Share

Chapter 4 Menyerah?

Aku menyerah. Ya.. sebelum perasaan ini semakin dalam aku memutuskan untuk menyerah. Dari awal ini hanya perasaan sepihak dan aku tidak memiliki keinginan untuk memilikinya, maka tidak akan sulit untuk melepaskan perasaan ini. Perasaan ini hanya akan menjadi boomerang untuk hubungan ku dan Riana.

Lagipula Dzaqi semakin hari semakin menjauhi ku. Itu bukan asumsi ku saja tapi memang dia melakukannya. File video hasil syuting rencananya akan kita edit bersama, mendadak dia berikan padaku lewat Furi. Dia bilang dia sedang sibuk sebaiknya menggunakan jasa pengeditan saja biar bagus juga hasilnya. Aku bisa terima alasannya itu tapi kenapa harus dia titip lewat Furi tidak diberikan langsung padaku padahal kita satu kelas. Sikapnya itu sangat kentara. Namun harus bagaimana lagi, bukankah ini hal baik agar aku mudah mengikhlaskan perasaan ku padanya.

***

“Gue heran kenapa banyak cewek yang suka sama Qiqi? Ganteng juga standar. Gue ingat banget pas pertama masuk kuliah, cewek – cewek di kelas pada mangap bengong pas dia lewat di depan kelas.” Ujar Furi kala kami di kantin kampus bersama Airin. Ya, kami bertiga menjadi akrab dan sering berkumpul setelah project film.

“Gue enggak” balas ku

Tahu keberadaan dia saja setelah tiga bulan kuliah, sambung ku dalam hati.

“Waktu itu dia keliatan keren soalnya” balas Airin

“Lo suka sama dia?” tanya Furi ke Airin.

“Bukan suka sih tapi mengagumi, sekarang sih biasa saja mungkin karena sudah sering lihat di kelas.”

“Buat gue gantengan Kak Ikmal, si kating ganteng.” Ujar Furi

“Oh dia kakak kelas gue pas SMP, dia memang populer dari dulu” jelas ku

“Lo satu SMP sama Kak Ikmal?” tanya Airin.

“Iya begitu lah, tapi kayaknya dia gak kenal gue.”

“Anyway, mau tahu gak? Sebenarnya gue juga sempat suka sama si Dzaqi.” Aku Furi.

“Hah? Serius?” tanya ku terkejut.

Jangan – jangan mereka punya hubungan cinta terpendam karena status pertemanan yang tak ingin rusak, batin ku.

“Heueuh tapi.. waktu bocil haha pas SMP. Dia sok kegantengan banget pokoknya waktu itu. Dia tahu gue suka sama dia dan dia juga baik sama gue tapi pas besoknya dia pacaran sama teman gue. Polos biadab banget kan dia.”

Kayaknya keputusan ku untuk menyerah sudah tepat, batin ku.

“Wah kebangetan. Ceritain lagi gimana dia zaman sekolah dulu dong, Ri.” Ujar Airin dengan antusias.

“Ya gitu, dia banyak yang naksir dari zaman dulu juga dari mulai kakak kelas sampai adik kelas, kalau yang seangkatan sudah jangan ditanya lagi deh banyak banget. Selain karena tampang dia yang lumayan, ketua OSIS, ditambah lagi dia anak yang punya yayasan sekolah. Kayak tokoh di novel banget deh.”

“Padahal gak tahu saja manjanya gimana kalau di rumah.”

Emang manja gimana Ri?” tanya ku yang ikut penasaran.

Katanya mau nyerah tapi dengar tentang dia semangat 45-nya berkobar, cela ku dalam hati.

 “Dia tuh manja banget sama ibunya, saking manjanya kalau mau ada acara atau pergi kemana gitu minta ibunya yang pilihin baju yang mau dipakai. Terus waktu study tour SMA dia sampai gak makan karena katanya makanan ibunya lebih enak daripada makanan hotel.”

“Bahkan adiknya pernah cerita ke gue kalau si Qiqi suka makan disuapin sama ibunya gara – gara susah makan, ngegame mulu katanya.”

“Dekat banget kayaknya dia sama ibunya.” Balas ku.

“Adiknya suka ngomongin kakaknya ke elo Ri?” tanya Airin.

Heueuh.”

“Haha lucu banget.”

“Lo dekat banget ya sama keluarganya Dzaqi, Ri?” tanya ku.

“Lumayan lah. Adiknya sih suka main ke rumah, main bareng sama adik gue.”

“Sekarang lo masih suka sama Dzaqi?” tanya ku kembali.

Aduh malu – maluin nanyanya to the point banget kalau Furi curiga ke aku bagaimana coba, batin ku mengomel.

“Hahaha itu tuh dulu masih bocah, pas kelas 3 SMP kan gue langsung move on sama temannya, si Fahri.”

“Oh yang sekarang dekat lagi?” tanya Airin

“Yup.”

“Tapi gue juga kasihan sama si Qiqi dia diatur banget sama bokapnya, sampai – sampai gaul saja diatur harus sama siapa. Di kampus dia kan disuruh harus berteman sama si Chandra.” Sambung Furi.

Hm iya kasihan banget. Ya ampun Di, hati kamu kenapa malah luluh dan simpati lagi ke dia sih, omel ku lagi pada diriku dalam hati.

“Karena Chandra pinter?”

“Mungkin.”

Obrolan berlangsung panjang dengan topik yang berbeda – beda, termasuk obrolan tentang rencana foto bareng sekelas di studio. Rencananya hari minggu pas car free day biar sambil nongkrong dan jalan – jalan bareng. Kalau kami sih tipe anak yang ikut – ikut saja kalau soal hangout.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status