Share

02 || Lea Sakit

Penulis: Kwan Saga
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-18 22:53:21

Sepanjang perjalanan tiga orang yang berada dalam mobil membisu. Allea yang biasanya ceria tiba-tiba hening ketika melihat wajah ibunya merah padam siang ini. Hingga akhirnya mobil terparkir di depan kontrakan rumah kecil yang saat ini menjadi hunian Nayla bersama putrinya.

"Allea, ayok, turun!" ucap Nayla saat ia membuka pintu belakang mobil.

Baru kali ini sikap Nayla sedingin dan segalak itu pada Allea, hingga bocah kecil berusia lima tahun itu hanya menurut tanpa ada bantahan sedikitpun. Ia begitu takut melihat sosok Nayla yang lembut seketika berubah bak monster.

"Tunggu!" ucap laki-laki bernama Kenan. "Jangan kasari Lea."

Nayla tersenyum sarkas ketika menatap wajah Kenan yang berusia dua tahun lebih tua darinya.

"Ini anakku, segalanya aku yang berhak tentukan!" ucap Nayla kemudian menarik tangan kecil yang kini sudah ia genggam. "Ayok masuk, Lea!"

Sambil menarik tangan Allea, Nayla berjalan kencang membuat putri kecilnya berjalan terseok-seok. Beberapa kali sepasang mata bening itu menatap ke arah Kenan. Namun tidak ada yang dapat ia lakukan.

Bruk!

Pintu dibanting Nayla saat dirinya dan Allea sudah berada dalam kamar.

Gadis itu tampak ketakutan melihat amarah ibunya saat ini. Ia hanya mampu menahan tangis meski sesungguhnya ingin sekali menangis.

"Kubur dalam-dalam impianmu untuk memiliki Ayah kalau Uncle tadi yang kamu mau, Lea!" bentak Nayla saat melihat putri kecilnya yang duduk di tepi ranjang.

"Tapi kenapa, Mom? Uncle Kenan baik sama Lea. Uncle Ken selalu ada buat Lea ketika ada temen kelas yang ledekin Lea gak punya daddy."

"Tunggu! Sejak kapan Lea mengenal Uncle tadi?" tanya Nayla heran karena putrinya tidak pernah membahas tentang hal ini. Ia hanya meminta Nayla menikah agar dirinya mempunyai ayah dan tidak lagi mendapatkan perundungan dari teman-temannya.

"Sejak Lea masuk sekolah," jawab Allea.

Nayla menghela napas dalam, lalu mengembuskannya perlahan.

"Mom, mau, ya, nikah sama Uncle Ken?" rengek Allea pada Nayla. "Lea jamin Uncle Ken baik, ganteng lagi," sambung Allea yang berulang kali mencoba membujuk ibunya.

"No!"

"Tapi kenapa, Mom? Kenapa selalu jawab no? Padahal Mommy belum kenal sama Uncle Ken." Allea sedikit merajuk, tetapi tidak seperti biasanya yang dilakukan oleh Nayla. Kali ini ia benar-benar marah dan meninggalkan Allea di dalam kamar sendirian. "Mommy kenapa jadi begini?" gumam Allea saat Nayla sudah mengurungnya dalam kamar.

***

Sudah tiga hari Allea enggan makan, hanya sedikit saja makanan yang dapat masuk ke dalam perutnya setelah aksi protesnya pada Nayla untuk menerima Kenan menjadi ayahnya.

Nayla yang keras hati akhirnya luluh untuk mengabulkan permintaan putrinya karena ia sakit. Seluruh tubuhnya panas meski sudah diberikan obat penurun panas. Sifat kerasnya sama seperti sang ibu, ia tidak mau diajak ke rumah sakit malah menginginkan bertemu dengan Kenan.

Lagi-lagi demi sang anak, Nayla harus mengalah meski harus menurunkan egonya untuk menemui atau sekadar menghubungi Kenan. Ia mengingat Kenan memberikan kartu namanya sebelum ia pergi saat ia mengantar Nayla dan Allea.

"Duh ... di mana lagi kartu nama itu?" gumam Nayla yang sedang mengubek-ubek tas selempang kecil yang ia kenakan waktu itu.

"Oh ... astaga! Sepertinya aku masukin di saku jaket!" ucapnya kemudian bangkit dari tepi ranjang dan mengambil jaket yang ia gantung di belakang pintu kamar.

