Nayla masih kesal pada Olivia yang bercanda ketika merampas amplop pemberian dari Prayoga. Meski akhirnya ia bernapas lega karena yang ada dalam pikirannya kalau itu adalah preman telah salah. Nayla benar-benar menjaga amplop itu di tasnya dengan hati-hati menuju rumah.
Nayla sampai tidak bisa tidur ketika mengetahui jumlah yang hampir tiga bulan dari gaji pokoknya. Pikiran ia yang saat itu akan mendapatkan uang kecil. Ternyata ia malah diberikan rezeki yang begitu banyak."Ya Tuhan, aku telah berburuk sangka terhadap-Mu. Maafin aku, Tuhan." Nayla berucap sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan setelah ia menggoreskan kata dalam buku diary.Sang fajar kini telah bersinar menyambut pagi. Cahaya kuning keemasannya begitu terasa menghangatkan tubuh. Hingga akhirnya ia bergegas ke dapur di mana sudah ada Inah di sana yang sedang memasak."Eh, Non Nayla udah bangun?" sapa Inah saat melihat sang majikan berjalan ke arahnya."Iya, Bi. Aku enggak bisa tidur. Masak apa pagi ini?""Non Lea minta dibikinkan sup ayam, Non. Apa Non Nayla ingin dibuatkan yang lain?" tanya Inah sambil menatap wajah sang majikan."Tidak usah, ini aja udah cukup, Bi. Oh, iya. Ini, ada sedikit rezeki buat Bibi." Nayla memberikan lima lembar uang berwarna merah pada Inah."Loh, kemarin, kan, Bibi baru aja gajian, Non. Ini uang apa lagi? Bibi enggak dipecat, kan?" tanya Inah dengan ekspresi wajah ketakutan yang membuat Nayla tersenyum."Enggaklah, Bi. Ini sedikit rezeki buat Bibi." Nayla tersenyum.Nayla melihat binar bahagia dari sepasang mata senja Inah. Sungguh sangat terlihat saat wanita paruh baya itu mengucap berulang-ulang kali syukur bahkan ada air bening yang hampir terjatuh dari kedua pelupuk matanya.***Hari Minggu telah tiba. Allea sudah menyiapkan pertemuan untuk ibunya dan juga Kenan. Tentu saja hal ini tidak lepas dari ikut campur Kenan yang tidak mungkin membiarkan gadis kecil itu menyiapkannya sendirian.Pagi-pagi buta setelah satu Minggu Allea meminta dirinya untuk menjadi sosok ayah untuknya. Kenan pun menyanggupi dan memberanikan diri mengungkapkan perasaannya meski dulu ia sempat mengutarakan pada Nayla, wanita yang begitu ia cintai.Ia berasa mendapatkan durian runtuh saat ini. Sudah menemukan kembali kekasih yang selama ini ia cari meski telah memiliki seorang anak. Bahkan, malah anak dari kekasihnya yang meminta dirinya untuk melamar ibunya. Bagaimana ia merasa tidak beruntung?"Mommy ...." Allea memanggil Nayla saat ia masih terlelap. Karena tidak bangun akhirnya gadis kecil itu menciumi pipi bahkan seluruh wajah ibunya. "Muachh ... muachh!"Tubuh Nayla mulai menggeliat kala tidur nyenyaknya ada yang menganggu. Matanya perlahan terbuka dan ia tersenyum melihat putri kecilnya yang terlihat bahagia pagi ini."Eh, Sayang. Ini udah siang, kah?" tanya Nayla dengan suara seraknya khas bangun tidur.Allea menggeleng."Lalu, kenapa kamu bangunin Mommy, Sayang?""Kita bangun, yuk, Mom? Lea punya surprise buat Mommy," pinta gadis kecilnya yang tidak mungkin Nayla bisa menolaknya.Nayla bangkit dari ranjang, ia berjalan menuju toilet hanya untuk menggosok gigi dan cuci muka saja. Setelah itu ia kembali mendekati putrinya yang masih duduk di tepi ranjang."Surprise apa, sih? Mommy jadi penasaran ini. Apakah Mommy harus mengganti baju juga?" tanya Nayla."Enggak usah, Mommy pakai baju apa aja cantik, kok. Ayok!" Allea menarik jemari lentik ibunya.Nayla berjalan mengikuti langkah kecil putrinya. Sepanjang perjalanan dari kamar menuju sudut ruangan, bibir Nayla terus mengukir senyum dengan pandangan terfokus pada langkah putrinya. Akhirnya pandangan Nayla naik saat melihat kaki besar di hadapannya."Selamat pagi, Nay," sapa Kenan yang membuat wajah Nayla bingung."Ngapain kamu di sini?" ketus Nayla yang terlihat begitu