Share

Bab 26 Hutang yang Menumpuk

last update Huling Na-update: 2025-07-30 12:47:21
“Aaargh!” teriak bu Tami.

Wanita tua itu sangat stress memikirkan permasalahan ini. Dari ruangan lain, suara derap langkah kaki terdengar beriringan mendekat.

“Ada apa, Bu?” tanya Dirga, ia begitu khawatir mendengar teriakkan ibunya.

Ferdi, Debi dan anak-anak pun berkumpul melihat keadaan bu Tami yang tampak kacau.

Bu Tami menangis, ia menangkup wajahnya dengan kedua tangan. Lantas ia mengangkat wajahnya menatap sayu ke arah Dirga.

“Pria tua yang barusan ke sini, dia adalah pak Suryoto. Dia menyuruh kita beres-beres dan pergi dari rumah ini dalam waktu satu minggu. Ibu menggadaikan sertifikat rumah ini sama dia. Salahnya Ibu malah menyepakati waktu yang sangat singkat untuk melunasi hutang. Tapi ternyata semua di luar ekspektasi kita. Pernikahan kamu dan Vina batal. Sekarang hanya tersisa hutang yang menumpuk. Kita sudah tidak punya apa-apa lagi,” jawab bu Tami.

Semua orang tampak lemas mendengar penuturan bu Tami.

“Ini semua gara-gara Ibu, kenapa Ibu selalu bertindak geg
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 43 Kecelakaan

    Asri begitu menikmati gerakan demi gerakan di setiap sentuhan itu. Terasa nyaman dan menenangkan. Hingga ia tersadar dari mimpinya. Namun, pijatan itu ternyata masih bisa ia rasakan.“Apa yang sedang kamu lakukan, Mas?”Asri terkejut saat membuka mata, dan mendapati Dirga ada di hadapannya. Tangan lebarnya menyentuh kaki Asri.“Jangan bergerak, aku hanya ingin memijat kaki kamu saja. Aku lihat tadi kamu berjalan sambil beberapa kali meringis dan menyentuh kaki kamu.”Dirga menekan kecil sambil memaju mundurkan tangannya. Ingin menolak akan tetapi Asri begitu menikmati. Rasa rileks ia rasakan membuat Asri merasa nyaman.Beberapa kali mulutnya hendak menolak apa yang dilakukan Dirga. Namun, hati bertolak belakang. Hingga akhirnya Asri memilih diam dengan posisi bersandar.Pijatan yang dilakukan Dirga membuatnya tidak berdaya untuk mencegahnya.“Sudah merasa enakan?” tanya Dirga, suaranya halus seperti saat mereka pertama pacaran.“Sudah cukup, Mas. Aku mau lanjut tidur,” jawab Asri.Dir

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 42 Nyaris Dibunuh

    “Sialan, kamu sudah berani mengatur hidupku? Beraninya kamu kurang ajar padaku dan anakku!”Ferdi mempererat cengkraman kedua tangannya di leher Asri. Membuat wanita itu kesulitan untuk bernapas.Asri berusaha melepaskan diri. Namun, tenaganya tidak cukup kuat untuk melawan.Dirga melihat apa yang dilakukan Ferdi. Sontak membuatnya berlari lantas mendekati Ferdi.Bug!Tanpa diduga, Dirga memukul Ferdi hingga tersungkur ke lantai. Asri terbatuk, mengatur napas yang sempat tersendat-sendat.“Apa yang kamu lakukan pada istriku?!” bentak Dirga. Lalu melayangkan kembali pukulan kepada Ferdi.Suara gaduh itu terdengar sampai ke dalam rumah. Bu Tami dan Debi berlari terbirit-birit keluar, mencari tahu apa yang terjadi. Kini tangan Debi telah dibungkus oleh kain perban.“Ya Tuhan, Dirga! Apa yang kamu lakukan sama kakakmu?” Bu Tami terkejut dengan apa yang dilihatnya.Bu Tami berusaha melerai Dirga dan Ferdi.“Kamu kenapa memukul Mas Ferdi? Apa kesalahan dia sama kamu?” tanya Debi.Dirga yang

