Share

03 || Wanita Kuat

Hari ke hari Allea semakin menginginkan sosok Kenan menjadi ayahnya. Karena merasa tidak terlalu digubris oleh ibunya, ia pun bergegas meminta langsung pada Kenan. Kebetulan setiap hari Sabtu Kenan memang selalu ke sekolah Allea karena libur di kantor.

"Uncle!" Allea berlari dari gerbang sekolah dan langsung disambut kedua tangan kekar yang melebar untuk segera menggendong dirinya.

"Hap! Udah selesai sekolahnya?" tanya Kenan saat Allea sudah ada dalam gendongannya.

"Udah, dong. Uncle sibuk, tak?" tanya bibir mungil Allea.

"Tidak. Memangnya kenapa?"

"Lea mau ngomong sesuatu tapi enggak di sini. Lea juga udah bilang ke Bi Inah enggak usah jemput."

"Baiklah, let's go, Lea!" Kenan berjalan menuju mobil hitam yang ia parkir di samping gerbang sekolah.

Di dalam mobil Kenan memperhatikan Allea yang biasanya ceria tiba-tiba saja terdiam bahkan terkesan kaku. Hal ini tidak biasanya terjadi, bocah kecil itu seolah sedang memendam satu rahasia yang entah itu apa.

Hingga akhirnya mobil sudah terparkir di rumah makan ayam kremes kesukaan Allea.

"Ayok, turun!" ajak Kenan ketika pintu mobil telah terbuka.

Kenan begitu senang saat bersama Allea, terlebih saat mengetahui kalau ibu dari gadis cantik itu merupakan cinta pertama yang meninggalkannya begitu saja saat ia harus menjalani pendidikan kuliahnya di luar negeri. Nayla menghilang tanpa kabar dan Kenan tidak bisa menemukannya karena harus menempuh pendidikannya.

Bertahun-tahun Kenan betah menyendiri meski beberapa kali juga sang ibu mengenalkannya pada banyak wanita, tetapi belum ada satu orang pun yang mampu memikat hatinya. Hingga akhirnya ia kembali menemukan pujaan hatinya meski saat ini telah mempunyai seorang anak.

"Lea?" Kenan memanggil saat gadis kecil itu sedang menikmati gigitan paha ayam.

"Hem?"

"Boleh Uncle tanyakan sesuatu?"

"Boleh."

Kenan pun mulai bertanya siapa ayah dari Allea dan pekerjaan ibunya. Namun, Allea hanya memberikan jawaban yang bagi Kenan tidaklah dapat dipahami.

"Mommy selalu berangkat malam dan pagi hari Mommy seringnya masih tidur hingga sore. Makanya Lea sering menghabiskan waktu sama Bi Inah. Lea seperti enggak punya ibu, bahkan ayah pun tidak tau." Gadis kecil itu mulai berkaca-kaca. Materi memang lah tidak kekurangan, tetapi kasih sayang tentu saja kurang karena pertemuan antara ibu dan anak itu cukup singkat.

Kenan merasa bersalah telah bertanya seperti itu. Ia mendekati Allea kemudian mendekapnya erat hingga gadis kecil itu terlihat nyaman berada dalam dekapan kekar Kenan.

"Apakah Uncle mau jadi Daddy aku?" Tiba-tiba pertanyaan itu meluncur dari bibir mungil Allea.

"What?" Kenan membulatkan mata, ia terlihat syok dengan pertanyaan Allea. Meski tidak ia ungkiri kalau hatinya begitu bahagia.

"Iya Uncle jadi Papa aku, Daddy aku. Mau, kan?" Binar mata Allea begitu terlihat berharap.

***

Waktu terus berputar dan Nayla masih sibuk dengan pekerjaannya. Seperti malam-malam lalu, di rumah ia berpakaian normal-normal saja, bahkan cenderung rapi dan sopan. Ia juga membawa tas cukup besar yang ia isi baju seksi untuk di tempat kerja.

"Bi, Lea udah tidur?" tanya Nayla pada pengasuhnya.

"Udah, Non. Nona mau berangkat sekarang?" tanya pembantunya.

"Iya, tolong jaga baik-baik putri saya, ya, Bi. Aku percaya sama Bi Inah," ucap Nayla yang tidak mau dipanggil nyonya oleh pembantunya. Ia pun gegas ke kamar Allea hanya untuk mengusap rambut dan mengecup kening putrinya.

