Home / Romansa / Aku dan [D]ia / Chapter 3 Mendekat VS Menjauh

Share

Chapter 3 Mendekat VS Menjauh

Author: Kamunyakamu
last update Last Updated: 2021-09-23 06:56:43

Aku tidak tahu bagaimana hubungan ku dengan dia menjadi dekat. Mungkin karena project film yang membuat intensitas pertemuan dan interaksi kita yang semakin sering hingga tanpa sadar membuat kita dekat. Apalagi aku memiliki scene beradu akting dengannya, jadi kita sering berdiskusi berdua dan berlatih dialog. Rasanya senang sekali, bisa tertawa dengannya meskipun mungkin dia hanya menganggap ku teman.

Kenangan saat itu sangat melekat di pikiran ku dan membekas di hati ku, tentu saja. Pernah satu waktu ketika kita berunding tentang improvisasi dialog dia tersenyum pada ku, itu adalah senyuman pertama dia untukku.

“Kalau bagian ini ditambah kaya gini ‘Di kampus ku em.. aku adalah aktivis anti korupsi dan.. sekarang tidak mungkin aku lulus PNS karena.. suap ayah ku. Itu pasti tidak benar kan?’ Gimana bagus gak?” tanya ku padanya.

“Bagus. Coba kamu tulis.” balasnya dengan nada datar.

“Ok.. Eh barusan kata – katanya gimana ya, Dza? Hehe aku lupa lagi” tanya ku dengan wajah bloon karena sifat pelupa ku.

Dari wajah datar, wajah Dzaqi menjadi terkejut keheranan lalu tersenyum karena tingkah ku.

“Masih muda kan?”

Mendengar pertanyaan dia saat itu aku malu sekali tapi rasanya manis bila diingat seperti ini. Hm, aku jadi merindukannya.

Waktu itu kita juga berakting dibawah gerimis hujan. Entah karena kedinginan entah gugup aku salah dialog terus saat itu kadang mulut ku belibet mengucapkan kata – kata dialognya. Aku malu sama dia, disisi lain aku juga kasihan dia pasti kedinginan karena air hujan. Tapi dengan wajah datar dia mengatakan agar aku tenang, jangan tergesa – gesa, dan perlahan ingat – ingat lagi dialognya bagaimana. Sementara yang lain hanya melihat kita dari teras bangunan. Seolah – olah film romansa yang sudah diatur.

Kedekatan kita itu membuat aku tidak lagi malu kala dia memandang ku di kelas. Ya, kebiasaannya yang suka memandang ku saat jam perkuliahan masih saja tidak berhenti. Meskipun tatapannya masih saja tanpa senyum. Bahkan terkadang aku juga membalas memandangnya, itu juga tergantung dosennya siapa hehe.

Ah ya masalah rasa bersalah ku padanya, pada akhirnya terlupakan karena hubungan kita yang semakin dekat. Ku pikir dia baik – baik saja pada ku meskipun aku telah menyinggung perasaannya. Lagipula dia pasti tahu kalau ini hanya kebetulan saja dan tidak disengaja.

***

Kalian ingat Riana? Teman pertama ku di kampus. Dia menghubungi ku, menanyakan apakah ada laki – laki yang ku suka di kampus. Padahal dia bukan tipe orang yang ingin tahu tentang masalah pribadi ku. Saat itu aku berpikir mungkin ini saatnya aku membuka diri pada Riana. Kita berteman maka keterbukaan dan kepercayaan adalah hal utama yang diperlukan. Aku mengatakan kepadanya bahwa aku menyukai Dzaqi dan aku memintanya untuk tidak mengatakannya ke siapapun. Dia tentu saja menyetujuinya dan mendukung ku.

Namun, aku rasa keputusan ku memberitahunya adalah keputusan yang salah. Semenjak aku jujur kepadanya, dia bertingkah menyebalkan pada ku. Di kampus ketika Dzaqi melewati kami, Riana sering menyenggol – nyenggol badan ku dengan lirikan matanya dari ku ke arah Dzaqi. Dia juga pernah memanggil – manggil nama Dzaqi tidak jelas di kelas dengan suara lantang, kemudian mengejekku karena aku duduk bersampingan dengan Dzaqi. Untungnya Dzaqi cuek tidak memperdulikan dia. Perlakuannya ini awalnya aku anggap hanya becanda tapi lama kelamaan aku merasa seolah – olah dia sedang mengolok – ngolok ku.

“Aku sangat tidak menyukai perlakuan Riana. Aku pikir dia teman yang cukup pengertian. Tapi aku juga tidak bisa begitu saja memutuskan pertemanan karena masalah sepele, apalagi hanya karena perasaan remeh yang bernama cinta.” Oceh ku sendirian.

