Share

Enam

Author: Shinta wira
last update Last Updated: 2022-10-02 14:17:08

Tak kusangka, aku hamil tepat di saat aku mengetahui bahwa suamiku telah bermain gila dengan wanita lain. Entah ini anugerah atau musibah. Karena bahkan kini aku tak bisa berpikir apa-apa lagi.

Kulihat binar bahagia di mata Dani ketika mengetahui berita kehamilanku. Ia segera menghampiri dan menggenggam tanganku.

Sebenarnya aku jijik bersentuhan dengannya lagi. Tapi aku begitu lemah sampai-sampai tak memiliki tenaga untuk sekedar menyingkirkan tangan lelaki bej*t itu dari tanganku.

"Shania, kita akan menjadi orang tua. Shania! Impian kita selama ini terwujud," ucapnya penuh kebahagiaan.

Tapi tidak denganku. Sungguh rasanya aku ingin bertanya pada Tuhan, kenapa ia harus memberikan kehamilan padaku saat ini. Saat aku sudah bulat berpisah dari suamiku. Kenapa bayi itu harus ada di perutku di saat aku tidak menginginkannya?

"Shania ... kamu masih marah padaku? Kumohon Shania, maafkan aku. Aku berjanji akan berubah. Demi anak kita, Shania!" bujuknya sambil mengecup punggung tanganku.

Dengan sekuat tenaga kucoba melepaskan tanganku dari genggamannya. Jijik, aku jijik sekali. Bayang-bayang perbuatan menjijikan Dani dan Haya tak bisa hilang dari pikiranku. Belum lagi dengan Risa, juga mungkin di luar sana masih ada Haya dan Risa lainnya yang tidak aku ketahui. Entah lelaki seperti apa yang aku nikahi ini. Ternyata ia tak ubahnya seorang penjahat kel*min memalukan.

"Shania ... maafkan aku. Kamu tahu, Tuhan memberikan kehamilan padamu karena ia ingin kita bisa membesarkan anak kita bersama. Jadi kumohon Shania maafkan aku, berikan aku kesempatan kedua, jangan laporkan aku ke polisi agar kita bisa membesarkan anak kita berdua."

Dia masih saja banyak omong. Membuat aku semakin jengah saja. Tak berhenti bicara meracau semakin tak jelas apa yang dibicarakannya.

"Sudah diam, Mas! Pergi sana! Aku tak ingin melihatmu lagi!" usirku sudah muak dengan semuanya.

"Tapi, Shania ...."

"Kalau kamu tidak pergi juga, sebaiknya aku gugurkan saja janin ini!" ancamku padanya. Aku serius, aku bisa saja melakukan hal itu. Karena hamil saat ini adalah hal yang paling tidak aku inginkan. Apalagi membayangkan bahwa anakku akan terlahir sebagai anak dari seorang lelaki bej*t seperti Dani.

Ah ..., Tuhan. Bisakah aku memohon untuk menggugurkan saja kandungan ini?

"Jangan gegabah, Shania!" tegas Dani. Nampak raut ketakutan di wajahnya.

"Pergilah dari hadapanku kalau begitu, Mas! Aku membencimu! Aku muak padamu!"

Kulihat Dani pun akhirnya perlahan mundur, dan kemudian berbalik pergi meninggalkanku.

Tak lama dari itu, tiba-tiba kudengar suara ribut dari luar kamar periksa. Sayup-sayup kudengar suara pukulan dan juga makian seperti suara orang yang sedang bertengkar. Jantungku tiba-tiba berdebar kencang, karena aku mengenali suara siapa itu. Tidak lain dan tidak bukan adalah suara Bapak.

Pintu ruang rawat seketika terbuka. Ibu menghentak masuk dan langsung menhambur memelukku erat. Tangisnya pecah seketika.

"Nak ... apa yang terjadi padamu, Nak. Bisa-bisanya suamimu bermain gil* seperti itu. Apalagi sekarang kamu hamil. Kasian kamu dan cucu ibu," rintihnya sambil memelukku erat.

