Share

3. Perhatian

last update Huling Na-update: 2025-05-02 20:13:27

AKU DI ANTARA KALIAN

- Perhatian

"Aku akan menikahi Nada," ucap Manggala suatu malam, suaranya datar tapi serasa menggelegar di pendengaran Kiara.

Wanita itu membeku. Sejenak napasnya tercekat. Matanya menatap ke arah sang suami, tak percaya dengan apa yang baru didengarnya. Dipikir setelah Manggala tidak membahas nama gadis itu lagi, semua sudah selesai. Ternyata diam-diam mereka masih tetap menjalin hubungan.

"Nada masih menungguku. Dia rela aku mempertanggungjawabkan kesalahan kakakku, tapi dia juga tidak meninggalkanku. Kami sudah merencanakan pernikahan waktu itu."

Seolah Kiara merasakan seluruh isi ruangan runtuh menimpanya. Ucapan Manggala terasa seperti pukulan telak. Ia menarik napas dalam. Sadar, Kiara. Kamu ini bukan siapa-siapa. Masih untung Manggala mau bertanggungjawab atas apa yang tidak dilakukannya.

"Kapan?" pertanyaannya nyaris tak terdengar.

"Bulan depan. Aku bicara baik-baik denganmu. Aku tidak ingin diam-diam melakukannya, Kiara."

"Jadi aku harus menandatangani surat izin poligami?"

"Kami nikah siri dulu. Sebab Nada juga sibuk. Terdesak juga karena adik perempuan Nada akan menikah. Orang tuanya tidak ingin Nada dilangkahi adiknya." Selesai bicara, Manggala beranjak pergi ke ruang kerjanya.

Kepalanya terasa berat. Kiara menunduk, menatap jemari yang bertaut di pangkuannya. Ingin berkata tidak, ingin menolak, ingin marah. Tapi Kiara justru mengangguk. Dia bisa apa? Telah berhutang budi pada Manggala dan lelaki itu berhak bahagia. Namun ini menyakitinya.

Ia tidak menolak ijab qobul ulang setelah selesai nifas saat itu. Sebab dipikirnya akan bahagia. Bisa menjalani pernikahan dengan Manggala sebagaimana mestinya. Apalagi setelah ijab kabul usai persalinan, ia dan Manggala juga menjalani pernikahan seperti pada umumnya. Berhubungan sebagaimana mestinya. Kiara tersenyum getir. Ah, ternyata bahagia itu hanya mimpinya saja. Pada kenyataannya dia terluka oleh dua lelaki yang notabene bersaudara.

Hari-hari berikutnya menjadi mimpi buruk. Kiara meski hancur, berusaha berdiri tegak. Ia menahan luka, menahan tangis, dan ikut terlibat dalam persiapan pernikahan Manggala dengan perempuan lain.

Ia yang memilihkan cincin, yang membeli perhiasan untuk Nada karena Manggala sangat sibuk kala itu.

"Apa aku bodoh, Ya Allah," ucapnya lirih sambil menunduk. Ya, dirinya memang sebodoh-bodohnya perempuan. Kalau pintar, tentu tidak akan menyerahkan kehormatannya pada lelaki yang belum menjadi suaminya. Kiara tersenyum pahit.

Ketika hari pernikahan itu tiba, Kiara kembali sibuk menyiapkan jas Manggala, menyetrika baju, bahkan memastikan parfum kesukaan suaminya telah masuk ke koper. Manggala tidak memintanya menyiapkan hal itu, tapi Kiara dengan sukarela melakukannya.

"Terima kasih," ucap Manggala singkat sambil menerima koper. Sejenak pria itu memandangnya begitu dalam dan berbeda. Namun Kiara buru-buru berbalik dan sibuk membereskan seprai.

Hari-hari berikutnya berjalan lambat. Hati Kiara seperti perahu yang kehilangan jangkar. Terombang-ambing meski tetap menjalani perannya seperti biasa, mengurus rumah, menjaga anak, dan melayani suami. Sambil menutupi luka yang tak kasat mata.

Orang-orang melihatnya sangat bahagia. Siapa yang tidak bahagia dinikahi putra orang terkaya di daerah mereka. Pemilik perusahaan furniture dan pemilik armada bis, travel, dan penyewaan alat berat. Tak ada yang tahu bahwa di balik senyum Kiara, tersimpan badai di dadanya.

Kiara beranjak dan duduk di dekat putranya. Mengusap lembut pipi anaknya. "Maafin ibu, Arsha. Kita cuma punya satu sama lain, Nak."

