Home / Rumah Tangga / Aku di Antara Kalian / 1. Aku Tidak Pulang

Share

Aku di Antara Kalian
Aku di Antara Kalian
Author: Lis Susanawati

1. Aku Tidak Pulang

last update Huling Na-update: 2025-05-02 20:12:32

AKU DI ANTARA KALIAN

- Aku Tidak Pulang

Author's POV

"Aku nggak pulang malam ini?" ucap Manggala tanpa menoleh pada perempuan yang sedang sibuk mencuci botol susu di kitchen sink.

"Kiara ...."

"Iya. Aku sudah dengar," jawab Kiara seraya meniriskan botol di wadah dekat rak piring. Ia pun tanpa menoleh pada sang suami.

"Nanti kalau ibu datang bertanya, bilang aku ke Surabaya."

Kiara mengangguk. Kemudian sibuk mengambil piring di rak lantas menatanya di atas meja makan. Sedangkan Manggala yang baru saja duduk, merogoh ponselnya di saku celana. Pria itu lantas bangkit menerima telepon di teras samping.

Setiap menerima telepon dari wanita itu, Manggala selalu menjauh darinya. Entah demi menjaga perasaannya atau memang tidak ingin perbincangan dengan istrinya di sana, didengar Kiara.

Istrinya? Ya. Manggala menikahi kekasih hatinya tiga bulan yang lalu. Kiara ini Perempuan yang ditinggalkan sang kakak dalam keadaan hamil dua bulan. Dan kedua orang tua Manggala memaksa sang putra untuk menikahi gadis malang yang telah ternoda.

Kiara menarik napas dalam-dalam. Menghalau sesak yang meremas dada. Kemudian tergesa masuk kamar saat bayi lelakinya terbangun dan menangis.

Digendongnya bocah umur enam belas bulan itu, lalu kembali ke belakang membuat susu.

"Aku pergi kali ini agak lama." Manggala masuk dan kembali bicara. Kiara hanya menjawab dengan anggukan kepala.

"Kalau ayah atau ibu datang bertanya, bilang aku sedang ngurusi pekerjaan di Surabaya."

Kembali Kiara hanya mengangguk. Ingin rasanya dia bilang, cerai saja. Pernikahan ini menyakiti Manggala. Dia harus bertanggungjawab terhadap perbuatan kakaknya yang sekarang menghilang tanpa kabar berita.

Tidak hanya Manggala, dirinya juga sakit. Berharap mendapatkan obat setelah ditinggal, nyatanya dia harus merasakan luka yang berbeda.

Manggala sudah rela menutupi aibnya, sampai siapapun tidak ada yang tahu kalau anak yang dilahirkan Kiara sebenarnya anak Narendra. Sebagai balasan, Kiara menutupi pernikahan kedua Manggala dari keluarga mereka. Tiga bulan, ia selalu berbohong pada sang mertua yang menanyakan Manggala pergi ke mana. Kenapa sampai berhari-hari. Padahal pekerjaan pria itu ada di kota kecil mereka.

Setelah kakaknya minggat, Manggala yang mengambil alih usaha keluarganya. Padahal sebenarnya dia mendapatkan tawaran pekerjaan yang menjanjikan dan beasiswa untuk melanjutkan S3 di luar negeri. Mimpi pria itu pupus.

Manggala makan dengan cepat. Sedangkan Kiara masih sibuk memberikan susu pada Arsha sambil melayani perasaan yang amat menyesakkan.

"Aku pergi dulu." Manggala berdiri sambil meraih ponselnya di atas meja.

Mendengar suara ayahnya, Arsha langsung menoleh dan minta duduk. Bayi itu memandang Manggala. Kemudian merengek minta gendong sambil mengulurkan tangan.

"Ayah buru-buru. Arsha, sama ibu saja." Kiara langsung menggendong anaknya ke belakang. Menghentikan langkah Manggala yang hendak mendekat.

"Pergilah, Mas. Kalau ibu tanya, aku tahu harus menjawab apa," teriak Kiara dari belakang, disela tangisan Arsha yang merengek ingin ikut ayahnya. Yang Arsha tahu, Manggala adalah ayahnya.

Tak terasa air mata merambat di pipi Kiara. Ia menyeka air mata anaknya, juga menyeka air matanya sendiri.