membenci Kenan."Mmy, jangan galak-galak sama Uncle Ken," ucap Allea."Jadi, yang kamu maksud surprise itu di––" Nayla menunjuk wajah Kenan.Allea mengangguk dengan seulas senyum. Ia lalu menarik tangan ibunya untuk duduk di kursi yang ada di ruang makan kecil mereka.Sepasang mata Nayla membulat saat cukup banyak makanan tersaji di hadapannya. Ada buah-buahan, roti dan selai serta yang membuat istimewa ialah nasi goreng. Ya, Nayla begitu menyukai nasi goreng. Terlebih aroma nasi goreng yang ada di hadapannya begitu ia kenal.Allea langsung mencicipi nasi goreng yang masih mengepul asap putihnya. Perlahan gadis itu meniupnya karena tidak sabar ingin mencicipi nasi goreng yang menggugah selera."Eemmm ... enak, Mmy. Mommy pasti suka!" ucap Allea penuh semangat.Kenan yang sedari tadi menatap wajah wanita cantik yang ia cintai dari dulu. Namun, keadaannya tidak seperti saat mereka masih merajut asmara. Saat ini wanitanya malah terkesan benci ketika melihat dirinya dan hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk Kenan karena ia tidak ingin kehilangan Nayla untuk kedua kalinya."Biar aku ambilkan," ucap Kenan sambil meraih piring Nayla."Tidak usah! Aku bisa sendiri," ucap Nayla yang kembali menarik piring yang sudah diambil oleh Kenan.Kenan hanya tersenyum melihat Nayla. Ia masih seperti dulu saat marah terlihat jutek dan hal ini salah satu penyebab sosoknya tidak dapat luput dari ingatan Kenan.'Oh, ayolah, kenapa rasa ini sama seperti dulu? Kamu memang pandai membuatkan nasi goreng seenak ini, Kak Ken.' Dalam hati Nayla berkata saat menyuapkan nasi goreng pada mulutnya.Suapan demi suapan menjadikan nasi goreng yang ada di piring Nayla telah raib karena berpindah ke perutnya. Bahkan sendawa kecil pun terdengar di telinga Kenan dan Allea yang membuat keduanya tersenyum."Enak, ya, Mom? Masakan siapa dulu. Daddy," ucap Allea keceplosan. "Uppsssss!" Sambung bocah kecil itu saat melihat ibunya melotot ketika melihat ke arahnya.Allea memilih untuk pergi dari ruang makan dengan alasan ingin mandi. Sedangkan di ruang makan tinggal menyisakan Nayla dan Kenan. Ruang itu terasa sunyi. Tidak ada percakapan atau aktivitas makan karena telah usai."Ada apa kamu ke sini?" tanya Nayla memecah keheningan."Ada yang hendak aku bicarakan padamu tentang masa lalu kita.""Stop! Aku tidak ingin mengungkit cerita lama yang aku anggap telah usai.""No! Kamu pergi tanpa alasan dan menghilang begitu saja. Kita belum putus, loh, Nay. Dan aku masih selalu menganggapmu kekasihku," ucap Kenan yang disambut senyum masam oleh Nayla."Kalau begitu kita putus sekarang! Selesai, kan?" ucap Nayla sambil mengangkat pantatnya dari kursi. Namun, Kenan dengan cepat meraih tangannya dan membuat Nayla kembali duduk meski dengan bibir mengerucut."Sesungguhnya apa yang terjadi sih, Nay?" Kenan masih berusaha menguak tabir hitam di masa lalu.Nayla tidak menjawab. Ia membisu dan memasang wajah jutek bahkan tidak ingin melihat wajah Kenan."Oke! Kalau kamu tidak mau bicara bahkan telah menganggap hubungan kita berakhir aku terima. Tapi––" ucap Kenan menggantung."Tapi apa?""Aku akan melamarmu secepatnya karena ini bukan hanya kemauanku saja, melainkan kemauan dari Lea, putrimu!" ucap Kenan yang membuat sepasang mata Nayla membulat."What? Kamu mau melamarku?" Nayla tersenyum sarkas dengan wajah tidak suka.Sudah sekitar satu bulan pendekatan Nayla dan Kenan terjadi atas keinginan Allea. Nayla hanya memikirkan perasaan putrinya dan menyisihkan perasaannya. Sementara Kenan merasa bahagia karena Nayla mau bertemu dengan orang tuanya nanti malam. "Pokoknya Mama mau menantu yang sempurna! Awas aja kalau tidak," sarkas ibunya Kenan. Kenan hanya tersenyum. Baginya Nayla merupakan sosok sempurna untuknya dari dulu hingga saat ini, hanya ia yang mampu mengisi relung kosong di hatinya. *Sementara di seberang sana ada Nayla yang terlihat bingung saat pekerjaannya selesai. "Bengong aja, kau!" Olivia menyenggol lengan Nayla yang ia jadikan penyanggah pipi. Ia sangat terlihat sedang memikirkan sesuatu. "Mbak Oliv." Nayla hanya menjawab sekenanya karena yang ada di otaknya memikirkan nasib yang telah ia ambil. "Ada masalah? Ceritalah," tanya Olivia yang kemudian duduk berhadapan dengan Nayla. Awalnya Nayla diam, akan tetapi hatinya semakin terasa resah untuk keputusan yang telah ia ambil. Ia k