Hatinya kian pedih, tiga bulan terakhir yang amat berat. Dalam hati ingin berteriak. Ingin berkata bahwa ia tidak bisa lagi menjalani ini. Tapi ke mana akan pergi setelah itu? Janda dengan satu anak yang masih kecil. Tanpa pekerjaan, tanpa keluarga. Setelah Manggala menikah lagi, dunia seolah mengecil, menyempit, rumah itu makin terasa sesak. Bagaimana akhir dari kisah ini?

Diraihnya ponsel dan mengecek saldo yang tersimpan di i-banking-nya. Dengan tabungan sekian, apa mungkin bisa membuatnya hidup bersama sang anak di luar sana. Bisa bertahan berapa lama?

Kiara menghela nafas panjang. Berapa kira-kira uang yang bisa ia kumpulkan dalam beberapa waktu ke depan?

🖤LS🖤

"Kenapa nggak menghubungiku kalau Pak Syarifuddin datang?" Manggala bicara dengan wajah memerah. Siang itu ia baru saja sampai dari Surabaya. Pulang lebih cepat karena mendapatkan telepon dari ayahnya yang marah-marah.

Kiara yang tengah membuatkan minum, menyelesaikan pekerjaannya sebelum menjawab. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri dan Arsha, bahwa dia harus kuat. Dibawanya secangkir kopi dan diletakkan di hadapan suaminya.

"Aku menuruti keinginanmu, Mas. Kalau aku nggak boleh menelepon atau mengirim pesan saat Mas sedang di sana." Kiara berusaha menjawab dengan tegar.

"Tapi kamu tahu kalau ini penting, kan?"

"Iya, aku tahu. Tapi lebih penting aku menuruti perintah suamiku."

Manggala terdiam.

"Aku tahu diri, Mas. Makanya aku menghubungimu nggak lewat W******p. Aku menelepon ke messenger tapi nggak Mas jawab. Akhirnya kukirimkan pesan. Tapi ada balasan kalau Mas nggak bisa diganggu."

Manggala terkejut lalu mengambil ponsel di saku celananya. Membuka messenger. Tidak ada pesan yang dimaksud oleh Kiara. Dia menunjukkan ponselnya pada sang istri. Kiara kaget, tapi dengan cepat ia mengambil ponselnya di sisi meja yang lain. Kemudian menunjukkan pada sang suami. "Pesannya sudah dihapus, Mas. Ini jejaknya ada."

Mereka saling pandang. Kiara membuka galeri foto. Ditunjukkannya screenshot yang sempat ia ambil sebelum dihapus oleh Nada. Manggala tidak bisa bicara lagi. Pasti Nada yang melakukannya.

Ketika tengah menyeruput kopi, ponselnya kembali berdering.

"Halo, Bu."

"Kamu sudah sampai rumah?"

"Sudah."

"Datang ke sini, ditunggu ayah. Ajak Arsha, kakeknya kangen."

"Iya."

Sebelum beranjak, Manggala menghabiskan kopinya. Kemudian menoleh pada Kiara yang sedang mengeluarkan ayam ungkep dari dalam kulkas. Dia tidak masak, karena tidak tahu suaminya akan pulang lebih cepat. Makanya itu hendak membuat lauk untuk makan siang.

"Kamu nggak masak?" tanya Manggala mendekat.

Kiara menggeleng.

"Kalau nggak masak kamu dan Arsha makan apa?"

"Goreng telur pun bisa atau mie instan."

Manggala berdecak lirih. "Lain kali jangan begitu. Mana ada gizinya mie instan untuk Arsha untuk kamu."

Mendengar kalimat Manggala, Kiara menelan saliva. Tersentuh dengan perhatian lelaki itu pada anaknya. Walaupun bukan anak kandung.

"Ganti baju dan pakai hijabmu, kita ke rumah ayah."

"Arsha masih tidur, Mas."

"Bisa digendong."

Kiara kembali menyimpan wadah ke dalam kulkas. Tergesa ia masuk kamar untuk berganti pakaian. Kemudian pelan-pelan mengendong Arsha yang sedang tidur nyenyak. Perintah Manggala tidak bisa dibantah.

Dibalik segala luka, tapi Kiara bersyukur. Sebab kedua mertuanya sangat sayang pada Arsha. Tidak perlu tes DNA, wajah anak itu 95% persis seperti Narendra dan Manggala.

Arsha nangis sejenak, lalu kembali terlelap setelah ditenangkan di dalam mobil.