Setelah mobil Manggala terdengar meninggalkan rumah, Kiara kembali ke dalam. Melepaskan gendongan, menaruh Arsha si lantai dan memberinya mainan.

"Arsha nggak usah cengeng ya. Nggak boleh nakal juga. Nggak usah rewel. Ingat, Arsha hanya punya ibu. Dan ibu hanya punya Arsha." Kiara bicara seraya mengambil nasi untuk menyuapi anaknya. Mata wanita itu masih memerah.

Sedangkan Arsha terus bermain, karena tidak mengerti dengan apa yang dikatakan ibunya.

"Kapan ya kita punya uang yang banyak, Ar? Kita bisa pergi jauh." Sambil menyuapi anaknya, Kiara kembali bicara. Tangis yang terhenti tadi, kini tumpah kembali. Isaknya membuat Arsha kebingungan dan ikut menangis lagi. Bocah itu berdiri dan memeluk ibunya. Dia tidak paham ibunya bicara apa, tapi dia takut melihat Kiara yang terisak.

Buru-buru Kiara mengusap air mata dan menenangkan sang anak. "Jangan nangis. Bukankah kita harus kuat. Kamu yang membuat ibu kuat, Arsha. Yuk, sarapan lagi. Setelah itu mandi dan kita jalan-jalan." Disela sesaknya dada, Kiara tersenyum memandang sang anak yang sudah terdiam.

Namun pikirannya berlari pada kenangan tiga bulan yang lalu, ketika Manggala mengajaknya bicara serius tentang rencananya menikahi Nada.

"Kita bisa bercerai secara baik-baik. Ayah dan ibu pasti mengerti." Kiara memberikan pilihan meski sebenarnya sangat berat. Bercerai sungguh tak mudah baginya.

"Kalau cerai, siapa yang akan nanggung hidup kamu dan Arsha? Kamu akan pulang ke mana?"

Hening. Ya, dia akan pulang ke mana. Kedua orang tuanya meninggal ketika pandemi melanda. Kakak perempuannya juga. Yang selamat hanya dirinya dan kakak ipar yang kini entah tinggal di mana. Mungkin sudah menikah lagi.

Ayah Kiara seorang pegawai puskesmas, ibunya bidan, sang kakak juga perawat. Mereka sebenarnya keluarga yang cukup mampu. Namun setelah ketiga keluarganya tiada, Kiara bukan siapa-siapa. Dia melanjutkan kuliah dengan perjuangan sendiri. Lulus dengan pencapaian terbaik.

Tapi sepintar dan secerdas apapun, kalau tidak bisa menjaga diri, hancurlah semuanya. Ijazah sudah tak bermakna.

Tidak punya pilihan terpaksa ia menerima hidup dimadu. Namun belum pernah sekali saja Kiara bertemu wanita bernama Nada itu. Wajahnya seperti apa, ia pun belum pernah melihat fotonya. Ah, pasti cantik. Dia gadis kota.

Kiara bangkit dari duduknya ketika mendengar suara deru mobil berhenti di depan. Digendongnya sang anak untuk melihat siapa yang datang. Ternyata Ibu mertuanya yang di antar sopir.

Dibukanya pintu dan mencium tangan wanita itu.

"Gala mana? Kenapa di telepon nggak bisa?"

"Barusan keluar, Bu. Ke Surabaya untuk beberapa hari."

"Kenapa nggak pamit ke rumah. Padahal besok Pak Syarifuddin mau datang untuk membicarakan kontrak kerjasama. Kamu telepon dia, Ki. Kasih tahu suruh pulang dulu."

Kiara mengangguk.

"Untuk apa sih dia ke Surabaya?"

"Urusan pekerjaan, Bu." Kiara menjawab tanpa berani memandang sang mertua.

Dahi wanita itu mengernyit tajam. Pekerjaan apa? Apa Manggala ada bisnis baru. Tapi kenapa tidak memberitahu. Bu Puri meraih Arsha dan menggendongnya. Bercanda sebentar dengan sang cucu, lalu pamit. "Ibu mau belanja. Nanti jangan lupa telepon Gala."

"Iya, Bu."

Setelah ibu mertuanya pergi, Kiara mengunci pintu. Apa dia harus menyampaikan amanah mertuanya? Sedangkan Manggala sudah mewanti-wanti, agar tidak menghubunginya selagi sang suami pergi ke tempat Nada. Padahal dirinya bisa saja memberitahu lewat media sosialnya sang suami. Ia tahu sepenting apa kerjasama ini.