Bibir tipisnya tersenyum kala menemukan kertas kecil berwarna hitam dan bertintakan gold menuliskan data diri dari laki-laki bernama Kenan Devanka. Semuanya lengkap tertulis di kartu itu. Baik nama lengkap, nomor ponsel, alamat email, medsos serta alamat rumahnya.

"Baiknya aku chat dulu saja, lah. Tidak mungkin aku tiba-tiba harus menemui dia. Lagian, belum tentu mau juga dia ke sini hanya untuk Allea," gumam Nayla sambil mengetikkan pesan singkat di ponselnya.

[Selamat siang. Maaf kalo chat saya menganggu Anda. Apakah Anda bisa ke rumah saya? Allea panas dan ingin bertemu Anda.] Isi pesan yang ditulis dan dikirim pada Kenan dari Nayla.

Lima, sepuluh, lima belas menit berlalu tidak ada balasan dari Kenan yang membuat Nayla kesal dan menggerutu.

Akhirnya Nayla memutuskan untuk membawa paksa putrinya ke rumah sakit. Ia tidak peduli andai putrinya tidak mau bahkan hingga menangis sekalipun, ia akan tetap membawa Allea ke rumah sakit.

"Lea, sekarang ke rumah sakit, ya, Nak?" ucap Nayla pada putrinya.

"Enggak! Lea baik-baik aja, kok, Mom. Lea hanya ingin bertemu Uncle Ken," ucap Allea yang masih berkeras hati meski bibirnya sudah memucat.

"Kalau kamu enggak mau dibawa ke rumah sakit, tolong makan, ya? Kalau makan aja susah, gimana Lea bisa sembuh? Please, tolong Mommy. Jangan bikin Mommy serba salah dan menjadi tidak bisa kerja karena kepikiran Lea. Makan, ya?" Nayla masih sabar membujuk sambil menyodorkan sendok kecil berisi bubur dan suwiran daging ayam yang ia ambil di atas nakas.

Allea menggeleng.

"Ya sudah, kalau begitu Mommy bawa kamu ke rumah sakit sekarang!" paksa Nayla sambil menggendong tubuh Allea.

Allea memberontak, ia tidak mau digendong oleh ibunya. Kaki kecil dan tangannya terus menerus menendang dan memukul Nayla yang membuatnya merasa sedih.

'Mommy hanya tidak ingin kamu sakit, Sayang. Maafin Mommy ....' Dalam hati Nayla berucap bersama bulir air bening yang menetes dari sudut mata kanannya.

"Mommy, lepasin. Lepasin, Mmy." Allea menangis dan membuat hati Nayla semakin sedih.

Meski susah payah, Nayla tetap menggendong putrinya yang terus memberontak. Suhu tubuh Allea semakin panas dan percayalah hati Nayla begitu sedih saat melihat anaknya sakit seperti ini. Seorang ibu rela dibenci anaknya asalkan putri kecilnya kembali sehat.

"Lea?" Suara bariton membuat tangan kanan Nayla yang sedang mengunci pintu kontrakan terhenti.

"Uncle Kenan?" gumam Allea.

Nayla memutar tubuhnya. Mata sembab itu kini membuat saat melihat Kenan sudah berada di hadapannya dengan membawa plastik entah isinya apa.

"Kalian mau ke mana?" tanya Kenan.

"Aku mau ajak Lea ke rumah sakit karena aku pikir kamu tidak bisa datang," ucap Nayla pelan.

Kenan tersenyum.

"Yuk, ikut Uncle." Kenan membuka lebar kedua tangannya agar Allea berpindah gendongan padanya.

Tentu saja gadis kecil itu mau. Seketika wajahnya juga semringah ketika sudah berada dalam gendongan Kenan. Tanpa ragu dan malu, Kenan memasuki kontrakan Nayla. Sedangkan Nayla hanya melongo saat ekspresi putrinya yang tiba-tiba ceria.

Ternyata Kenan membawakan nasi dan ayam kremes. Ia menyuapi Allea dan gadis itu makan tanpa sungkan dari tangan Kenan. Lagi-lagi Nayla hanya bisa menatap kebersamaan mereka yang semakin akrab saja. Perlahan, wajah putri kecilnya itu kembali ceria tanpa pucat di bibinya.