Tidak ada percakapan hingga mereka sampai di rumah Pak Gatot. Kiara yang menggendong Arsha melangkah melewati teras samping, sedangkan Manggala masih bicara dengan orang kepercayaan ayahnya di dekat carport.

Ketika melewati jendela ruang kerja mertuanya, tanpa sengaja dia mendengar sang mertua menelepon seseorang.

"Kamu belum dapat kabarnya Rendra?"

Next ....

Selamat membaca 🫶🏻

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (7)
goodnovel comment avatar
Ainie Ainie
sekolah tinggi gak menjamin akalnya waras
goodnovel comment avatar
AlbyMalik
u tung masih ada buktinya jadi manggala ngga bisa marah2 sama kamu
goodnovel comment avatar
Helmy Rafisqy Pambudi
ya elah tak kirain tanggung jawab nikahin aja lah ni jg si Kiara JD istri yg layani semuanya ya .lah gala kok ya Mash tetep nikahin pacar km sich .kalo km dah komitmen ma pacar seharusnya jngn sentuh Kiara jg donk
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Aku di Antara Kalian   205. Akhirnya Ketemu 3

    "Memangnya saat itu ada orang lain di rumah kita?" Manggala malah ganti bertanya.Kiara mengembuskan napas pelan. Ditatapnya sang suami. Lelaki yang keras kepala, kadang konyol, suka memaksakan kehendak, tapi hatinya juga gampang jatuh iba.Beberapa menit kemudian, suasana mulai mencair. Kiara mematikan layar laptop dan mencabut flashdisk milikinya. "Mas tahu nggak, betapa stresnya aku waktu kehilangan benda ini?""Ya, Mas tahu kamu mencarinya setiap hari. Sampai di kolong-kolong lemari dan meja." Manggala menahan senyum."Ish." Kiara mencubit pinggang suaminya. "Tega kamu, Mas. Kenapa saat itu diam saja.""Mas harus tega demi melihatmu bertahan."Keduanya saling pandang. Mereka terdiam menikmati keheningan yang tercipta. Sedangkan di luar, suara gemerisik di gudang terdengar samar.Manggala menarik Kiara dalam dekapannya. Mencium keningnya berulangkali. Dan sang istri membalas pelukannya. Tidak peduli seberapa keras permasalahan menekan, selama mereka masih bisa saling memaafkan, men

  • Aku di Antara Kalian   204. Akhirnya Ketemu 2

    Kiara menatap meja kerja suaminya. Di sana ada tumpukan kertas kerja, katalog desain, dan sketch book berada di atasnya. Kiara duduk di kursi putarnya Manggala. Tiba-tiba ia tertarik untuk membuka laci. Penasaran karena selama mampir ke situ, Kiara tidak pernah membukanya.Tangannya terhenti saat melihat sebuah flashdisk warna hitam ada di pojok. Diambilnya benda itu lalu diamati untuk memastikan, itu miliknya atau bukan. Dan ... hati Kiara mencelos. Benar, itu flashdisk yang selama ini ia cari dan dikira hilang ternyata ada di laci meja kerja suaminya. Benda yang menyimpan CV dan semua file desain yang pernah ia buat beberapa tahun lalu. Tapi kenapa ada di sini? Tidak mungkin benda itu jalan sendiri kalau tidak dipindahkan. Jadi, Manggala yang telah mengambilnya?Pintu terbuka dan Manggala tersenyum ke arahnya."Mas!" serunya kesal. Kiara berdiri dan Manggala mendekat."Ada apa, Sayang?"Tanpa berkata, Kiara mengangkat tangan dan menunjukkan flashdisk di genggamannya. Wajahnya terlih

  • Aku di Antara Kalian   203. Akhirnya Ketemu 1

    AKU DI ANTARA KALIAN- Akhirnya Ketemu Pagi itu menjadi pagi yang penuh suka cita di ruang makan keluarga Pak Gatot. Mereka menyambut bahagia kabar baik dari Tiana. Setelah Kiara keguguran, sekarang Tiana yang berbadan dua. Menjadi rezeki yang tak ternilai harganya dari pernikahan Narendra dan Tiana. Rizky terlihat berbinar-binar mendengar kalau dia mau punya adik. Tentu saja sangat bahagia. Usianya hampir delapan tahunSetelah mengantarkan Rizky ke sekolah, Narendra dan Tiana langsung pergi ke tempat praktek dokter Maya. Di mana mereka selama ini selalu konsultasi dan menjalani program kehamilan.Dokter Maya menyambut mereka dengan senyum hangat. Tiana masih berdebar saja. Ini memang bukan kehamilan yang pertama, tapi kehamilan ini disambut dengan luar biasa oleh suami dan keluarganya. Beberapa menit kemudian, dokter Maya menunjukkan layar monitor USG ke arah mereka. "Ini kantung kehamilannya," ujar sang dokter sambil menunjuk titik kecil pada layar. "Usia kehamilan sekitar 4–5 mi

