"Nggak pernah. Biar saja, Han. Aku nggak mau ngurusin hal itu. Bukankah kamu juga sudah menjelaskan. Terserah teman-teman mau bilang apa. Biarkan mereka bebas bercerita dari sudut mana pun yang mereka suka.""Ya, yang penting hati-hati saja, Bro. Orang seperti Nada ini nekatan. Fokus saja sama keluargamu.""Iya. Apalagi Kiara sedang hamil sekarang.""Oh, ya? Wow, selamat kalau gitu. Akhirnya berhasil juga kamu menghamili Kiara." Hanan terkekeh. "Sudah dulu, Bro. Aku mau siap-siap berangkat kerja. Nanti kalau ada kabar lagi kutelepon."Oke. Makasih, Han."Manggala menatap layar ponsel. Tangannya perlahan menggulir satu per satu notifikasi. DM dan inbox dari beberapa temannya diabaikan. Dia juga tidak berniat memberitahu Kiara. Khawatir menambah beban pikiran istrinya.Ia menghela napas. Cerita tentang dirinya lebih cepat menyebar dalam hitungan jam. Dan dalam cerita yang dirancang Nada, dialah tokoh antagonisnya.Yang ingin dijaga Manggala hanya reputasi orang tuanya. Sosok baik mereka
Bocah kecil itu menoleh. Bola mata bundarnya menatap Narendra beberapa detik sebelum senyum mengembang dari bibir mungilnya. Seulas senyum yang membuat dada Narendra seketika hangat dan sesak dalam waktu bersamaan.Arsha sendiri sekarang sudah tahu kalau antara Manggala dan Narendra adalah orang yang berbeda.Bocah itu bangkit berdiri lalu berjalan tergopoh ke arah Narendra, membawa satu mobil mainan di tangannya untuk diberikan pada pakdhenya. "Nih, blum-blumm," ucapnya dengan suara cadel.Narendra tersenyum lantas berjongkok, menyambut bocah itu dengan tangan terbuka. "Wah, mobil balap, ya?"Arsha mengangguk-angguk antusias, lalu duduk di pangkuan Narendra. Dia tidak takut lagi setelah beberapa kali bertemu dengan sosok yang sangat mirip dengan ayahnya. Bocah itu mulai menggerakkan mobilannya di paha Narendra sambil menirukan suara-suara mesin mobil, kemudian menirukan bunyi telolet dari klakson yang sering didengarnya.Membuat Narendra tertawa, lalu memandang ke arah Mak Yah yang d
AKU DI ANTARA KALIAN- Tak Bisa Dihentikan [Dia cerita pada Intan teman kita, bilang kamu telah meninggalkannya begitu saja.]Manggala hanya membaca pesan dari sahabatnya. Nanti saja dibalas setelah pembicaraan dengan keluarganya selesai. Ia memang sudah lama keluar dari grup alumni setelah memutuskan menikahi Kiara. "Kamu bagaimana, Gala?" Pak Gatot ganti menyorot pada putra bungsunya. Setelah Narendra legowo, Pak Gatot juga harus tahu apa keputusan putra keduanya."Ya, Yah. Nggak apa-apa. Silakan saja. Keputusan Ayah untuk kebaikan bersama. Kiara pasti sepemikiran dengan saya." Manggala menoleh pada sang istri. Tangan Manggala di bawah meja, menggenggam jemari Kiara dengan lembut di pangkuannya.Saat bersamaan Kiara mengangguk. "Ya, Yah," jawabnya singkat. Dia tidak bisa berkata banyak, karena dadanya terasa sesak. Bahkan tubuhnya dibanjiri keringat saat itu.Narendra menunduk, menahan gelombang penyesalan yang tidak bisa ia ungkapkan lagi. Sungguh ini sangat berat baginya. Harapa
Manggala menatap layar yang berpendar di atas meja. Dikira balasan pesan dari Kiara, ternyata bukan. Ada video masuk yang dikirim oleh Nada.Ia tidak memutar sampai selesai video pernikahan mereka, tapi melihat video lain yang dikirim oleh mantan istrinya itu. Sebuah video yang diambil diam-diam oleh Nada disaat Manggala sedang tidur di sofa. Di situ Nada tersenyum lebar sambil mendekatkan pipi mereka.Pelan diletakkannya ponsel di atas meja. Wanita ini nekat menantangnya. Dia tidak akan berhenti meneror sebelum keinginannya tercapai. Nada jauh berbeda dengan sosok yang dikenalnya selama ini. Bukan karena dia sudah dikecewakan, tapi mungkin karena Manggala tidak tahu sifat aslinya.Manggala melihat jam dinding. Tepat pukul dua belas siang. Ia segera bangkit sambil meraih ponsel dan kunci motor. Pulang mau melihat Kiara dan Arsha. Dia khawatir karena pesannya yang terakhir belum dibalas.Setengah hari ini, entah sudah berapa kali ia menelepon dan mengirimkan pesan pada sang istri. Hal
Kiara menyembunyikan rona merah yang merayap di pipi. Ia bersyukur, meski sebagian hatinya masih diliputi kegundahan. Dua hari lagi pertemuan keluarga. Di sana dia akan kembali berhadapan dengan Narendra. Ia juga masih berusaha menata hati setelah kejadian demi kejadian yang membuat batinnya remuk redam."Mas." Kiara memandang suaminya. Dia ingat hendak cerita apa. "Tadi sore Nada menelepon diponsel Mas yang ketinggalan.Wajah Manggala langsung menegang. Rahangnya mengeras dan untuk beberapa detik ia terdiam. Lalu meraih tangan Kiara untuk digenggam."Biarkan saja.""Sempat kujawab tadi.""Kenapa dijawab. Lain kali nggak usah dipedulikan. Dia ngomong apa?"Kiara menceritakan semuanya tanpa ada yang ditutupi. "Dia ngaku sedang hamil anakmu, Mas."Manggala mendengkus pelan. "Kalau pun beneran dia hamil. Kupastikan dia hamil sama lelaki lain. Mas sudah menceritakan semuanya padamu.""Kalau Mas nggak menghubunginya. Dia mengancam akan menyebarkan pernikahan siri kalian pada kerabat dan or
AKU DI ANTARA KALIAN- Pertemuan Keluarga Penjelasan dokter membuat Manggala terkejut sekaligus bahagia. Ia memandang Kiara sambil tersenyum menawan. Di pangkuannya, Arsha tampak belum mengerti. Anak itu memandang layar USG dan dokter kandungan secara bergantian. Biasanya jam segitu Arsha sudah tidur. Tapi kali ini dia seperti ikut bersemangat meski belum tahu apa yang sedang mereka lakukan.Kembar? Kiara nyaris tak percaya. Hati dan jiwanya belum selesai menggenggam luka, kini Allah memberi dua nyawa dalam rahimnya yang harus ia jaga. Bibirnya bergetar pelan, mengucapkan kata syukur. Sekaligus mengingat-ingat dari keluarganya tidak ada riwayat punya anak kembar. Mungkin dari pihak Manggala ada.Usai pemeriksaan, mereka duduk berhadapan dengan sang dokter di meja konsultasi. "Karena ini kehamilan kembar, ada beberapa hal yang harus benar-benar diperhatikan," ujar dokter sambil membuat catatan medis.Kiara mengangguk, tubuhnya masih sedikit gemetar. Rasanya belum percaya dengan keny