Share

Bab 6

Author: Ana fatih
last update Huling Na-update: 2024-10-07 16:49:12

Keesokan paginya Arum sudah siap untuk berangkat ke sekolah dan Bayu juga berangkat ke kantor.

Namun baru saja Arum memakai kaos kaki di luar suara Riska memanggil setengah berteriak.

"Arum, Bayu! Buka pintunya saya mau mintak nasi dan lauk," katanya dari luar.

"Mas, itu Mbak Riska, tolong kamu yang layani aku mau berangkat."

"Tapi Rum, aku juga mau berangkat."

"Ya terserah Maslah, pokoknya aku mau berangkat. Lagian aku heran sama Mbak Riska sudah tahu ini pagi bukannya masak sendiri malah mintak ke orang lain."

"Mbak, mau apa? Kita mau berangkat kerja," ucap Arum dengan wajah malasnya namun masih sedikt bersahabat.

"Saya mau mintak sarapan anak saya laper dan Mas Riko mau berangkat ke kantor."

"Lah, kenapa mintak kesini Mbak. Memangnya Mbak masaknya di dapur sini?"

"Eh, Rum. Kamu jangan kurang ajar ya, saya mintak baik-baik kamu malah nyolot adik ipar durhaka kamu memang ya."

"Terserah Mbak, tapi maaf pagi ini aku tidak masak karena aku puasa sedang Mas Bayu hanya sarapan kue sisa dan tea sisa tadi malam dapat dari yasinan."

"Bayu!" teriak Riska karena Arum tidak lagi bisa ia punguti. Biasanya kalau pagi ia meminta sarapan langsung di kasih tapi pagi ini Arum malah ngelawan dan acuh.

"Ada apa Mbak? Benar kata Arum, pagi ini di dapur tidak ada makanan karena Arum tidak masak."

"Oh jadi kamu sudah sok jadi orang kaya tak mau masak dan menghamburkan uang di luar, lagian apa susahnya masak sebentar sebelum berangkat kerja."

"Mbak, Arum lagi puasa dan aku sudah sarapan makanya Arum tidak masak, justru itu kita belajar hemat dan tidak boros."

"Kalian berdua ngeles saja, ya sudah kalau gitu Mbak mintak berasanya satu kg soalnya Mbak belum beli, Mas Riko belum sempat ngantar saya ke indomaret buat belanja sedang saya alergi kalau beli berasa di warung biasa," kata Riska angkuh.

Arum mendelik sambil tersenyum tipis,"kalau begitu Mbak masaknya nunggu Mas Riko sempat karena beras yang aku beli itu di warung bukan di indomaret dan satu lagi berasku juga lagi habis."

Riska melotot matanya hendak keluar, emosinya benar berada di puncak lantaran Arum dan Bayu pagi ini beraninya sudah pakeh banget.

"Oh jadi kalian mulai perhitungan ya sama saya, apa kalian lupa kalau saya ini Mbak mu Bayu dan ke dua saya kakak yang paling kaya karena pekerjaan Mas Riko lebih tinggi dari kalian."

"Lalu kenapa Mbak, kalau memang Mas Riko gajinya lebih tinggi dari Mas Bayu?"

"Sudah, ayo Rum kita berangkat saja nanti telat," ajak Bayu takut Arum makin marah begitupun dengan Riska, tidak enak di dengar tetangga pagi-pagi sudah ribut.

"Iya Mas," sahut Arum.

"Mbak, sebaiknya pulang masak buat keluarganya atau mintak saja sama ibuk dan Susan kalau memang tidak mau masak sendiri, aku dan Arum berangkat kerja dulu."

"Eh, Bayu. Aku ini Mbak kandungmu ya, apa kamu lupa itu?" bentak Riska.

"Aku tidak lupa Mbak, tapi pagi ini kita memang tidak ada sarapan yang bisa di bagi," kata Bayu frustasi.

"Kamu ini kenapa sih Bay, kok kayak lembek gitu hari ini tidak seperti biasanya?" heran Riska.

"Nggak papa Mbak, Aku hanya capek dan Aku harus berangkat kerja."

"Ayo Mas, tadi kamu nyuruh aku cepat kan!" Arum turun dari teras rumahnya yang masih belum di kramik penuh hanya di dalam saja dan kamarnya yang sudah selesai.