Meski berat hati Nayla berangkat ke tempat karaoke di mana ia mendapatkan nafkah untuk menghidupi keluarga kecilnya. Ia begitu kuat memikul beban hidup yang tidak semua wanita akan kuat berada di posisinya yang seorang singel paret dan bekerja di bar yang terkenal dengan kehidupan malamnya.

Ia tidak peduli dengan semua ocehan miring dari para tetangganya. Yang ia tahu hanya mencari uang untuk bertahan hidup dan membahagiakan putri kecilnya dengan materi yang ia miliki. Bahkan rasa sakit hati atas berbagai gosip tetangga tidak pernah ia hiraukan. Nayla tidak akan marah selama tidak mengusik sang buah hati.

Hingga akhirnya ia sampai di bar Madam Sahara. Di sana ia bergegas mengganti baju dan bersiap untuk pekerjaannya.

"Nay, siap-siap. Ada klien baru. Sepertinya dia orang kaya," ucap Olivia sambil menyesap rokoknya.

Nayla tersenyum kecut.

"Siapa? Paling yang biasanya. Dia pelit, kasih tips hanya sedikit. Tapi, daripada tidak sama sekali," keluh Nayla sambil membereskan riasan make-upnya.

Olivia dan Nayla gegas ke ruangan masing-masing di mana mereka sudah mendapatkan klien masing-masing.

Nayla menghela napas saat melihat laki-laki paruh baya yang sudah duduk di sofa dengan senyum nakal. Dalam hatinya Nayla mengeluh karena kliennya hanya satu orang saja yang pasti ia akan sedikit mendapatkan uang tips malam ini. Meski begitu ia tetap menyambut kliennya dengan ramah.

"Malam, Pak." Nayla menyapa dengan seulas senyum.

"Malam cantik."

"Ke sini sendirian, Pak?"

"Iya. Jangan panggil Bapak, berasa tua sekali saya. Panggil saya Om," pinta laki-laki tersebut.

Nayla tersenyum kecut. Sesungguhnya ia merasa tidak nyaman kalau di dalam ruangan hanya ada mereka berdua. Namun, harus bagaimana? Ini sudah menjadi pekerjaannya dalam mencari nafkah.

Obrolan kecil pun terjadi. Ternyata laki-laki paruh baya itu baru saja menginjakkan kaki di Indonesia. Awalnya ia memiliki bisnis di negara tetangga dan terpaksa harus meneruskan pekerjaannya di Indonesia.

Pakaian yang terlihat bossy dan parfum beraroma lain di hidung Nayla membuat wanita beranak satu itu meyakini kalau kliennya bukanlah orang sembarangan dan pasti orang kaya. Hingga akhirnya mereka berdua bernyanyi bersama-sama dengan sesekali laki-laki itu merangkul pinggang seksi Nayla.

Nayla menangkap ekspresi laki-laki itu sepertinya tertarik padanya. Obrolan pun semakin dalam hingga berujung perkenalan dan pertukaran identitas.

"Esok saya akan kembali dan saya ingin ditemani oleh kamu, Nay," ucap laki-laki bernama Prayoga atau lebih sering dipanggil dengan sebutan Mas Yoga.

"Baik, Mas. Hati-hati, ya?" ucap Nayla yang mengikutinya hingga ke depan mobil warna silver yang terlihat mewah.

"Oke! Jam kerja kamu sudah selesai, kan? Bagaimana kalau kamu Mas antar pulang?" tanya Prayoga.

"Sepertinya next time, Mas. Kita juga baru kenal," jawab Nayla dengan seulas senyum di pintu mobil Prayoga.

"Baiklah. Ini tips kamu yang sudah begitu baik menyambut kedatangan saya. Saya begitu puas bisa ditemani wanita baik dan cantik sepertimu." Prayoga memberikan amplop cokelat di tangan Nayla.

"I––ini apa, Mas?" Suara Nayla gelagapan kala melihat amplop cukup tebal di tangannya.

"Tips kamu. Masih kurang?" tanya Prayoga yang seolah menantang.

"Tidak, tidak, Mas. Terima kasih," ucap Nayla yang sesungguhnya masih belum percaya dengan rezeki yang ia dapatkan malam ini.

Nayla masih mematung meski mobil Prayoga sudah menghilang dari pandangannya. Matanya kini terfokus pada amplop di tangannya yang bergetar. Perlahan ia membuka amplop tersebut dan mengintip segepok uang berwarna merah di dalamnya.

"Sini uangmu!" Seseorang dari belakang merampas amplop itu dari tangan Nayla.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status