"Sampai kapan pun, aku tidak akan menerimamu sebagai menantu, paham?!" Sepanjang perjalanan Nayla selalu mengingat kata-kata menyakitkan yang meluncur dari bibir ibunya Kenan. Tentang penolakan menjadi menantu apalagi statusnya yang telah memiliki seorang anak dianggap tidak pantas untuk putranya yang masih lajang dan juga mapan.Keadaan hening di dalam mobil ketika Kenan memacu mobilnya menuju kontrakan Nayla. Kenan memang tidak mengetahui perihal penolakan tersebut karena ibunya menolak Nayla saat Kenan sedang menerima panggilan ponsel saat itu. "Nay?" Kenan memanggil Nayla. "Kamu kenapa?" sambungnya saat Nayla terlihat diam saja."Gak pa-pa," jawab Nayla singkat. Kalau sudah seperti ini, Kenan hanya bisa diam. Hingga tidak terasa mobilnya telah sampai di depan kontrakan Nayla. "Pulanglah, sudah malam," ucap Nayla sedingin es ketika Kenan membukakan pintu mobil untuknya. Waktu menunjuk hampir ke angka sebelas dan Kenan menuruti ucapan Nayla karena tidak ingin membuatnya marah at
Ponsel berdering di saat yang tepat. Nayla mempunyai kesempatan segera pergi dari rumah untuk menghindari pertanyaan Kenan. Meski ia sadar hal ini hanya sementara karena lambat-laun Kenan pasti akan mengetahuinya. Hati Nayla merasa sedikit tenang karena putrinya sudah mulai membaik dan ia mempercayakan pada Kenan untuk menjaganya hingga akhirnya mobil taksi yang ia tumpangi sudah terparkir di pekarangan bar yang tentu saja sudah begitu ramai."Nay, kau sudah ditunggu Mas Yoga," ucap Olivia yang sedang mengambil minuman. "Dia ada di ruang biasa, samperin, gih! Sepertinya sudah tidak sabar mau ketemu kau," ledek Olivia sambil berjalan pergi. Nayla tidak menjawab, ia hanya menghela napas panjang karena pasti ada satu masalah baru lagi. Meskipun Nayla setengah hati menemui Yoga, ia tetap menjalani kewajiban kerja melayani tamunya dengan sopan dan ramah. Di sudut ruangan seorang laki-laki tersenyum saat Nayla berjalan mendekatinya. Wajah cantik alami Nayla memang tidak diragukan, ditambah
Nayla baru menyadari kalau sopir itu sedang menatap ke arahnya dengan seringai yang menyeramkan. Tidak lama, pintu taksi terbuka dan ternyata sosok Yoga lah yang ada di depan pintu mobil. "Thanks!" ucap Yoga sambil melempar amplop yang cukup tebal. Tentu saja sopir itu tersenyum dan menyebutkan kata; terima kasih pada Yoga. "Ayok, ikut aku!" Yoga menarik paksa lengan Nayla agar keluar dari mobil. Nayla menolak, tetapi sia-sia karena semakin ia berontak, pergelangan tangannya semakin sakit dan tenaganya akan melemah saat ia terus menerus berontak. Karena Nayla tidak mau keluar dari taksi itu, akhirnya Yoga memutuskan untuk menggendong tubuhnya dan setelah taksi itu pergi Nayla dimasukkan ke mobil. "Diam kamu di situ!" ucap Yoga. Yoga mengunci pintu mobilnya, ia kemudian memacu mobil dengan kecepatan tinggi. Tubuh Nayla memang diam, tetapi tidak dengan otaknya yang terus berputar mencari celah agar ia bisa kabur. Namun, sepertinya nasib baik belum berpihak padanya. Mobil memasuki h