  • Aku di Antara Kalian   202. Buah Penantian 3

    Mereka tidak ada yang datang ke rumah sakit, karena dilarang Manggala. Biar Kiara bisa istirahat dengan tenang pasca keguguran. Toh keesokan harinya juga sudah boleh pulang. Jadi sehari semalam, Kiara hanya ditemani oleh Manggala.Anak-anak diboyong semua ke rumah neneknya. Sebab si kembar rewel mencari ibunya. Di rumah sang nenek, mereka ceria karena ada kakek, nenek, pakdhe, dan budhenya. Ada Rizky yang menemani mereka bermain. Keesokan harinya, dari rumah sakit Manggala langsung mampir menjemput anak-anak ke rumah ibunya. Kiara juga ikut turun. Bu Puri tergopoh menghampiri dan meraih tangan menantunya. "Saya nggak apa-apa kok, Bu," kata Kiara sambil tersenyum."Duduklah dulu. Anak-anak diajak pakdhe sama budhenya keluar tadi. Sekalian nganterin Rizky dan Arsha ke sekolah."Pantas saja rumah sepi. Kiara dan Manggala duduk di ruang makan. Mak Yah membuatkan dua gelas teh hangat. Mereka ngobrol bertiga, karena Pak Gatot sudah ke Garasi."Ibu nggak nyangka kamu hamil lagi, Ki. Padaha

  • Aku di Antara Kalian   201. Buah Penantian 2

    Keringat dingin membasahi pelipis dan tengkuknya. Ia memanggil Manggala, "Mas!"Di kamar mandi, suara air berhenti. Manggala keluar sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Ia sudah mengenakan celana dan kaus warna hitam. Pria itu kaget melihat istrinya yang membungkuk menahan perutnya. "Sayang, kamu kenapa?" Manggala berlari ke sisinya. Wajah Kiara pucat. Keringat mengalir deras di pelipis, bahkan lehernya sampai basah.Kiara menggigit bibir. Tubuhnya gemetar, tangan mencengkeram perut. "Perutku tiba-tiba sakit banget, Mas," desisnya.Wanita itu menggigil dan merasakan bawahnya basah. Tangan kanannya menyentuh bagian bawah tubuhnya, dan saat ia mengangkat telapak tangan, darah menodai jemarinya. Mereka berdua sama-sama kaget dan panik.Tanpa pikir panjang, Manggala langsung membopong Kiara keluar kamar. "Mbak Asih, tolong bukain pintu depan!" teriaknya pada Mbak Asih.Wanita yang tengah menyiapkan sarapan, sontak berlari. Dalam kepanikan, ia mengambil kerudung Kiara yang a

  • Aku di Antara Kalian   200. Buah Penantian 1

    AKU DI ANTARA KALIAN- Buah Penantian "Kaira, sini, Sayang!"Nada mendengar suara Manggala memanggil anak itu. Jadi nama anaknya Kaira. Wanita itu melirik pada gadis kecil yang usianya tak beda jauh dari anaknya.Kaira yang sudah terlanjur melihat anak kecil yang saat itu juga memandangnya, tidak mau pergi dari sana. Mereka saling pandang. Anaknya Nada ingin turun, tapi ditahan oleh ibunya.Sedangkan Kaira ingin mendekat dan berkenalan. Ketika kaki kecilnya hendak melangkah, Manggala menghampiri dan meraih tubuh sang anak. Kaira tertawa geli saat ayahnya membopong sambil menciuminya.Nada bernapas lega. Namun ia tetap berusaha bersikap sebiasa mungkin. Agar suaminya tidak curiga.Setelah mereka menjauh, Nada menoleh. Dari sini dia tahu kalau anaknya Manggala kembar. Gadis kecil di dekatnya tadi sama anak laki-laki yang sedang digandeng oleh seorang ART mereka.Dia tidak sanggup bertemu lagi dengan mereka. Terakhir ketika Nada datang untuk meminta maaf. Setelah itu berharap tak berjum

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status