Ping..

Notifikasi pesan membuyarkan lamunan ku malam itu. Ku lihat nama Riana yang mengirimi ku pesan. Hm panjang umur.

Riana

Di, aku mau jujur sama kamu. Aku tidak bermaksud apa – apa tapi aku beritahu kamu satu hal tentang Dzaqi, dan kamu wajib tahu.

Aku

Apa itu?

Riana

Sebenarnya Dzaqi sempat mendekati ku. Dia bilang menyukai ku bahkan dia sering mengirimi ku pesan. Tapi kamu tahu kan sifat dia cuek banget jadinya aku gak terima dia, apalagi saat itu Chandra tembak aku juga. Jadi aku pilih Chandra yang sudah jelas – jelas ganteng dan perhatian.

Riana

Eh ini gak ada maksud apa – apa loh ya Di..

Aku

Oh iya gak apa – apa kok Na, thanks ya.

Hancur, itu merupakan kata yang tepat yang menggambarkan perasaan ku saat itu. Mungkin karena alasan itu Riana bersikap menyebalkan, dia menyukai Dzaqi tapi Dzaqi tidak cukup perhatian. Sehingga ketika dia tahu aku menyukainya dia merasa cemburu.

Tentu saja Dzaqi menyukai Riana yang cantik dan populer dari angkatan kami. Apalah aku yang hanya gadis biasa, badan ku saja mungil tidak memiliki badan ideal seperti gadis lain. Tidak heran Dzaqi menghindari ku. Setelah kejadian Riana memanggil – manggil Dzaqi di kelas waktu itu, Dzaqi seperti berusaha menjauhi ku. Awalnya aku tidak menyadarinya tapi setelah dipikir – dipikir lagi sudah beberapa hari dia menghindari berpapasan dengan ku, dan tidak duduk disamping ku, dia memilih duduk di kursi paling belakang. Ku pikir Riana yang menjadi alasannya.

“Ya ampun Diza kan sudah dibilangin jangan jatuh cinta lagi, sudah sakit kayak gini baru tahu rasa.” Omel ku malam itu.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku dan [D]ia   Chapter 26 Bahagia

    Penjelasan Dzaqi telah membuka pikiran ku bahwa perasaan ku dulu bukan perasaan sepihak, hanya saja waktu tak membiarkan kita bersatu. Usai Dzaqi menjelaskan kesalahpahaman kita di coffee shop waktu itu, aku hanya menganggukkan kepala dan mengatakan bahwa aku telah paham sebagai tanggapan ku. Setelah itu, aku pergi meninggalkan dia di sana.Setelah pertemuan waktu itu, aku pikir aku tidak akan menemuinya lagi karena kesalahpahaman di antara kita telah selesai. Dia juga akan menikahi perempuan lain. Namun tiba – tiba saja aku dikejutkan dengan kehadiran dia di perusahaan penerbitan buku, di mana aku bekerja.“Aku benci kebetulan.” Ujar ku.“Gimana kalau sebenarnya kebetulan itu adalah takdir Tuhan?” tanya Karina saat itu.Aku hanya bisa diam menanggapinya.Hari pertama aku bekerja di sana. Dzaqi sudah mulai mendekati ku lagi. Bahkan dia ikut naik bus karena aku menolak dia mengantar ku pulang dengan mobilnya. Hari

  • Aku dan [D]ia   Chapter 25 Penjelasan 2

    Saat itu tentu saja aku memberi izin Dzaqi untuk memesan kopi terlebih dahulu. Sembari menunggu pesanannya, dia menjelaskan segalanya. Mulai dia yang memang mengaku tertarik dengan ku sejak pertama masuk kuliah. Saat itu aku bertanya bukannya dia sedang memiliki seorang pacar kala itu, dia langsung menjawab bahwa hubungan dia dengan pacarnya sudah renggang sebelum dia mengenal ku, katanya pacarnya selingkuh tapi dia belum memutuskan hubungan mereka karena pacarnya selalu mengelak membicarakan hal tersebut. Karena alasan itu juga dia sempat menjauhi ku dulu. Katanya dia tak ingin menjadi seperti pacarnya yang memiliki seorang pacar tapi di sisi lain menyukai orang lain. Saat itu dia sangat berusaha keras untuk tidak menyapa ku dan menatap ku.Hingga kejadian dia melihat ku di depan gedung konser musik membuat dia tak tahan untuk menghampiri ku. Dia tak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada ku saat itu. Lalu setelahnya dia menjauhi ku lagi karena hubun