Mie yang dipesan sudah habis dimakan oleh Allea. Bahkan anak kecil itu sudah kembali terlelap dan Nayla hanya mampu membisu di sudut kamar sambil memeluk guling setelah menidurkan putrinya. Ia memaklumi keputusan Kenan. Terlebih apa yang dikatakan ibunya dulu memang benar adanya; bagaimana mungkin putranya mendapatkan wanita yang sudah memiliki anak? Ah ... pasti akan banyak sekali perdebatan andai kata hubungan mereka berdua dipaksakan. Mungkin kata ikhlas harus ditelan bulat-bulat oleh Nayla meski ada rasa sakit yang tidak dapat ia gambarkan. Angan Nayla harus buyar ketika pintu kamar terdengar ada yang mengetuk. Dari dalam kamar, Nayla menyuruhnya untuk masuk karena pintu kamar memang tidak ia kunci. Perlahan pintu itu terbuka dan sepasang mata Nayla akhirnya membulat. "Maafin aku," ucap Kenan sambil melangkah dan mendekat pada Nayla yang sedang duduk di pojok kasur. Mendengar kata maaf dari Kenan, kedua sudut mata Nayla kembali mengeluarkan air bening yang disertai sayatan di
Hari ini, Minggu jam sepuluh pagi. Kenan mengajak Allea dan Nayla ke salah satu mall untuk melepaskan penat. Sengaja Kenan tidak mengajak liburan terlalu jauh karena esok Senin Allea akan menghadapi ujian kenaikan kelas jadi memerlukan waktu istirahat dan belajar yang cukup. Meski hanya di mall, kebahagiaan mereka tetap terjaga dan terasa. Awalnya Kenan mengajak Allea dan Nayla memilih baju dan mengambil beberapa potong pakaian untuk dibeli. Setelah dirasa cukup akhirnya Kenan mengajak Nayla dan Allea ke pusat permainan. Tentu saja Allea senang, ia begitu bahagia karena calon ayahnya begitu baik dan perhatian, mengerti apa yang diinginkan dan disukai olehnya. Nayla dan Allea masuk dalam ruangan yang lebih pantas disebut kolam yang berisi begitu banyak bola-bola kecil warna-warni di dalamnya. Canda tawa bahkan teriakan menggambarkan keceriaan Allea hari ini. Bahkan, Kenan yang berada di luar ruangan pun dapat merasakan atmosfer kebahagiaan antara ibu dan anak di dalam sana. Diam-diam
Sungguh malam itu merupakan malam yang tidak disukai oleh Kenan. Di mana ia harus menjaga Rebecca dan mengesampingkan semua pekerjaannya. Ia juga merasa kesal pada Yoga karena menurutnya sok tahu dan seolah membela keinginan ibunya. Padahal dari dulu Yoga dipandang sosok yang tidak peduli dengan Kenan. Ini hari kedua Rebecca berada di Indonesia dan malam ini ia ingin diantar jalan-jalan keliling kota karena merasa bosan berada di rumah. Kenan sampai tidak sempat memberitahu keadaan ini pada Nayla karena benar-benar disibukkan oleh Rebecca. Rebecca sudah cantik dengan mini dress warna biru membalut tubuhnya. Makeup yang cukup tebal sudah menjadi andalan sekaligus tuntutan kerja yang membawanya hingga ke kehidupan sehari-harinya. Mobil melesat tanpa arah karena Rebecca tidak menyebutkan ingin ke mana. Mereka berputar-putar melewati gedung-gedung tinggi di sepanjang jalan. "Ke mall?" tanya Kenan memecah keheningan. "Udah bosan." "Makan?" "Belum lapar." Kenan akhirnya hanya menghel
Rebecca sepertinya tahu kalau Kenan sudah memiliki kekasih, tetapi perasaannya pada Kenan sudah tak terbendung. Perempuan itu ternyata sudah menyukai Kenan sejak awal pertemuan di Singapura. Sosok Kenan yang tidak banyak bicara, tetapi terlihat hangat pada Kinan––ibunya, membuat Rebecca yakin kalau lelaki seperti itu akan benar-benar mempunyai rasa sayang yang tulus pada pasangannya. Hal itu ada pada diri Kenan hingga membuat Rebecca terobsesi ingin memilikinya. "Antar aku, yok?" ajak Rebecca kala Kenan terlihat mengaktifkan ponselnya. Perempuan itu seolah melarang Kenan untuk berkomunikasi dengan orang lain."Sebentar, aku mau menghubungi seseorang," jawab Kenan tanpa melihat pada Rebecca. "Enggak bisa, harus sekarang!" pinta Rebecca memaksa. "Tapi––" Belum juga Kenan berbicara, suara wanita memotong pembicaraannya. "Keeennn ... antar Becca dulu. Sini ponselnya!" Suara Kinan menggelegar dan tidak begitu lama ia muncul di hadapan Kenan dan meminta ponselnya. "Enggak, Ma. Gimana k