Setelah mengunci rumahnya Bayu langsung menyalakan mobilnya dan Arum sengaja tidak pamit sama Riska, karena menurutnya itu percuma.

Saat Riska dan Bayu hilang dari pandangannya Riska mengerang manahan kesaal dan emosi yang meledak-meledak ia di baut marah sama Arum dan Bayu juga merasa terhina oleh sikap Arum yang tak lagi menghormatinya sebagai kakak ipar dan anehnya juga kenapa adik laki-lakinya itu sekarang berubah dan terlihat lemah tak seperti biasanya membela dirinya dan mementingkan kebutuhan dirinya dan ponakannya.

Hari ini Bayu menunjukkan sikap yang amat beda tak seperti biasanya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Aku istrimu, Mas!   bab 10

    "Hai Arumi! Memangnya kamu siapa sudah berani melawan kita, Bayu katakan sama istri miskin mu itu kalau sudah dia ralat ucapanya kalau tidak ibuk tidak segan akan mengusir dia dari sini," bentak Bu Ratna sambil menunjuk wajah Arumi kasar. Sedang Arumi berusaha tenang dan tidak ikut tersulit emosi lantaran ucapan mertuanya walau ia sangat sakit sekali berkali-kali di hina namun Arumi ingin lihat apakah suaminya Bayu menepati janjinya apa tidak kalau ia mulai sekarang akan melindungi dan menjaga harga dirinya di depan ibuk dan iparnya. "Bayu! Cepat kamu katakan sama istrimu itu, kalau dia sudah salah," geram Bu Ratna karna Bayu belum juga bertindak dan hanya diam saja membisu tidak reaksi apapun. Sekilas Bayu melirik ke arah Arumi yang nampak tenang dan sedikitpun tidak meminta Bayu untuk membelanya dan itu semakin buat Bayu takut karena sikap acuh dan tak perdulinya Arumi makin terlihat. "Kenapa kamu diam saja Bayu!" Bu Ratna semakin murka pada putranya karna ia terlihat hina didep

  • Aku istrimu, Mas!   Bab 9

    Arumi yang baru saja selesai mandi mengerutkan dahi dan melirik ke arah pintu dimana ia mendengar suara teriakan dari luar. Sebenarnya suara itu Arumi tahu siapa pemiliknya hanya saja ia heran kenapa orang tersebut sepertinya tak ada bosennya mengganggu ketenangan batinnya padahal ini masih pagi, tidakkah ia buat berdzikir waktu sebaik ini. "Mas, itu Mbak Riska kenapa kamu diam saja Mbak mu teriak-teriak?" ujar Arum sambil menyisir rambutnya yang sehabis keramas ia baru saja selesai nyuci karna dan beres-beres. "Kamu sajalah dek, pasti Mbak Arum ke sini mau bahas soal kamu yang sudah tidak mau berbagi makanan lagi karena aku sudah memberitahunya tadi malam," balas Bayu frustasi, karena ia sendiri sedang bingung sama angsuran yang sudah terlanjur ia gadaikan BPKB mobilnya kemaren buat pesta pernikahan Susan, ternyata benar sekarang dia ia kebingungan sebab Bayu masih punya cicilan yang lain. "Memangnya kenapa, Mbak Riska marah, heran!" Arumi mengabaikan dan masih santai menata ra

  • Aku istrimu, Mas!   Bab 8

    "Bay kenapa kamu sekarang berubah, Mbak curiga kamu otak kamu sudah di cuci sama Arumi kampungan itu. Lagian kalau di pikir-pikir kamu kenapa masih saja mau bertahan dengan dia, punya anak juga nggak?" ucap Riska di ruang tamu di rumah ibuk Ratna. "Iya Mas, tadi Mbak Riska bilang Mbak Arumi tidak mau berbagi makan lagi memang kenapa?" begitu suara Susan, ternyata soal sarapan tadi masih yang tidak Arumi bagi menjadi masalah hingga sampai malam harinya di obrolkan. "Bukannya tidak mau San, tapi memang Mbak mu tadi pagi nggak masak kan kalau hari senin dan kamis Mbak mua puasa," tutur Bayu menjelaskan. "Alah itu alasan saja Ben, bilang saja kalau sekarang istrimu itu mulai perhitungan. Dengar ya Ben, Arumi itu hanya istri bukan keluarga inti kita. Aku dan Susan adalah saudara kandung mu jadi masih lebih berhakan kita menikmati hasil jerih payahmu itu, bukan dia!" sungut Riska yang ternyata masih nyimpan dendam tidak terima karena gara-gara Arumi tidak mau kasih sarapan suaminya tad

