"Harusnya aku yang nanya begitu sama, Mas." Kiara malah kembali terisak. "Aku nggak apa-apa. Bayi kita juga sehat." Suara Kiara serak.Tangan Manggala bergerak hendak menggapai perut Kiara, makanya wanita itu segera berdiri dan lebih mepet ke brankar. Manggala lega, tapi ia belum bisa banyak bicara. Mereka hanya saling pandang dan jemari saling menggenggam sampai perawat datang untuk memindahkan Manggala ke kamar rawat inap.🖤LS🖤"Ayah kok pakai topi, Bu?" tanya Arsha polos sambil menunjuk perban di kepala Manggala. Setelah ia diajak bertemu ayahnya."Itu namanya perban, Arsha. Karena tadi ayah jatuh, jadi kepalanya diobati dulu. Arsha, tadi melihat Ayah nolongin kita, kan," jawab Kiara lembut dan bocah itu mengangguk.Sedangkan Manggala hanya bisa menyentuh lengan putranya. Kepalanya terasa sangat berat dan sakit. Dia kehilangan banyak darah tadi.Setengah jam kemudian Narendra masuk kamar dengan membawa plastik berisi makan malam."Ki, makan dulu." Bu Puri memandang Kiara."Nanti
Meski dirinya sedang diperiksa, pikiran Kiara tidak ada di sana. Tapi pada Manggala. Padahal sore ini mereka sangat antusias bertemu dokter untuk mengetahui kondisi calon anak kembar mereka. Namun hanya Kiara yang sekarang menatap layar USG dan merasakan detak jantung kedua bayinya."Bagaimana kondisinya, Dok?" tanya Bu Puri tidak sabar."Kondisi dua baby-nya sehat, Bu. Dalam keadaan hamil lima bulan, hindari tekanan emosional yang berlebihan. Sebab kehamilan kembar ini berbeda dengan kehamilan tunggal." Dokter kandungan menjelaskan beberapa hal. Namun tetap saja pikiran Kiara tidak ada di sana. Bagaimana keadaan Manggala sekarang?Setelah selesai diperiksa, Kiara dan Bu Puri kembali ke IGD."Bagaimana pemeriksaannya?" tanya Pak Gatot memandang Kiara."Alhamdulillah, baik-baik saja, Yah.""Syukurlah.""Dokter belum keluar, Yah?" tanya Bu Puri sambil memandang ke dalam."Belum, Bu," jawab Pak Gatot singkat.Kiara makin cemas. Detak jantungnya berpacu lebih hebat. Ketakutan merayap di s
AKU DI ANTARA KALIAN- Takut Kehilangan "KI," teriak Manggala saat melihat tubuh Kiara oleng karena tangannya tak berhasil menggenggam ujung pegangan tangga teras. Saat itu Manggala memang baru keluar dari pintu samping sambil menggendong Arsha.Manggala bergerak secepat mungkin, menuruni dua anak tangga dalam satu hentakan. Disaat bersamaan tubuh Kiara kehilangan keseimbangan dan meluncur turun tak terkontrol. Refleks Manggala merentangkan tangan, berusaha menahan tubuh istrinya agar tidak terbanting. Tapi dia juga harus tetap melindungi Arsha dalam pelukannya supaya tidak terjatuh.Tubuh Manggala terguling ke belakang, satu tangan mencengkeram pinggang Kiara, satu lagi menahan Arsha erat-erat. Namun membuat kepala Manggala membentur tiang teras. Disusul hempasan tubuhnya yang terbaring dengan Arsha terduduk di atas dada. Sedangkan Kiara terduduk di pahanya. Tangan Kiara secara naluriah menahan perutnya."Mas!" jerit Kiara. Tubuhnya gemetar, wajahnya memucat melihat mata Manggala te
Mereka bertiga diam. Tak ada kata-kata lagi, hanya keheningan yang membawa pemahaman baru. Bahwa mungkin luka masa lalu tidak selalu harus dilupakan. Kadang, cukup diterima dan menunggu sembuh meskipun perlahan."Maaf, permisi, Pak. Ada tamu yang nyariin Mas Rendra." Mak Yah muncul di pintu untuk memberitahu."Iya, Mak," jawab Narendra. "Yah, ke depan dulu.""Iya," jawab Pak Gatot.Narendra melangkah ke ruang tamu. Ternyata Husein yang datang. Setelah mempersilakan temannya duduk, Narendra kembali memberitahu ayah dan ibunya. Pak Gatot dan Bu Puri menghampiri. Baru kali ini juga mereka bertemu dengan teman putranya itu.Pak Gatot dan Bu Puri menyalami dan berbincang beberapa lama, kemudian pamit masuk ke dalam dan membiarkan dua teman itu berbincang.Kebetulan Husein ada pekerjaan di Kediri, makanya mampir menemui sahabatnya."Itu fotonya Arsha, Ren?" Husein memandang foto ukuran besar yang tergantung di dinding ruang tengah dan bisa terlihat dari ruang tamu."Iya. Foto Arsha saat ber
"Oke." Manggala melepaskan sarung dan bajunya. Lalu meraih lengan Kiara dan mereka keluar kamar. Di depan pintu sudah berdiri Arsha yang tadinya hendak menyusul mereka. Manggala lalu menggendong dan membawa anaknya untuk menonton televisi.🖤LS🖤Sementara di ruang keluarga rumah Pak Gatot, tiga orang masih diam dengan perasaan masing-masing. Pak Gatot memandang keluar jendela. Sedangkan Bu Puri, sesekali memandang suaminya lalu ke arah putra sulung mereka yang duduk berseberangan, menunduk menatap lantai. Sorot matanya yang dalam dan kelam seakan menyimpan lautan cerita yang tidak bisa ia tumpahkan.Suasana seketika hening setelah mendengar jawaban Narendra tadi.Wajar kalau Pak Gatot dan Bu Puri sebagai orang tua sangat khawatir. Apalagi sekarang Narendra begitu dekat dengan Arsha. Mungkin itu hal wajar keakraban antara Pandhe dan keponakan. Namun permasalahan mereka berbeda. Arsha ini anak biologisnya Narendra.Manggala memang diam. Tapi tidak ada yang tahu isi hatinya. Dia yang se
AKU DI ANTARA KALIAN - Rasa yang Kembali MenyalaManggala mengurungkan niat untuk menemui sang ayah. Sepertinya mereka sedang membahas hal yang serius. Mungkin kedua orang tuanya mengharapkan agar Narendra mau menikah. Soal itu Manggala tidak berhak ikut campur. Itu urusan pribadi kakaknya. Lagipula ayah dan ibunya tidak pernah mengajaknya membahas tentang itu dengannya.Namun disaat melangkah hendak keluar, ia mendengar suara Arsha dari ruang belakang. Ketika menoleh, anak itu muncul di pintu bersama Mak Yah. "Ayah!" teriak Arsha yang langsung berlari menubruk kakinya. "Hai, Arsha di sini." Manggala meraih bocah itu untuk digendong. "Arsha, ke sini sama siapa?""Nenek." Sekarang Arsha sudah pintar bicara dan lumayan jelas."Ayah mau pulang, Arsha ikut pulang?"Bocah itu spontan mengangguk. "Iya.""Pamit dulu sama kakek, nenek, juga sama Pakdhe." Manggala membawa anaknya ke ruang keluarga. Setelah turun dari gendongan, Arsha berlari untuk menyalami mereka. Narendra memeluk dan menci