Penjelasan Dzaqi telah membuka pikiran ku bahwa perasaan ku dulu bukan perasaan sepihak, hanya saja waktu tak membiarkan kita bersatu. Usai Dzaqi menjelaskan kesalahpahaman kita di coffee shop waktu itu, aku hanya menganggukkan kepala dan mengatakan bahwa aku telah paham sebagai tanggapan ku. Setelah itu, aku pergi meninggalkan dia di sana.
Setelah pertemuan waktu itu, aku pikir aku tidak akan menemuinya lagi karena kesalahpahaman di antara kita telah selesai. Dia juga akan menikahi perempuan lain. Namun tiba – tiba saja aku dikejutkan dengan kehadiran dia di perusahaan penerbitan buku, di mana aku bekerja.
“Aku benci kebetulan.” Ujar ku.
“Gimana kalau sebenarnya kebetulan itu adalah takdir Tuhan?” tanya Karina saat itu.
Aku hanya bisa diam menanggapinya.
Hari pertama aku bekerja di sana. Dzaqi sudah mulai mendekati ku lagi. Bahkan dia ikut naik bus karena aku menolak dia mengantar ku pulang dengan mobilnya. Hari
Kisah ini berawal pada lima tahun yang lalu, sebelum aku mengenalnya. Pada saat itu aku hanyalah mahasiswi baru yang tak memiliki teman yang akan melakukan ospek di sebuah kampus swasta. Aku baru saja turun dari angkutan umum, maklum aku tidak memiliki kendaraan pribadi karena aku tidak bisa menggunakannya. Bahkan sepertinya aku tidak berniat juga belajar menggunakan kendaraan sendiri rasanya kecemasan ku lebih besar dibandingkan keinginan ku. Pada saat aku menyebrang jalan menuju gerbang kampus kebetulan sekali ada seorang perempuan yang ikut menyebrang dengan ku. Dia menggunakan pakaian putih rok hitam seperti yang aku pakai yang menandakan bahwa dia adalah mahasiswi baru seperti ku. Dia tersenyum pada ku sebagai tanda bahwa dia jenis orang yang ramah. “Hai, mahasiswa baru juga ya?” tanyanya setelah kami berada didepan gerbang kampus sembari tersenyum manis. “Iya, kamu juga?” jawabku. “Sama aku juga, aku Riana. Nama kamu siapa?” tanyanya antusias se
Berhari – hari bayangan wajahnya terus ada di pikiran ku. Itu membuat kegundahan dalam hati ku semakin besar. Aku benci mengakui bahwa aku tertarik padanya. Sudah ku bilang aku tak ingin hati ku patah lagi karena cinta. Tapi aku juga sudah muak dengan perasaan yang tak ku mengerti ini. Ini mengusik ku, aku tak bisa fokus kerja dan mengerjakan tugas kuliah yang lainnya. Apakah aku harus berhenti mengelak pada diri ku sendiri? Bahwa tidak ada salahnya merasakan jatuh cinta kembali. Semoga saja ini yang terakhir dan berakhir bahagia. Tapi tak ada kata bahagia untuk perasaan sepihak bukan? Ah entahlah.Namun sekerasnya hati ku mengelak, hati ku akan terhanyut kala mengetahui dia selalu memandang ku bahkan pada saat perkuliahan berlangsung. Ya, aku tahu tentu saja karena aku melihatnya dengan mata ku sendiri saat dia melihat ke arah ku bahkan dia tak berhenti melihat ku ketika aku membalas melihatnya. Hingga akhirnya aku sendiri yang malu dan memutuskan pandang
Aku tidak tahu bagaimana hubungan ku dengan dia menjadi dekat. Mungkin karena project film yang membuat intensitas pertemuan dan interaksi kita yang semakin sering hingga tanpa sadar membuat kita dekat. Apalagi aku memiliki scene beradu akting dengannya, jadi kita sering berdiskusi berdua dan berlatih dialog. Rasanya senang sekali, bisa tertawa dengannya meskipun mungkin dia hanya menganggap ku teman. Kenangan saat itu sangat melekat di pikiran ku dan membekas di hati ku, tentu saja. Pernah satu waktu ketika kita berunding tentang improvisasi dialog dia tersenyum pada ku, itu adalah senyuman pertama dia untukku. “Kalau bagian ini ditambah kaya gini ‘Di kampus ku em.. aku adalah aktivis anti korupsi dan.. sekarang tidak mungkin aku lulus PNS karena.. suap ayah ku. Itu pasti tidak benar kan?’ Gimana bagus gak?” tanya ku padanya. “Bagus. Coba kamu tulis.” balasnya dengan nada datar.
