Share

02 || Lea Sakit

Sepanjang perjalanan tiga orang yang berada dalam mobil membisu. Allea yang biasanya ceria tiba-tiba hening ketika melihat wajah ibunya merah padam siang ini. Hingga akhirnya mobil terparkir di depan kontrakan rumah kecil yang saat ini menjadi hunian Nayla bersama putrinya.

"Allea, ayok, turun!" ucap Nayla saat ia membuka pintu belakang mobil.

Baru kali ini sikap Nayla sedingin dan segalak itu pada Allea, hingga bocah kecil berusia lima tahun itu hanya menurut tanpa ada bantahan sedikitpun. Ia begitu takut melihat sosok Nayla yang lembut seketika berubah bak monster.

"Tunggu!" ucap laki-laki bernama Kenan. "Jangan kasari Lea."

Nayla tersenyum sarkas ketika menatap wajah Kenan yang berusia dua tahun lebih tua darinya.

"Ini anakku, segalanya aku yang berhak tentukan!" ucap Nayla kemudian menarik tangan kecil yang kini sudah ia genggam. "Ayok masuk, Lea!"

Sambil menarik tangan Allea, Nayla berjalan kencang membuat putri kecilnya berjalan terseok-seok. Beberapa kali sepasang mata bening itu menatap ke arah Kenan. Namun tidak ada yang dapat ia lakukan.

Bruk!

Pintu dibanting Nayla saat dirinya dan Allea sudah berada dalam kamar.

Gadis itu tampak ketakutan melihat amarah ibunya saat ini. Ia hanya mampu menahan tangis meski sesungguhnya ingin sekali menangis.

"Kubur dalam-dalam impianmu untuk memiliki Ayah kalau Uncle tadi yang kamu mau, Lea!" bentak Nayla saat melihat putri kecilnya yang duduk di tepi ranjang.

"Tapi kenapa, Mom? Uncle Kenan baik sama Lea. Uncle Ken selalu ada buat Lea ketika ada temen kelas yang ledekin Lea gak punya daddy."

"Tunggu! Sejak kapan Lea mengenal Uncle tadi?" tanya Nayla heran karena putrinya tidak pernah membahas tentang hal ini. Ia hanya meminta Nayla menikah agar dirinya mempunyai ayah dan tidak lagi mendapatkan perundungan dari teman-temannya.

"Sejak Lea masuk sekolah," jawab Allea.

Nayla menghela napas dalam, lalu mengembuskannya perlahan.

"Mom, mau, ya, nikah sama Uncle Ken?" rengek Allea pada Nayla. "Lea jamin Uncle Ken baik, ganteng lagi," sambung Allea yang berulang kali mencoba membujuk ibunya.

"No!"

"Tapi kenapa, Mom? Kenapa selalu jawab no? Padahal Mommy belum kenal sama Uncle Ken." Allea sedikit merajuk, tetapi tidak seperti biasanya yang dilakukan oleh Nayla. Kali ini ia benar-benar marah dan meninggalkan Allea di dalam kamar sendirian. "Mommy kenapa jadi begini?" gumam Allea saat Nayla sudah mengurungnya dalam kamar.

***

Sudah tiga hari Allea enggan makan, hanya sedikit saja makanan yang dapat masuk ke dalam perutnya setelah aksi protesnya pada Nayla untuk menerima Kenan menjadi ayahnya.

Nayla yang keras hati akhirnya luluh untuk mengabulkan permintaan putrinya karena ia sakit. Seluruh tubuhnya panas meski sudah diberikan obat penurun panas. Sifat kerasnya sama seperti sang ibu, ia tidak mau diajak ke rumah sakit malah menginginkan bertemu dengan Kenan.

Lagi-lagi demi sang anak, Nayla harus mengalah meski harus menurunkan egonya untuk menemui atau sekadar menghubungi Kenan. Ia mengingat Kenan memberikan kartu namanya sebelum ia pergi saat ia mengantar Nayla dan Allea.

"Duh ... di mana lagi kartu nama itu?" gumam Nayla yang sedang mengubek-ubek tas selempang kecil yang ia kenakan waktu itu.

"Oh ... astaga! Sepertinya aku masukin di saku jaket!" ucapnya kemudian bangkit dari tepi ranjang dan mengambil jaket yang ia gantung di belakang pintu kamar.

Bibir tipisnya tersenyum kala menemukan kertas kecil berwarna hitam dan bertintakan gold menuliskan data diri dari laki-laki bernama Kenan Devanka. Semuanya lengkap tertulis di kartu itu. Baik nama lengkap, nomor ponsel, alamat email, medsos serta alamat rumahnya.

