Share

04 || Surprise

Nayla masih kesal pada Olivia yang bercanda ketika merampas amplop pemberian dari Prayoga. Meski akhirnya ia bernapas lega karena yang ada dalam pikirannya kalau itu adalah preman telah salah. Nayla benar-benar menjaga amplop itu di tasnya dengan hati-hati menuju rumah.

Nayla sampai tidak bisa tidur ketika mengetahui jumlah yang hampir tiga bulan dari gaji pokoknya. Pikiran ia yang saat itu akan mendapatkan uang kecil. Ternyata ia malah diberikan rezeki yang begitu banyak.

"Ya Tuhan, aku telah berburuk sangka terhadap-Mu. Maafin aku, Tuhan." Nayla berucap sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan setelah ia menggoreskan kata dalam buku diary.

Sang fajar kini telah bersinar menyambut pagi. Cahaya kuning keemasannya begitu terasa menghangatkan tubuh. Hingga akhirnya ia bergegas ke dapur di mana sudah ada Inah di sana yang sedang memasak.

"Eh, Non Nayla udah bangun?" sapa Inah saat melihat sang majikan berjalan ke arahnya.

"Iya, Bi. Aku enggak bisa tidur. Masak apa pagi ini?"

"Non Lea minta dibikinkan sup ayam, Non. Apa Non Nayla ingin dibuatkan yang lain?" tanya Inah sambil menatap wajah sang majikan.

"Tidak usah, ini aja udah cukup, Bi. Oh, iya. Ini, ada sedikit rezeki buat Bibi." Nayla memberikan lima lembar uang berwarna merah pada Inah.

"Loh, kemarin, kan, Bibi baru aja gajian, Non. Ini uang apa lagi? Bibi enggak dipecat, kan?" tanya Inah dengan ekspresi wajah ketakutan yang membuat Nayla tersenyum.

"Enggaklah, Bi. Ini sedikit rezeki buat Bibi." Nayla tersenyum.

Nayla melihat binar bahagia dari sepasang mata senja Inah. Sungguh sangat terlihat saat wanita paruh baya itu mengucap berulang-ulang kali syukur bahkan ada air bening yang hampir terjatuh dari kedua pelupuk matanya.

***

Hari Minggu telah tiba. Allea sudah menyiapkan pertemuan untuk ibunya dan juga Kenan. Tentu saja hal ini tidak lepas dari ikut campur Kenan yang tidak mungkin membiarkan gadis kecil itu menyiapkannya sendirian.

Pagi-pagi buta setelah satu Minggu Allea meminta dirinya untuk menjadi sosok ayah untuknya. Kenan pun menyanggupi dan memberanikan diri mengungkapkan perasaannya meski dulu ia sempat mengutarakan pada Nayla, wanita yang begitu ia cintai.

Ia berasa mendapatkan durian runtuh saat ini. Sudah menemukan kembali kekasih yang selama ini ia cari meski telah memiliki seorang anak. Bahkan, malah anak dari kekasihnya yang meminta dirinya untuk melamar ibunya. Bagaimana ia merasa tidak beruntung?

"Mommy ...." Allea memanggil Nayla saat ia masih terlelap. Karena tidak bangun akhirnya gadis kecil itu menciumi pipi bahkan seluruh wajah ibunya. "Muachh ... muachh!"

Tubuh Nayla mulai menggeliat kala tidur nyenyaknya ada yang menganggu. Matanya perlahan terbuka dan ia tersenyum melihat putri kecilnya yang terlihat bahagia pagi ini.

"Eh, Sayang. Ini udah siang, kah?" tanya Nayla dengan suara seraknya khas bangun tidur.

Allea menggeleng.

"Lalu, kenapa kamu bangunin Mommy, Sayang?"

"Kita bangun, yuk, Mom? Lea punya surprise buat Mommy," pinta gadis kecilnya yang tidak mungkin Nayla bisa menolaknya.

Nayla bangkit dari ranjang, ia berjalan menuju toilet hanya untuk menggosok gigi dan cuci muka saja. Setelah itu ia kembali mendekati putrinya yang masih duduk di tepi ranjang.

"Surprise apa, sih? Mommy jadi penasaran ini. Apakah Mommy harus mengganti baju juga?" tanya Nayla.

"Enggak usah, Mommy pakai baju apa aja cantik, kok. Ayok!" Allea menarik jemari lentik ibunya.

Nayla berjalan mengikuti langkah kecil putrinya. Sepanjang perjalanan dari kamar menuju sudut ruangan, bibir Nayla terus mengukir senyum dengan pandangan terfokus pada langkah putrinya. Akhirnya pandangan Nayla naik saat melihat kaki besar di hadapannya.