  • Aku istrimu, Mas!   Bab 7

    "Kamu kenapa Mbak, kok wajahnya kecut begitu apa tidak dapat jatah semalam dari Mas Erik?" tegur Susan waktu pas-pasan di depan rumah, Susan hendak beli rokok Beli sedang Riska merenggut karena tidak dapat apa gang di cari di rumah Arumi. "Mbak itu lagi kessal sama itu kucel! masak Mbak cuma mintak nasi buat sarapan pagi saja bilangnya nggak masak dan sok lagi, pura-pura sibuk mau berangkat pagi kayak orang pentung saja padahal kan dia cuma guru honorer paling gajinya cuma habis buat beli bensin itupun tidak bakal cukup cuma buang waktu saja dan menghabiskan uanga Bayu," sungut Riska pada adiknya cerita panjang lebar dengan nada tak terima di perlakuan remeh oleh Arumi. "Masak sih Mbak? Mbak Arum begitu, biasanya Mbak Riska selama ini santai saja mau ambil makanan di rumah Mbak Arum dan setahu ku sih pagi-pagi Mbak Arum sudah masak." "Tapi buktinya nggak ada nuh," kessal Riska lalu menghentakkan kakinya berbaik meninggalkan Susan sang adik begitu saja. Susan yang merasa di ting

  • Aku istrimu, Mas!   Bab 6

    Keesokan paginya Arum sudah siap untuk berangkat ke sekolah dan Bayu juga berangkat ke kantor. Namun baru saja Arum memakai kaos kaki di luar suara Riska memanggil setengah berteriak."Arum, Bayu! Buka pintunya saya mau mintak nasi dan lauk," katanya dari luar. "Mas, itu Mbak Riska, tolong kamu yang layani aku mau berangkat." "Tapi Rum, aku juga mau berangkat." "Ya terserah Maslah, pokoknya aku mau berangkat. Lagian aku heran sama Mbak Riska sudah tahu ini pagi bukannya masak sendiri malah mintak ke orang lain." "Mbak, mau apa? Kita mau berangkat kerja," ucap Arum dengan wajah malasnya namun masih sedikt bersahabat. "Saya mau mintak sarapan anak saya laper dan Mas Riko mau berangkat ke kantor." "Lah, kenapa mintak kesini Mbak. Memangnya Mbak masaknya di dapur sini?" "Eh, Rum. Kamu jangan kurang ajar ya, saya mintak baik-baik kamu malah nyolot adik ipar durhaka kamu memang ya." "Terserah Mbak, tapi maaf pagi ini aku tidak masak karena aku puasa sedang Mas Bayu hanya sarapan

  • Aku istrimu, Mas!   Bab 5

    Pesta pernikahan Susan berlangsung meriah, tawa dan canda menggema di seantero rumah. Para tamu asyik berbincang di sekitar makanan melimpah, dan Susan sendiri tampak anggun di balik gaun pengantinnya yang berkilau. Namun, di tengah semua keriuhan itu, Arum merasa semakin tidak nyaman, seolah setiap langkahnya hanya membawa tatapan sinis dan cibiran dari keluarga suaminya.Arum meneguk segelas air putih sambil melirik Bayu yang sibuk berbincang dengan tamu-tamu dari keluarga besar. Bayu tersenyum lebar, tetapi Arum tahu di balik senyum itu, suaminya sedang menahan beban.“Mas,” bisik Arum pelan ke telinga Bayu. “Apakah kamu tidak merasa mereka melihatku aneh?”Bayu menggeleng. “Tidak, Arum. Mereka hanya tidak terbiasa.”“Tapi aku merasa seperti bahan tertawaan,” kata Arum, suara nyaris bergetar. “Buat apa aku bertahan di sini?”Tanpa banyak bicara, Arum mengambil tasnya dan beranjak keluar rumah. Langkahnya cepat, seolah ingin segera meninggalkan semua cemoohan yang terus menghantamn

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status