"Baiknya aku chat dulu saja, lah. Tidak mungkin aku tiba-tiba harus menemui dia. Lagian, belum tentu mau juga dia ke sini hanya untuk Allea," gumam Nayla sambil mengetikkan pesan singkat di ponselnya.

[Selamat siang. Maaf kalo chat saya menganggu Anda. Apakah Anda bisa ke rumah saya? Allea panas dan ingin bertemu Anda.] Isi pesan yang ditulis dan dikirim pada Kenan dari Nayla.

Lima, sepuluh, lima belas menit berlalu tidak ada balasan dari Kenan yang membuat Nayla kesal dan menggerutu.

Akhirnya Nayla memutuskan untuk membawa paksa putrinya ke rumah sakit. Ia tidak peduli andai putrinya tidak mau bahkan hingga menangis sekalipun, ia akan tetap membawa Allea ke rumah sakit.

"Lea, sekarang ke rumah sakit, ya, Nak?" ucap Nayla pada putrinya.

"Enggak! Lea baik-baik aja, kok, Mom. Lea hanya ingin bertemu Uncle Ken," ucap Allea yang masih berkeras hati meski bibirnya sudah memucat.

"Kalau kamu enggak mau dibawa ke rumah sakit, tolong makan, ya? Kalau makan aja susah, gimana Lea bisa sembuh? Please, tolong Mommy. Jangan bikin Mommy serba salah dan menjadi tidak bisa kerja karena kepikiran Lea. Makan, ya?" Nayla masih sabar membujuk sambil menyodorkan sendok kecil berisi bubur dan suwiran daging ayam yang ia ambil di atas nakas.

Allea menggeleng.

"Ya sudah, kalau begitu Mommy bawa kamu ke rumah sakit sekarang!" paksa Nayla sambil menggendong tubuh Allea.

Allea memberontak, ia tidak mau digendong oleh ibunya. Kaki kecil dan tangannya terus menerus menendang dan memukul Nayla yang membuatnya merasa sedih.

'Mommy hanya tidak ingin kamu sakit, Sayang. Maafin Mommy ....' Dalam hati Nayla berucap bersama bulir air bening yang menetes dari sudut mata kanannya.

"Mommy, lepasin. Lepasin, Mmy." Allea menangis dan membuat hati Nayla semakin sedih.

Meski susah payah, Nayla tetap menggendong putrinya yang terus memberontak. Suhu tubuh Allea semakin panas dan percayalah hati Nayla begitu sedih saat melihat anaknya sakit seperti ini. Seorang ibu rela dibenci anaknya asalkan putri kecilnya kembali sehat.

"Lea?" Suara bariton membuat tangan kanan Nayla yang sedang mengunci pintu kontrakan terhenti.

"Uncle Kenan?" gumam Allea.

Nayla memutar tubuhnya. Mata sembab itu kini membuat saat melihat Kenan sudah berada di hadapannya dengan membawa plastik entah isinya apa.

"Kalian mau ke mana?" tanya Kenan.

"Aku mau ajak Lea ke rumah sakit karena aku pikir kamu tidak bisa datang," ucap Nayla pelan.

Kenan tersenyum.

"Yuk, ikut Uncle." Kenan membuka lebar kedua tangannya agar Allea berpindah gendongan padanya.

Tentu saja gadis kecil itu mau. Seketika wajahnya juga semringah ketika sudah berada dalam gendongan Kenan. Tanpa ragu dan malu, Kenan memasuki kontrakan Nayla. Sedangkan Nayla hanya melongo saat ekspresi putrinya yang tiba-tiba ceria.

Ternyata Kenan membawakan nasi dan ayam kremes. Ia menyuapi Allea dan gadis itu makan tanpa sungkan dari tangan Kenan. Lagi-lagi Nayla hanya bisa menatap kebersamaan mereka yang semakin akrab saja. Perlahan, wajah putri kecilnya itu kembali ceria tanpa pucat di bibinya.

"Nah ... sekarang minum obat dulu, ya?" ucap Kenan saat Allea telah menghabiskan nasi dan ayam kremesnya.

Allea pun menurut, ia pun tidur setelah minum obat penurun panas di pelukan Kenan. Sungguh gadis kecil itu begitu patuh pada sosok Kenan yang memang terlihat menyayanginya. Apakah hati Nayla akan luluh pada Kenan nantinya?

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Purple_Pen
Nayla kaga luluh gue yang luluh nanti om Ken...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status