"Selamat pagi, Nay," sapa Kenan yang membuat wajah Nayla bingung.

"Ngapain kamu di sini?" ketus Nayla yang terlihat begitu membenci Kenan.

"Mmy, jangan galak-galak sama Uncle Ken," ucap Allea.

"Jadi, yang kamu maksud surprise itu di––" Nayla menunjuk wajah Kenan.

Allea mengangguk dengan seulas senyum. Ia lalu menarik tangan ibunya untuk duduk di kursi yang ada di ruang makan kecil mereka.

Sepasang mata Nayla membulat saat cukup banyak makanan tersaji di hadapannya. Ada buah-buahan, roti dan selai serta yang membuat istimewa ialah nasi goreng. Ya, Nayla begitu menyukai nasi goreng. Terlebih aroma nasi goreng yang ada di hadapannya begitu ia kenal.

Allea langsung mencicipi nasi goreng yang masih mengepul asap putihnya. Perlahan gadis itu meniupnya karena tidak sabar ingin mencicipi nasi goreng yang menggugah selera.

"Eemmm ... enak, Mmy. Mommy pasti suka!" ucap Allea penuh semangat.

Kenan yang sedari tadi menatap wajah wanita cantik yang ia cintai dari dulu. Namun, keadaannya tidak seperti saat mereka masih merajut asmara. Saat ini wanitanya malah terkesan benci ketika melihat dirinya dan hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk Kenan karena ia tidak ingin kehilangan Nayla untuk kedua kalinya.

"Biar aku ambilkan," ucap Kenan sambil meraih piring Nayla.

"Tidak usah! Aku bisa sendiri," ucap Nayla yang kembali menarik piring yang sudah diambil oleh Kenan.

Kenan hanya tersenyum melihat Nayla. Ia masih seperti dulu saat marah terlihat jutek dan hal ini salah satu penyebab sosoknya tidak dapat luput dari ingatan Kenan.

'Oh, ayolah, kenapa rasa ini sama seperti dulu? Kamu memang pandai membuatkan nasi goreng seenak ini, Kak Ken.' Dalam hati Nayla berkata saat menyuapkan nasi goreng pada mulutnya.

Suapan demi suapan menjadikan nasi goreng yang ada di piring Nayla telah raib karena berpindah ke perutnya. Bahkan sendawa kecil pun terdengar di telinga Kenan dan Allea yang membuat keduanya tersenyum.

"Enak, ya, Mom? Masakan siapa dulu. Daddy," ucap Allea keceplosan. "Uppsssss!" Sambung bocah kecil itu saat melihat ibunya melotot ketika melihat ke arahnya.

Allea memilih untuk pergi dari ruang makan dengan alasan ingin mandi. Sedangkan di ruang makan tinggal menyisakan Nayla dan Kenan. Ruang itu terasa sunyi. Tidak ada percakapan atau aktivitas makan karena telah usai.

"Ada apa kamu ke sini?" tanya Nayla memecah keheningan.

"Ada yang hendak aku bicarakan padamu tentang masa lalu kita."

"Stop! Aku tidak ingin mengungkit cerita lama yang aku anggap telah usai."

"No! Kamu pergi tanpa alasan dan menghilang begitu saja. Kita belum putus, loh, Nay. Dan aku masih selalu menganggapmu kekasihku," ucap Kenan yang disambut senyum masam oleh Nayla.

"Kalau begitu kita putus sekarang! Selesai, kan?" ucap Nayla sambil mengangkat pantatnya dari kursi. Namun, Kenan dengan cepat meraih tangannya dan membuat Nayla kembali duduk meski dengan bibir mengerucut.

"Sesungguhnya apa yang terjadi sih, Nay?" Kenan masih berusaha menguak tabir hitam di masa lalu.

Nayla tidak menjawab. Ia membisu dan memasang wajah jutek bahkan tidak ingin melihat wajah Kenan.

"Oke! Kalau kamu tidak mau bicara bahkan telah menganggap hubungan kita berakhir aku terima. Tapi––" ucap Kenan menggantung.

"Tapi apa?"

"Aku akan melamarmu secepatnya karena ini bukan hanya kemauanku saja, melainkan kemauan dari Lea, putrimu!" ucap Kenan yang membuat sepasang mata Nayla membulat.

"What? Kamu mau melamarku?" Nayla tersenyum sarkas dengan wajah tidak suka.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mimah e Gibran
jangan bilang nanti mertuanya itu pernah ditemani Nayla nyanyi...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status