Kiara diam dalam dilema. Manggala sudah berjasa, sudah menutupi aib, dan memberikan kehidupan untuk dirinya dan Arsha. Apa dia tega kalau sampai kerjasama ini gagal? Tapi ....

Next ....

Selamat membaca 🫶🏻

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (21)
goodnovel comment avatar
SumberÃrta
hadirrr.... pasti seru ini cerita nya
goodnovel comment avatar
A. A Koe
dari judul sangat penasaran untuk dibaca. lha betul kan ternyata karya mbak Lis.
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kamu terlalu mencari2 alasan buat bertahan. sampai kapan mau jadi benalu? harusnya ijazahmu sebagai lulusan terbaik itu ada gunanya. tapi dasar otakmu kotor dan malas mikir makanya berakhir jadi orang ikut susah.
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Aku di Antara Kalian   145. Kebebasan 3

    "Kenapa harus aku yang tanggungjawab. Belum tentu itu anakku. Bisa jadi itu anak suamimu." Lelaki itu mengelak. Sebab sejak awal tidak ada komitmen di antara mereka, selain mencari selingan."Dia anakmu. Aku berani tes DNA," tantang Nada."Aku nggak butuh tes DNA. Karena aku nggak akan bisa menikahimu. Aku punya istri dan anak." Lelaki itu diam sejenak. "Atau gugurkan saja."Nada kebingungan apalagi Manggala juga menjatuhkan talak padanya. Padahal dia berharap, bisa merayu suaminya itu untuk menghabiskan satu kesempatan saja bersamanya. Namun gagal. Manggala justru meninggalkannya.Tiga hari setelah talak Manggala jatuh, Nada dan selingkuhannya mendatangi seorang bidan yang pernah menangani aborsi. Namun bidan itu menolak. Berbagai cara ditempuh Nada, tapi tidak ada hasilnya. Bayi itu tetap bertahan di rahimnya. Karena itu Nada kembali mengejar Manggala dan menempuh segala cara. Termasuk mendatangi rumah orang tua mantan suaminya. Karena sudah kehabisan akal, Nada kecewa dan marah, ak

  • Aku di Antara Kalian   144. Kebebasan 2

    Manggala mengambil posisi miring dan mengecup kening istrinya. "Kamu nggak akan kehilangan lagi, Ki. Aku masih di sini. Masih bernapas. Masih bisa memelukmu. Kita akan tetap bersama membesarkan anak-anak," ucap Manggala lembut sambil menatap mata Kiara. "Sedalam apa perasaanmu padaku?"Duh, pertanyaan itu membuat Kiara merona dan malu. Pipinya bukan hanya menghangat, tapi memanas. Apalagi saat memandang sorot mata serius dari suaminya."Perasaanku lebih dari yang bisa kujelaskan pakai kata-kata, Mas. Kamu segalanya bagiku dan Arsha.""Tapi bisa dikatakan kan, Ki. I love you, Mas. Begitu misalnya." Manggala benar-benar menggoda istrinya.Kiara tersipu. Dia diam sejenak lantas kembali menatap wajah suaminya. "I love you, Mas," ucap Kiara akhirnya.Manggala tersenyum lebar. "Nah, gitu kan enak didengar. I love you more, Kiara." Hening beberapa detik. Hanya detak jantung mereka yang sama-sama berdentum lembut. Manggala terus menatap wajah yang merona, sedangkan Kiara benar-benar terperan

  • Aku di Antara Kalian   143. Kebebasan 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Kebebasan "Sebentar ya, Mas angkat telepon dulu," kata Manggala. Kiara mengangguk dan dia masih duduk di tempat sambil mendengarkan. Pertama saling berbasa-basi bertanya kabar. Suara wanita di seberang terdengar sangat renyah dan ramah. Kiara tidak mengenal wanita itu secara langsung. Jadi sifatnya bagaimana, ia tidak tahu. Dipikirnya tadi ada maksud lain. Tapi ternyata semakin ke sini, yang dibahas masalah pekerjaan. Sepertinya Denti akan memesan perabot dalam skala besar. Perbincangan itu sangat serius. Manggala berdiri dan mengambil buku dan pulpen dari rak dekat televisi. Kemudian mencatat beberapa hal."Okelah, kapan Mbak Denti bisa ke Gudang. Nanti aku tunggu di sana. Sepertinya lebih jelas kalau ketemu secara langsung. Kita juga bisa negosiasi tentang harganya. Mbak, juga bisa melihat banyak pilihan di katalog kami. Atau kalau mau bikin model sendiri juga bisa, disesuaikan dengan situasi tempat dan ruangan. Ada tim yang bisa diajak konsultasi di kantor