Ibu dan Bapak pasti sangat kecewa. Teringat betul bagaimana mereka saat melepasku menikah dengan Dani, Bapak memberikan banyak petuah pada Dani agar bisa menjagaku dengan baik. Tapi sekarang nihil, Dani ternyata malah berbuat bej*t dan memalukan.

Kulihat Salsa berdiri di ujung kasur. Menatapku penuh iba.

"Ada apa di luar sana, Salsa?" tanyaku penasaran.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Tidak Tidur, Mas!   Empat Puluh Lima

    Tiga bulan kemudian.Aku baru saja pulang dari persidangan pembacaan hukuman untuk Haya dan mulai berkutik kembali dengan pekerjaanku yang cukup menumpuk karena selalu terpotong karena kasus Haya ini. Tapi, selama mengikuti persidangan Haya, aku jadi tahu bahwa setelah bebas dari penjara kemarin ternyata Haya dan Dani masih berhubungan, bahkan saat Dani telah menikah dengan Salsa pun mereka masih sering bertemu. Menjijikan sekali.Lalu ternyata saat hari percobaan pembunuhan itu Haya yang memasang GPS pada ponsel Dani mengikutinya sampai ke Bogor. Ia marah besar saat mengetahui Dani malah menikah dengan wanita lain dan bukannya menepati janji untuk menikah dengan dirinya. Akhirnya Haya pun mengatur rencana untuk membunuh Dani. Pada malam setelah pernikahan, Haya memberikan minuman berisi obat tidur pada semua orang yang ada di rumah tempat berlangsungnya pernikahan Dani. Lalu setelah semuanya terlelap dia pun menyerang Dani dengan berbekal pistol yang didapatn

  • Aku Tidak Tidur, Mas!   Empat Puluh Empat

    Setelah melepas semua emosinya akhirnya Salsa tertidur di kursi ruang tengah. Kini Ibu dan Bapak yang menemaninya karena aku harus menyusui Dewa.Ibu dan Bapak sangat terluka ketika mengetahui ulah Dani. Lagi, mereka harus menerima anaknya disakiti oleh lelaki yang sama. Seharusnya Salsa mengikuti ucapan kami yang melarangnya menikah dengan lelaki berengs3k itu agar semua ini tak terjadi.Saat sedang menyusui, tiba-tiba kulihat ada panggilan telepon dari Emil. Gegas aku mengangkatnya."Shania, kau tahu Haya sudah tertangkap?" tanya Emil.Ah ..., aku hampir saja melupakan kasus Haya. Meninggalnya Kayla dan kabar Dani menikah lagi membuat aku melupakan masalah yang satu itu."Syukurlah kalau dia sudah tertangkap. Di mana memang dia sembunyi?" tanyaku penasaran."Di Bogor.""Wah ..., jauh juga ya dia melarikan diri. Syukurlah polisi bisa menemukan dia," ucapku merasa lega. Setidaknya satu persatu masalah selesai."Tapi, Shania ...," ucap Emil terput

  • Aku Tidak Tidur, Mas!   Empat Puluh Tiga

    POV ShaniaRumah kini kembali sepi setelah Kayla dimakamkan dan para pelayat pun berangsur pulang. Suasana duka masih terasa menyelimuti seisi rumah.Rasanya ada yang aneh, setelah sebelumnya kami selalu mendengar celoteh Kayla yang mulai terdengar, kini semua tinggallah hening.Sedangkan Salsa, sejak pulang dari rumah sakit terus mengurung diri di kamar. Ia bahkan tak ikut dalam prosesi pemakaman, lebih memilih berdiam diri dan meratapi semuanya.Sejujurnya aku khawatir pada kondisinya. Sungguh aku akan merasa lebih tenang jika Salsa mengungkapkan emosinya, menangis, meraung-raung atau apa pun itu. Bukannya hanya berdiam diri seperti saat ini.Berulang kali Bapak dan Ibu memintanya keluar dan berkumpul bersama kami. Tapi sama sekali tak ada respon darinya.[Kak, apa Tuhan sedang menghukumku?]Sebuah pesan tiba-tiba masuk ke ponselku saat aku tengah membereskan perlengkapan Dewa. Dari Salsa.[Tapi kenapa harus K