  • Aku dan [D]ia   Chapter 24 Penjelasan 1

    Tak terasa sudah mau satu tahun aku bekerja menjadi editor. Pahit manis bekerja di sana pun sudah pernah aku rasakan. Rekan kerja yang solid menjadi salah satu alasan aku nyaman bekerja di sana, meskipun pada awal kerja aku sempat ingin mengundurkan diri. Bukan karena senioritas atau tindakan diskriminasi sebagainya, di sana justru tidak seperti itu, ya meskipun pasti ada saja orang yang terkadang membuat ku harus mengelus dada. Namun alasan keinginan untuk mengundurkan diri ku karena Dzaqi juga bekerja di sana.Aku tidak membayangkan akan bertemu dia di sana bahkan sebagai rekan kerja. Orang tuanya memiliki yayasan pendidikan yang perlu dia kelola sebagai penerus. Jadi ketika tiba-tiba dia ada di sebuah perusahaan penerbitan buku yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan usaha keluarganya membuat ku merasa heran. Tapi baru – baru ini aku mengetahuinya.Oh ya, aku perkenalkan inilah aku yang sekarang. Diza yang sedang bercerita den

  • Aku dan [D]ia   Chapter 23 Penjelasan

    Seminggu sebelum masuk kerja, aku berencana membeli pakaian kerja dengan ditemani Airin, sekalian beli kado untuk Furi. Sebab sepuluh hari lagi Furi akan menikah dengan laki – laki yang baru dia kenal 6 bulan yang lalu.Cinta memang tak memandang seberapa lama kita mengenalnya, seperti Furi dan pasangannya. Kata Furi, mereka sudah saling cocok dari awal pertemuan, ditambah calon suaminya selalu bisa membuatnya bahagia dan yang terpenting dia memperlakukan Furi dengan cinta yang tulus, jadi mereka memutuskan untuk segera meresmikan hubungan mereka dengan pernikahan. Aku dan Airin turut bahagia mendengar hal itu.Lanjut ke cerita aku yang akan belanja dengan Airin. Kala itu kami memutuskan untuk berbelanja ke sebuah mall dekat kampus kami. Salah satu tempat kami biasa hang out ketika masih berkuliah.Di sana cukup banyak pakaian yang ku beli. Sementara Airin hanya membeli kado untuk Furi, karena hari itu

  • Aku dan [D]ia   Chapter 22 Kembali

    Terkadang suatu hal yang tak ingin terjadi, Tuhan membuatnya terjadi. Seperti aku yang tak ingin bertemu kembali dengan Dzaqi. Aku merasa dunia sangat sempit padahal nyatanya luas kan? Karina, ternyata dia memiliki hubungan yang sangat erat dengan Dzaqi. Bukan hubungan seperti Dzaqi dan Furi, lebih dari itu. Sungguh aku tak menyangka. Karina yang merupakan tempat aku menceritakan keresahan ku dan menceritakan kisah percintaan ku termasuk kisah ku dengan Dzaqi. Bagaimana mungkin? Ah aku lupa tak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan. Aku mengetahui hal itu karena aku melihat Dzaqi di rumah Karina. Jadi ceritanya begini, aku tak sengaja bertemu dengan Karina di minimarket. Dia akan beli camilan, katanya di rumahnya akan ada tamu. Aku menunggu dia belanja agar kami pulang bersama. Ketika aku akan melewati rumah Karina, aku melihat kumpulan ibu – ibu dan bapak – bapak di halaman rumah Karina. Salah satu dari mereka, aku mengenalinya. Awalnya aku tak perca

  • Aku dan [D]ia   Chapter 21 Lembaran Baru

    22 Agustus 2020, dinyatakan lulus sarjana 1 setelah melewati sidang skripsi dengan nilai IPK yang cukup memuaskan. Perasaan ku saat itu sangat lega dan bahagia karena akhirnya aku dapat menyelesaikan kuliah meskipun banyak sekali rintangan yang ku lalui. Dari mulai masalah tugas, pertemanan, kesehatan, hingga hati.Berbagai rintangan tersebut telah membentuk aku yang sekarang, Diza yang lebih dewasa. Diza yang lebih kuat. Luka hati ku yang dulu telah ku perban dan perlahan sembuh. Aku mulai menerima kekurangan diri ku juga. Aku rasa aku tak pantas dicintai orang lain jika aku belum mencintai diriku sendiri. Makanya aku sedang belajar hal itu dengan perlahan.Omong – omong soal Kak Ikmal, setelah pembicaraan di coffee shop dia tidak menghubungi ku lagi. Sebulan kemudian aku melihat dari sosial media Kak Ridwan kalau Kak Ikmal telah melangsungkan pernikahannya. Aku tidak diundang olehnya. Untuk hal itu aku mengerti dan memang leb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status