  • Aku di Antara Kalian   142. I Love You 3

    "Mas, apa yang kamu rasakan? Masih pusing?""Masih sedikit, tapi lebih enak dari semalam.""Alhamdulillah." Kiara lega. Kiara beranjak untuk mengambil baskom dan waslap, mengisinya dengan air hangat untuk menyeka tubuh suaminya. Manggala merasakan perhatian yang begitu dalam. Sejak awal menikah, Kiara sudah begitu baik menjalani perannya sebagai istri. Namun kali ini rasanya berbeda. Manggala merasa sangat beruntung memiliki istri yang hebat dan kuat menurut versinya."Arsha nggak rewel tadi malam?""Semoga saja nggak, Mas," jawab Kiara."Terima kasih, Ki. Mas bahagia memilikimu." Manggala menggenggam tangan Kiara yang memegang waslap di dadanya. Mereka saling pandang. Kali ini Kiara tak canggung lagi. Membalas tatapan itu penuh perhatian. Memang ada Narendra di antara mereka. Lelaki yang terkadang menatapnya penuh makna tiap kali mereka tanpa sengaja bertemu. Sesekali membuat dada Kiara berdesir. Sebab mereka memang memiliki kenangan yang cukup indah di masa lalu. Narendra juga sa

  • Aku di Antara Kalian   141. I Love You 2

    Bertahannya sebuah pernikahan, tergantung bagaimana seorang suami mempertahankan. Manggala pernah membuat kesalahan yang tidak semua perempuan bisa menoleransinya. Namun ia tidak pernah berucap hendak meninggalkan Kiara. Sementara Kiara sendiri tidak akan pergi selagi Manggala tidak melepaskannya."I love you, Ki." Manggala memandang serius.Kiara tersenyum sambil berkaca-kaca. Bibirnya sampai bergetar menahan supaya tidak menangis. "Terima kasih ya, Mas. Untuk semuanya. Mas, yang membuatku merasa berharga lagi.""Mas yang harus berterima kasih karena sudah memberikan peluang kedua. Kamu wanita hebat, Sayang. Kita udah melewati masa paling sulit. Dan kita masih bersama. Sebentar lagi akan lahir bayi kembar kita."Kiara mendekati wajah dan mengecup pipi suaminya. "Aku bangga sama kamu, Mas. Aku bahagia jadi istrimu."Manggala terharu. Dia hanya bisa mengusap lembut bahu istrinya. Ingin memeluk tapi tidak bisa karena terhalang perut besar Kiara.Saat mendengar langkah kaki, Kiara buru-b

  • Aku di Antara Kalian   140. I Love You 1

    AKU DI ANTARA KALIAN- I love you Kiara panik kemudian turun dari pembaringan. Sambil menyangga perutnya, ia menghampiri sang suami. Kemudian menekan tombol nurse call warna merah yang menempel di dinding atas kepala tempat tidur.Diraihnya tisu untuk mengelap bibir Manggala. Netra Kiara sudah berkaca-kaca, sorot matanya tidak bisa menyembunyikan kecemasannya. "Apa yang Mas rasain?""Mas nggak apa-apa. Memang sejak pagi tadi sudah terasa mual." Manggala menahan lengan istrinya yang hendak menunduk membersihkan bekas muntahan. "Jangan, Ki. Kamu nanti jatuh. Panggil Yono saja."Kiara segera membuka pintu. Yono yang masih duduk bermain medsos segera bangkit dan masuk ke kamar. Tidak lama kemudian terdengar langkah kaki yang tergesa di lorong kamar perawatan. Seorang perawat masuk. "Ada apa, Bu?""Suami saya muntah, Sus."Belum sempat perawat menjawab, masuk dokter yang berjaga malam itu. Dokter muda itu memeriksa Manggala dengan tenang, menanyai beberapa hal, lalu mengamati sorot mata d

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status