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 41 Membalaskan

    “Aaargh!”Di dalam kamar mandi, terdengar suara teriakkan kesakitan. Suara itu berulang-ulang hingga beberapa kali.“Sakit, kenapa sulit sekali dilepas? Kalau sampai Asri tahu, bisa kacau urusannya,” gumam Debi.Dengan menggunakan sabun sebagai pelumas, Debi membuka paksa cincin yang tersemat di jari manisnya.“Kenapa, Mbak?” Asri tiba-tiba muncul di belakang Debi. Membuat wanita itu kesal karena kecerobohannya sendiri. Debi lupa menutup pintu kamar mandi.Dengan cepat Debi membalikkan badan menghadap Asri dan menyembunyikan tangannya ke belakang tubuh.“Kamu kenapa main masuk?” tanya Debi.Asri mengernyitkan keningnya, menatap heran ke arah wajah Debi yang terlihat panik.“Coba ulangi lagi pertanyaannya,” pinta Asri.Seketika Debi merasa gugup, bisa-bisanya ia bertanya seperti itu kepada Asri.“Ah, em … maaf aku lupa kalau rumah ini rumah kamu,” sahut Debi.Asri masih bergeming di tempat. Belum berniat berpindah dari tempatnya berdiri.“Kamu belum jawab pertanyaanku, Mbak. Kenapa ka

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 40 Sulit Dilepas

    “Wih … bagus-bagus juga ternyata. Kalau dilihat-lihat, cantik juga kalau aku yang pakai,” gumam Debi.Debi berdiri di dalam cermin. Menatap takjub perhiasan yang terlihat mewah itu. Gelang, cincin, anting, hingga kalung, tidak ada satu pun terlewat yang ia pakai.“Asri, dapat uang dari mana kamu sebenarnya, sampai kamu bisa memiliki segalanya. Apakah dari selingkuhan kamu? Atau justru kamu mencuri?”Debi berputar-putar di depan cermin, tak hentinya ia memuji diri sendiri dengan perhiasan yang melekat di tubuhnya.“Sedang apa kamu di kamar ini?”Debi mematung, terbelalak di depan cermin. Jantungnya seakan berhenti berdetak untuk waktu beberapa detik.Debi membalikan tubuhnya menghadap ambang pintu. Namun, seketika ia merasa lega, saat mendapati ibu mertuanya berdiri di sana.“Ibu ngagetin saja, aku hampir saja jantungan mendengar suara Ibu. Aku kira Asri,” ujar Debi.Beberapa kali Debi mengusap dadanya. Mata bu Tami pun terpaku pada leher, lengan, jari serta kedua telinga Debi.“Apa ya

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 39 Perhatian

    Asri menghembuskan napas kasar. Ia telah berada di ruangan kerjanya. Bersandar pada kursi kerja, dengan pikiran melayang entah ke mana. Pikirannya berkecamuk, hatinya kini terasa tidak menentu.“Ya Tuhan … apakah keputusanku sudah benar, menerima mereka kembali?”Asri menegakkan posisi duduknya, membuka laptop menyusun laporan pembukuan pemasukan dan pengeluaran toko untuk bulan ini.Asri mencoba fokus pada pekerjaannya, akan tetapi tetap saja pikirannya tidak baik-baik saja. Seakan ada sesuatu yang menghimpit dadanya.“Sebaiknya aku istirahat saja dulu di sini. Dipaksakan kerja juga pasti tidak akan bisa fokus,” gumam Asri, ia pun menutup laptopnya.Asri menyandarkan punggungnya di kursi. Berputar-putar dengan pandangan menatap ke atas.Cukup lama Asri melakukan hal itu. Akhirnya Asri tertidur di atas kursi kerjanya.Siang hari di kediaman Asri, Debi baru saja selesai membereskan rumah. Peluh yang bercucuran, hingga bau dapur pun tercium dari tubuhnya.“Sedang buat apa, Bu?” tanya De

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 38 Tutup Panci

    Seketika di rumah Asri ramai oleh suara gaduh yang tak berkesudahan. Bukan hanya satu, Asri melempar banyak tutup panci ke lantai.Penghuni kamar berhamburan dengan panik. Lantas berlarian mencari sumber suara yang terdengar memekakkan telinga tersebut.“Suara apa ini? Kenapa berisik sekali?” Bu Tami keluar, serta Debi dan Ferdi pun keluar dari kamar mereka.“Asri, ada apa denganmu? Kenapa kamu melempar tutup panci? Ini masih pagi!” Dirga menegur Asri.Asri menghentikan aksinya, lalu menoleh ke arah lelaki yang masih berstatus sebagai suami itu.“Kenapa, Mas? Mau marah?” tanya Asri.Dirga melepaskan kedua tangannya dari telinga, setelah Asri menghentikan aksi lempar melemparnya.“Bukan begitu, tapi apa yang kamu lakukan itu sangat berisik. Bagaimana kalau sampai tetangga dengar dan mereka berdatangan ke sini?” jawab Dirga.Asri tidak peduli, sepagi itu ia harus dihadapkan dengan kelakuan seenaknya dari keluarga Dirga.“Suara apa ini? Ini masih malam, kenapa berisik sekali?” Debi, bu T

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status