  • Aku Tidak Tidur, Mas!   Empat Puluh Dua

    Sungguh aku tak habis pikir apa yang ada di benaknya hingga Haya bisa berpikir seperti itu. Ia terus saja menagih janjinya agar aku mau menikahinya.Seperti saat ini, aku hanya bisa menarik nafas panjang atas permintaannya ini. Tak mungkin kan aku menikahinya di saat aku sudah menikah dengan Salsa lalu sebentar lagi saja aku akan menikahi Mirna?Aku memang suka bersama wanita, tapi tidak untuk menjadikan mereka istriku semuanya.[Aku ..., mencintaimu, Dani. Aku melakukan ini semua agar bisa segera hidup denganmu] ucapnya lagi melalui pesan.Mama yang melihat aku terus sibuk dengan ponselku, seketika mengambilnya paksa dari tanganku."Kamu jangan sibuk dengan ponsel terus, Dani! Sebentar lagi kamu menikah! Biar Mama saja yang pegang ponselmu ini. Agar nanti Salsa atau siapa pun tak akan mengganggumu!" ujar Mama sambil memasukkan ponselku dalan tasnya.****Keesokan harinya prosesi akad nikah dan resepsi berjalan lancar. K

  • Aku Tidak Tidur, Mas!   Empat Puluh Satu

    Kadang terbersit rasa bersalah pada Salsa jika ingat sebentar lagi aku akan menduakannya. Dia saja belum aku bahagiakan dengan baik. Aku masih belum mendapat pekerjaan yang layak, dan harus membuatnya terus bertengkar dengan Shania karena belum bisa memberikannya rumah yang layak.Ya ..., walau memang rumah yang ditempatinya kini pun masih bisa dibilang rumahku juga sih, karena aku membelinya berdua dengan Shania. Salahnya aku waktu itu malah membiarkan sertifikat rumah ini atas namanya. Tapi ... toh nasi sudah menjadi bubur. Yang penting aku masih bisa tinggal di sini bersama anak dan istriku.Saat menikah dengan Salsa aku sempat berjanji menjadikan ia wanita satu-satunya. Tapi ternyata terpaksa kini aku harus menarik janjiku sendiri. Semua itu kulakukan demi baktiku pada kedua orang tuaku. Juga demi ... Mirna, gadis manis yang polos itu.Sesaat sebelum aku berangkat, Kayla terus menangis. Segala cara sudah aku dan Salsa coba agar anak itu terdiam dan bis

  • Aku Tidak Tidur, Mas!   Empat Puluh

    POV Dani[Dani, jangan lupa hari Kamis nanti kita akan ke Bogor. Keluarga Mirna sudah mempersiapkan segala keperluan untuk pernikahan kalian!]Kubaca ulang pesan yang dikirimkan oleh Mama beberapa saat yang lalu dan segera menghapus isi pesan tersebut sebelum Salsa membacanya.Ya, Mama terus memaksaku untuk menikah dengan Mirna, anak dari salah satu kolega Ayah."Mumpung masih ada yang mau menjadi istrimu, Dani! Kau tahu sepak terjangmu sangat parah sekali. Untung saja orang tuanya percaya pada ayahmu. Jadi mau saja menjadikanmu menantunya!" terang Mama saat memberitahukan perihal pernikahan ini."Bapaknya Mirna itu punya perternakan sapi yang besar. Kamu kalau sudah menikah dengan Mirna yang akan mengurusnya. Hidupmu akan kembali seperti dulu lagi jika menikah dengannya!" terang Mama tanpa kuminta sedikit pun.Tentu saja aku menolak ide wanita yang telah melahirkanku itu dengan keras. Aku kan sudah bertekad untuk bertobat, hanya ing

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status