"Nah ... sekarang minum obat dulu, ya?" ucap Kenan saat Allea telah menghabiskan nasi dan ayam kremesnya.

Allea pun menurut, ia pun tidur setelah minum obat penurun panas di pelukan Kenan. Sungguh gadis kecil itu begitu patuh pada sosok Kenan yang memang terlihat menyayanginya. Apakah hati Nayla akan luluh pada Kenan nantinya?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Purple_Pen
Nayla kaga luluh gue yang luluh nanti om Ken...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Allea, Anak yang Dirahasiakan   100 || Benalu [END].

    Polisi itu kembali menceritakan bahwa yang melakukan semua itu sang sopir yang saat ini sudah dibawa ke mobil polisi di depan rumahnya tanpa perlawanan karena sudah mengakui kesalahannya. Ia diiming-imingi uang oleh Yoga saat ia benar-benar membutuhkan uang tersebut hingga akhirnya ia tergiur dan mau melakukan tindak kriminal tersebut. "Saya semakin pusing!" Kinan memegang kepalanya yang terasa begitu nyeri. "Tidak! Eko berbohong! Aku tidak pernah menyuruhnya. Ini hanya fitnah semata!" Yoga yang baru ke ruang tamu langsung membantah pernyataan kepolisian tentang sopir Kinan bernama Eko telah memfitnahnya. "Semua bisa jawab di kantor, Pak. Mari, ikut kami," pinta salah satu polisi yang dibantah Yoga. Ia tidak mau ikut bersama petugas polisi. Sempat terjadi perseteruan karena Yoga berontak, tetapi ia kalah karena ternyata petugas polisi lebih banyak di luar sana yang akhirnya masuk untuk membantu meringkus Yoga. "Sayang, percaya aku. Aku tidak mungkin melakukan ini. Tolong aku, Saya

  • Allea, Anak yang Dirahasiakan   99 || Terlibat.

    Setelah seluruh pekerja di toko kue Nayla pulang. Keadaan kembali sepi, tetapi tidak mengurangi kehangatan yang ada. Malah semakin terasa hangat dan syahdu ketika Kenan sudah sadar. "Kamu tidur, Sayang. Besok, kan, sekolah," titah Nayla pada putrinya. Allea mengangguk. Ia kembali ke sofa dan menarik selimut hangat setelah mencium pipi ibu dan ayahnya bergantian. "Ah, sepertinya kamu mau agar kita berduaan," goda Kenan pada istrinya. "Kamu juga tidur, Kak." Nayla menarik selimut Kenan. "Jangan ge'er begitu bilang ingin berduaan. Aku ingin kamu cepet sehat," lanjut Nayla dengan seulas senyuman."Kamu mau ke mana?" tanya Kenan. Ia menarik tangan istrinya saat Nayla beranjak dari tempat duduknya. "Rehat, lah. Apalagi?" "Di sini aja," ucap Kenan sambil menyibak selimut yang membalut tubuhnya. Nayla tersenyum. "Ada-ada aja, gak muat lah, apalagi badanku sudah mulai gendut." "Tapi aku rindu." "Makanya cepet sehat, biar nanti tidur seranjang lagi!" "Ya udah, ayok, pulang sekarang!"

  • Allea, Anak yang Dirahasiakan   98 || Permintaan Nayla.

    Baru saja dua hari Kinan memberikan ijin pada Rebecca untuk tetap tinggal di rumahnya, ia sudah berani memamerkan kemesraannya pada Kinan meski sepertinya Yoga terus menghindar. "Sayang, kamu kenapa, sih? Bayi kita ingin terus dekat sama kamu," ucap Rebecca manja yang membuat Kinan muak saat berada di ruang makan. Gimana bisa bergerak? Usia kehamilan segitu baru berbentuk gumpalan darah saja belum ada nyawanya!Batin Kinan berbicara kesal mendengar Rebecca manja seperti itu. Ini sudah jadi risiko Kinan yang memberikan kesempatan pada sang suami karena ia juga harus siap kalau sampai terbukti bayi itu memang merupakan darah daging Yoga. "Sus, antar aku ke kamar!" pinta Kinan kesal. "Baik, Nyonya." Suster Rani mulai menarik kursi roda sang majikan agar bisa jauh dari meja makan. "Makananmu belum habis, Sayang!" Yoga menyahut, tetapi Kinan tidak menggubris. Rebecca melihat wajah Yoga dengan sorot mata memandangnya sinis dan cukup membuatnya takut. "Sini, kamu!" sentak Yoga saat Ki

  • Allea, Anak yang Dirahasiakan   97 || Air Mata Kerinduan.

