. Aku masih belum mendapat pekerjaan yang layak, dan harus membuatnya terus bertengkar dengan Shania karena belum bisa memberikannya rumah yang layak.Ya ..., walau memang rumah yang ditempatinya kini pun masih bisa dibilang rumahku juga sih, karena aku membelinya berdua dengan Shania. Salahnya aku waktu itu malah membiarkan sertifikat rumah ini atas namanya. Tapi ... toh nasi sudah menjadi bubur. Yang penting aku masih bisa tinggal di sini bersama anak dan istriku.Saat menikah dengan Salsa aku sempat berjanji menjadikan ia wanita satu-satunya. Tapi ternyata terpaksa kini aku harus menarik janjiku sendiri. Semua itu kulakukan demi baktiku pada kedua orang tuaku. Juga demi ... Mirna, gadis manis yang polos itu.Sesaat sebelum aku berangkat, Kayla terus menangis. Segala cara sudah aku dan Salsa coba agar anak itu terdiam dan bis

  • Aku Tidak Tidur, Mas!   Empat Puluh

    POV Dani[Dani, jangan lupa hari Kamis nanti kita akan ke Bogor. Keluarga Mirna sudah mempersiapkan segala keperluan untuk pernikahan kalian!]Kubaca ulang pesan yang dikirimkan oleh Mama beberapa saat yang lalu dan segera menghapus isi pesan tersebut sebelum Salsa membacanya.Ya, Mama terus memaksaku untuk menikah dengan Mirna, anak dari salah satu kolega Ayah."Mumpung masih ada yang mau menjadi istrimu, Dani! Kau tahu sepak terjangmu sangat parah sekali. Untung saja orang tuanya percaya pada ayahmu. Jadi mau saja menjadikanmu menantunya!" terang Mama saat memberitahukan perihal pernikahan ini."Bapaknya Mirna itu punya perternakan sapi yang besar. Kamu kalau sudah menikah dengan Mirna yang akan mengurusnya. Hidupmu akan kembali seperti dulu lagi jika menikah dengannya!" terang Mama tanpa kuminta sedikit pun.Tentu saja aku menolak ide wanita yang telah melahirkanku itu dengan keras. Aku kan sudah bertekad untuk bertobat, hanya ing

  • Aku Tidak Tidur, Mas!   Tiga Puluh Sembilan

    Saat di kantor polisi drama pun terjadi. Fani, yang datang tak lama setelah diberitahu tentang kondisi Ardi tak terima atas pelaporan yang kubuat. Tapi ia juga tak dapat mengelak atas tuduhan teror dan rencana menghancurkan usahaku. Karena semua percakapan rencana mereka tersimpan dalam ponselnya.Sementara itu yang wanita yang paling ingin kutemui saat ini--Haya-- malah kabur ketika polisi memanggilnya untuk datang. Ia bahkan kini sama sekali tak bisa dihubungi. Entah kemana perginya wanita itu. Emil pun sudah berusaha menghubungi beberapa kerabat yang ia kenal untuk mencari keberadaannya. Tapi Nihil, semua mengatakan tidak bertemu dengan wanita itu."Aku melakukan semuanya atas perintah Haya!" ucap Fani, membela dirinya sendiri sambil menangis meratapi semua saat polisi meminta penjelasan atas semuanya."Tapi kamu yang merencanakan semuanya, kan? Menyuruh Ardi melamar di tempatku dan memintanya mengganti sepsifikasi kain!" bentakku penuh murka.

  • Aku Tidak Tidur, Mas!   Tiga Puluh Delapan

    "Apa kau jujur? Apa semua ini tidak ada sangkut pautnya dengan Fani Ghaisani, kakakmu?" tanyaku to the point Sektika kulihat Ardi pun memucat. "Bu Shania tahu?""Tentu saja aku tahu. Kau tidak bisa menyembunyikan jati dirimu terus. Jadi, jujur padaku. Kau sengaja kan melakukannya? Apa Fani yang menyuruhmu?" selidikku. Menatapnya tajam."Tunggu, Fani Ghaisani. Sepertinya aku mengenalnya. Apa dia tinggal di perumahan Nirmala?" sela Emil tiba-tiba."Ya, yang kutahu dia tinggal di sana. Juga Ardi. Entah kalau dia sudah pindah atau memiliki rumah lainnya," jawabku, kesal."Apa kamu juga kenal dengan Haya, Ardi?" tanya Emil tiba-tiba. Membuatku mengernyitkan kening. Apa maksud pertanyaan Emil, sebenarnya?"A-aku ti-tidak mengenalnya, Pak," jawab Ardi tergagap. Siapa pun akan tahu jika dia berbohong.Seketika Emil mengambil paksa ponsel Ardi. "Apa, kata kuncinya?" todong Emil. Ardi makin memucat, keringat sebesa

  • Aku Tidak Tidur, Mas!   Tiga Puluh Tujuh

    "Gawat, Shania! Semua pelanggan komplain dengan produk yang mereka terima. Ternyata kain yang kita pakai mengkerut, sehingga dress yang mereka pesan tidak bisa dipakai lagi," ujar Emil melalui telepon.Kini aku seorang diri di rumah. Karena Kayla yang terkena pneumonia harus dirawat di rumah sakit, maka Salsa, Ibu dan Bapak menemaninya.Lalu berita buruk itu datang. Aku mengetahui komplen ini bukan hanya dari Emil, tapi sejak semalam ponselku pun tak henti berdering mendapat komplen dari para pelanggan. Mereka semua mengatakan kecewa akan produk kami."Sepertinya kita kecolongan kali ini. Aku sedang menganalisa di mana letak kesalahannya. Sejauh ini sepertinya dari pihak pabrik ada salah tanggap tentang bahan yang digunakan" terang Emil lagi.Sungguh aku kini tak bisa berpikir apa-apa. Ini kejadian pertama kali gagal produksi dengan kuntitas yang sangat banyak. Masalahnya lagi, ribuan picis sudah sampai pada pelanggan sehingga mereka benar-benar

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status