Aku menyerah. Ya.. sebelum perasaan ini semakin dalam aku memutuskan untuk menyerah. Dari awal ini hanya perasaan sepihak dan aku tidak memiliki keinginan untuk memilikinya, maka tidak akan sulit untuk melepaskan perasaan ini. Perasaan ini hanya akan menjadi boomerang untuk hubungan ku dan Riana.Lagipula Dzaqi semakin hari semakin menjauhi ku. Itu bukan asumsi ku saja tapi memang dia melakukannya. File video hasil syuting rencananya akan kita edit bersama, mendadak dia berikan padaku lewat Furi. Dia bilang dia sedang sibuk sebaiknya menggunakan jasa pengeditan saja biar bagus juga hasilnya. Aku bisa terima alasannya itu tapi kenapa harus dia titip lewat Furi tidak diberikan langsung padaku padahal kita satu kelas. Sikapnya itu sangat kentara. Namun harus bagaimana lagi, bukankah ini hal baik agar aku mudah mengikhlaskan perasaan ku padanya.***“Gue heran kenapa banyak cewek yang suka sama Qiqi? Ganteng j
Saat ini aku sedang melihat foto bersama satu kelas yang dulu kami ambil di foto studio. Aku ingin tertawa melihat wajah ku yang tersenyum kaku haha. Hm, tak terasa momen itu sudah lama berlalu padahal rasanya baru kemarin aku merasa canggung karena harus berdekatan dengannya.Kala itu entah siapa yang mengatur posisi yang pasti tiba – tiba saja dia berdiri membelakangi ku dan berjongkok sementara photografer menginstrusikan kami untuk berpose ceria namun terlihat natural. Aku kira aku sudah berusaha untuk terlihat baik namun hasilnya malah menggelikan. Senyuman ku terlihat sekali kaku. Untung saja aku bukan model jadi tidak akan ada yang menuntut atau memarahi ku karena wajah konyol ku itu.Aku ingat sekali setelah pengambilan foto kami pergi jalan – jalan. Lalu kami pergi ke sebuah restoran makan cepat saji untuk makan bersama. Disana kami mengobrol segala hal terutama topik tentang dosen killer.S
Setelah mengantarkan ku pulang pada hari itu sikap Dzaqi kembali dingin seolah yang memberikan perhatian kala itu adalah orang yang berbeda. Untuk apa dia melarang ku berhubungan dengan Riana seolah – olah peduli pada ku jika pada akhirnya dia menjauhi ku lagi.“Masa bodo! Aku akan tetap berteman dekat dengan Riana. Ini hidup ku untuk apa dia ikut campur memangnya siapa dia.” Omel ku sendiri di kamar.Ping.!RianaLagi ngapain Di?AkuLagi rebahan. Kenapa Na?RianaKamu sudah bilang suka belum ke Dzaqi?AkuKenapa?Maksudnya apa coba tanya begitu. Aku lagi sensi kalau bahas soal Dzaqi, si cowok nyebelin bin aneh bin suka PHP*in anak orang.*PHP: Pemberi harapan palsu
Diatas kasur kamar ku, aku meringkuk kesakitan karena asam lambung ku kambuh. Orang tua ku menyarankan aku untuk beristirahat sementara waktu sesuai saran dari dokter. Kebetulan juga kala itu perkuliahan dan mengajar di PAUD sedang libur semester maka aku bisa istirahat tanpa memikirkan masalah absensi.Namun karena aku sakit, aku tidak bisa ikut pendakian ke gunung Guntur. Jujur saja aku sempat kecewa tapi aku sadar bahwa Tuhan lebih tahu batas kesehatan tubuh ku. Lagipula aku bukan tipe orang yang suka hiking ke gunung, aku lebih menyukai pantai. Alasan aku ingin ikut pendakian kala itu karena Dzaqi. Bukan karena dia mengajakku, dia tidak melakukan itu sama sekali tapi aku yang ingin bersamanya. Aku ingin tahu apa dia akan peduli pada ku saat pendakian setelah mendiamkan ku berhari – hari. Tapi rencana hanya sekedar rencana aku justru sakit dua hari sebelum pemberangkatan.Tepat di ha
Mengapa kala itu aku ingin dia menghubungi ku dan mengapa aku harus merasa sedih kala dia tidak menghubungi ku. Kami tidak pernah saling berkirim pesan sebelumnya layaknya sepasang insan yang sedang dalam tahap pendekatan ataupun hubungan spesial. Dia tidak pernah mengatakan dia tertarik pada ku ataupun menyukai ku. Dia hanya pernah berbincang berdua dengan ku karena tugas kuliah dan dia hanya pernah sekali mengantarkan ku pulang sebagai bentuk membantu teman. Dia memang pernah mengatakan agar aku tidak berhubungan dengan Riana tapi bisa saja itu hanya bentuk peduli atau mengingatkan sebagai seorang teman. Lalu mengapa aku menganggap hal itu sebagai bentuk perhatian dan menganggap bahwa kami dekat lebih dari seorang teman? Sementara apa yang dia lakukan tidak ada yang spesial.Saat itu harusnya aku sadar bahwa perlakuan dia kepada ku sama saja dengan perlakuan dia ke Furi. Furi sempat bercerita kepada ku bahwa Dzaqi pernah memarahi seorang supir mobil bak