    Saat ini Yoga dan Rebecca sudah ada di dalam kamar Kinan. Keadaan hening sejenak saat Kinan menatap suami dan selingkuhannya bergantian. "Pokoknya aku menuntut tanggung jawabmu, Mas! Tidak mungkin aku pulang dengan keadaan seperti ini," ucap Rebecca. "Aku tidak ingin kehilangan istriku demi kamu!" Yoga menolak. Rebecca tersenyum getir. "Untuk apa? Bukankah istrimu saja tidak dapat memberikan kepuasan untukmu? Apalagi saat ini lumpuh, pasti semakin malas untuk melayanimu," ucap Rebecca. "Jaga mulutmu!" ucap Yoga setelah menampar pipi Rebecca. "Sebaiknya kamu pergi dari sini sekarang juga!" Yoga menunjuk pintu kamar Kinan, menyuruh Rebecca untuk meninggalkan kamar bahkan rumah mereka. "Enggak!" Rebecca bersikeras menolak. "Cukup!" Kinan menyela perdebatan mereka. Saat ini Yoga dan Rebecca yang sedang ribut beralih menatap Kinan yang duduk di ranjangnya. "Aku sudah memutuskan kalau Rebecca akan tetap di sini hingga bayinya lahir. Misalkan terbukti itu anakmu, maka kamu harus meni

  • Allea, Anak yang Dirahasiakan   96 || Rayuan Yoga.

    Sudah jam delapan malam tetapi Kinan belum juga pulang dan hal ini membuat Yoga khawatir karena ia mengetahui kalau harusnya hari ini Kinan sudah pulang dari rumah sakit. Tidak ingin ada hal buruk yang terjadi pada sang istri, ia pun langsung meluncur ke rumah sakit dengan mobilnya sendiri. Mobil berjalan di bawah langit gelap yang disertai gerimis kecil serta kilatan-kilat kecil sepertinya sebentar lagi hujan akan turun. Kini mobil telah terhenti di parkiran rumah sakit dan ia pun keluar dari mobilnya menuju kamar inap sang istri. Namun, alangkah terkejutnya ketika di dalam ruangan malah terisi orang lain. "Siapa kamu? Masuk tanpa permisi, tidak sopan!" Seorang perempuan yang terbaring di bad mencaci kesal pada Yoga. "Astaga! Maaf, Nyonya. Sepertinya saya salah kamar. Satu kali lagi, maaf, maafkan saya salah memasuki ruangan," ucap Yoga merasa tidak enak pada orang tersebut. Untung saja pasien itu tidak memperkarakan ia pada pihak rumah sakit. Yoga masih berdiri di depan pintu d

  • Allea, Anak yang Dirahasiakan   95 || Terkenang.

    "Lea? Kamu kenapa?" Bak menjelma seorang pahlawan Doni muncul di samping Allea yang sedang menangis. Allea baru sadar kalau ada Doni di sampingnya. Ia langsung mengusap air mata di pipinya. Namun, belum juga Allea menjawab Rey sudah memanggil namanya. "Lele!" Doni dan Allea kini menoleh ke belakang dan di sana ada Rey yang berlari mendekati sepasang muda-mudi yang berdiri di trotoar. "Kamu salah paham, Le." Rey mencoba menjelaskan. "Salah paham apa, sih, Kak? Kurang jelas apa lagi coba saat Kakak pegangan tangan sama dia? Lagian aku juga bukan siapa-siapa Kakak, jadi bebas kalau Kakak mau ngapain sama dia atau bahkan siapapun!"Rey tahu kalau sesungguhnya Allea sedang cemburu padanya. Namun, ia bingung menjelskan hal yang sesungguhnya apalagi di sampingnya ada laki-laki yang jelas-jelas suka padanya. "Sekali pembohong tetap akan jadi pembohong, Allea. Ngapain juga dipercaya? Mending ikut aku aja, yok!" Doni memegang tangan Allea. Allea memang masih kecil untuk memahami apa yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status