Share

Chapter 6 Sesuatu Tentang Riana

Setelah mengantarkan ku pulang pada hari itu sikap Dzaqi kembali dingin seolah yang memberikan perhatian kala itu adalah orang yang berbeda. Untuk apa dia melarang ku berhubungan dengan Riana seolah – olah peduli pada ku jika pada akhirnya dia menjauhi ku lagi.

“Masa bodo! Aku akan tetap berteman dekat dengan Riana. Ini hidup ku untuk apa dia ikut campur memangnya siapa dia.” Omel ku sendiri di kamar.

Ping.!

Riana

Lagi ngapain Di?

Aku

Lagi rebahan. Kenapa Na?

Riana

Kamu sudah bilang suka belum ke Dzaqi?

Aku

Kenapa?

Maksudnya apa coba tanya begitu. Aku lagi sensi kalau bahas soal Dzaqi, si cowok nyebelin bin aneh bin suka PHP*in anak orang.

*PHP: Pemberi harapan palsu

Riana

Mau aku tanyain gak ke dia? Mumpung aku lagi chatingan sama dia nih.

Aku

Kamu mau bilangin aku suka sama dia gitu? Gak perlu, mau ditaruh dimana muka aku coba.

Riana

Eh maaf gak begitu maksud aku Di. Tanyanya gini kok, apa ada cewek yang dia taksir di kelas. Siapa tahu memang benar dia suka kamu.

Aku

Oh kirain. Terserah kamu saja.

Riana

Ok, aku tanyain ya ke dia sekarang.

Aku sungguh tidak tahu tujuan Riana apa. Dia benar – benar tulus membantu ku untuk tahu perasaan Dzaqi atau bagaimana. Ini gara – gara Dzaqi aku jadi berpikiran buruk tentang Riana. Dasar cowok player.

Tak lama kemudian, Riana mengirim screen shoot obrolan dia dengan Dzaqi. Dari yang ku lihat Dzaqi bilang dia baru saja putus dari pacarnya jadi dia belum siap untuk memulai hubungan baru.

Membaca hal itu aku merasa kecewa padanya. Dia baru putus dengan pacarnya dan dia sempat mendekati ku. Dia sungguh bermaksud mempermainkan ku atau aku yang salah menginterpretasikan sikapnya pada ku.

“Kamu yang jahat Dza bukan Riana..” Tangis ku malam itu.

***

Sebenarnya aku sangat malas pergi kuliah, badan ku lemas apalagi tadi di sekolah anak – anak pada aktif alias bandel. Namun aku tidak mungkin bolos karena aku harus presentasi. Syukurnya presentasi ku lancar meskipun si brengsek Dzaqi memperhatinkan ku. Masa bodo dengan orang itu.

“Jangan ngelamun Di” peringat Airin menyadarkan ku.

“Hm.. iya”

“Lo keliatan lemas banget dari tadi, kenapa?”

“Karena Dzaqi?” sambungnya

“Hah? Kenapa Dzaqi?”

“Gue suka perhatiin elo loh, kalian lagi deket kan?”

“Hahaha dekat gimana? Kalau dekat dia disini sama gue, kenyataannya gue sama elo kan.”

“Ngelucu lo.”

“Oi..! Curang sudah pada pesan makanan.” ujar Furi yang baru saja datang.

“Senang ya yang rumahnya dekat kampus, mau pulang dulu juga gampang gak perlu macet – macetan.” Sindir Airin.

“Haha enggak Rin. Sebenarnya rumah dia jauh cuman kebetulan dia bawa pesawat jadi gampang kalau mau balik.”

“Wah tahu saja lo Di kalau gue anak sultan.”

“Eh gue pesan makanan dulu ya, abis itu gue mau ngobrolin soal seseorang. Ok?”

Singkat cerita, kami sudah menghabiskan dua porsi makanan. Maklum kami adalah tipe perempuan yang badannya tetap kecil alias langsing meskipun banyak makan. Entah bagaimana kami memiliki kesamaan seperti itu.

Sebenarnya sebelum Dzaqi menyuruh ku menjauhi Riana, aku sudah jarang bareng dia. Aku lebih sering gabung sama Airin dan Furi. Aku lebih merasa nyaman sama mereka. Aku tidak tahu alasannya kenapa.

Soal pembicaraan Furi tentang seseorang ternyata orang itu adalah Dzaqi. Hm dia tidak pernah kehabisan topik tentang temannya itu. Tapi kali ini berbeda, dia bercerita kalau tadi malam Dzaqi curhat padanya tentang Riana.

“Tadi malam Qiqi curhat sama gue, dia bilang dia kesal sama Riana. Si Riana agresif banget sama dia. Dia gak suka sama si Riana. Dia emang terbiasa disukai sama banyak cewek bahkan dia gak masalah kalau ada cewek yang berani ngedekatin dia. Tapi katanya Riana beda dia agresif banget.”

“Cowok mana yang mau sama cewek yang ngejar gitu, malah risih pasti” balas Airin.

Heueuh.”

“Tapi Ri, Riana bilangnya ke aku beda.”

“Beda gimana?”

“Dia bilang Dzaqi sempat dekatin dia dan bilang suka ke dia. Tapi karena Dzaqi cuek kurang perhatian jadinya Riana pilih Chandra buat jadi pacarnya.” Jelas ku.

“Kamu serius dia bilang begitu?” 

  “Iya.”

“Hm halu banget dia. Dari awal Dzaqi udah cerita sama gue, si Riana dekatin dia, dia gak suka. Sebelum Pak Gugi ngebagiin kelompok project film si Riana kan ngajak Qiqi buat satu kelompok sama dia, di tolak sama si Qiqi. Dan kemarin malam dia cerita lagi kelakukan si Riana ke dia makin menjadi.”

“Memutar balikkan fakta kalau gitu.” Ujar Airin.

“Heueuh. Gue tebak si Riana pasti bakal ngikut hiking ke gunung Guntur karena Qiqi juga ikut.”

“Anak – anak jadi hiking?” tanya Airin.

“Iya itu di grup chat kelas mereka lagi ngobrolin.”

“Kenapa dia bohong ya?” tanya ku.

Airin melihat ku seolah mengatakan jangan lagi aku memikirkan soal Riana. Mungkin ini lah alasan aku nyaman dengan Airin dan Furi. Secara insting aku mengetahui siapa yang tulus berteman dengan ku.

“Sekarang harus hati – hati. Jangan percaya dengan mudah omongan Riana, Di.” Ujar Furi.

“Kasihan Chandra ya, dia pacaran sama cewek yang masih saja ngejar cowok lain.” Ujar Airin dengan tiba - tiba.

Aku tidak tahu harus percaya siapa. Tapi rasanya Furi dan Dzaqi tidak mungkin bohong. Karena jujur saja setelah ku pikir – pikir lagi aku tidak pernah melihat Dzaqi mendekati Riana di kampus layaknya laki - laki yang sedang menyukai seorang perempuan. Beda dengan Chandra dia benar – benar mendekati Riana, mereka sering mengobrol berdua di kampus. Aku sungguh tak percaya bagaimana bisa Riana membohongi ku.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status