Share

Bab 1

Author: AiniRhee
last update Huling Na-update: 2021-01-15 17:51:40

Segerombolan serigala berlari cepat melintasi hutan, setiap langkahnya meninggalkan jejak di tanah. Satu serigala berlari paling depan, fisiknya yang dua kali lebih besar menunjukkan jika ia adalah pemimpin kawanan itu. Tubuhnya berwarna hitam, kontras dengan serigala abu-abu di belakangnya.

Lari serigala itu semakin cepat, apalagi sesuatu yang mereka kejar terlihat mulai melambat, tidak sulit menemukan apa yang mereka kejar karena sosok itu terus meninggalkan jejak berupa noda darah di tanah hutan yang lembab ini.

Brak.

Sesuatu yang mereka kejar akhirnya roboh juga, sang pemimpin kawanan serigala itu maju lebih dulu. Untuk melihat sesuatu yang telah mengganggu kenyamanannya itu.

"Argh." Sosok itu merintih, tubuhnya seperti manusia tapi bukan manusia mengigat ia memiliki taring di mulutnya dan cakar yang tajam. Ditambah dengan kepalanya yang terlihat seperti kepala serigala.

Auuu

Sang pemimpi kawanan serigala itu melolong, menunjukan jika mereka berhasil mendapatkan buruan mereka, buruan yang saat ini terlihat sangat tidak berdaya. Perlahan serigala itu mendekati ke arah makhluk bertaring itu dengan suara seperti patahan tulang yang ia hasilkan dari dalam tubuhnya. Hingga beberapa saat kemudian ia menjadi manusia utuh. Dia seorang Werewolf.

"Ck, Rogue gagal, tapi ingin mencoba menyerang pack," katanya. Perlahan ia berjongkok lalu mencengkram leher Rogue di depannya itu, sangat kuat hingga Rogue itu menendang-nendang karena kesulitan bernafas.

Sedangkan Werewolf lain hanya menatap Alpha-nya itu memberi Rogue pelajaran, ah, bukan pelajaran, tapi mempertemukan Rogue itu dengan kematian. Beberapa detik setelahnya, tidak ada lagi perlawanan dari Rogue itu. Ia telah tewas. Sang Alpha menarik tangannya lalu menatap jejak cengkramannya di leher Rogue itu.

"Cih, lemah." Dengan sekali tebasan dengan kukunya, dada Rogue itu robek. Darah bercucuran dari sana.

"Kita kembali ke pack." Kemudian dalam sekejap sang Alpha berubah menjadi serigala lagi, ia berlari lebih dahulu di susul oleh warrior yang setia mengikuti di belakangnya.

"Baik, Alpha Dedrick."

Mereka kembali berlari, serigala yang berjumlah 5 ekor itu kembali melintasi hutan yang hanya diterangi oleh cahaya bulan purnama. Bayangan mereka mengikuti seiring dengan gerakannya di hutan itu.

Srett.

Serigala paling besar di antara kawanan  itu berhenti, hidungnya terlihat bergerak mengendus sesuatu. Sesuatu yang berbau sangat aneh menurutnya, tapi entah kenapa ia menyukai aroma ini.

"Ada apa, Alpha?" Salah satu serigala di belakangnya bertanya melalui mindlink, serigala dengan postur lebih kecil dengan warna abu-abu.

Dedrick hanya diam, tidak menjawab pertanyaan dari sang Beta. Ia terlalu sibuk mengendus sesuatu yang membuat seluruh tubuhnya perlahan berbelok dari arah seharusnya. "Bau apa ini?" tanya Dedrick.

Tidak lama kemudian sebuah suara dari kepalanya menjawab. "Ini berbau seperti bunga?"

"Aku tidak pernah menyukai bunga, tapi kenapa bau ini membuat kita tertarik?" tanyanya lagi kepada suara di kepalanya itu.

"Entahlah, kita ikuti saja aroma ini." 

Serigala besar berwarna hitam itu melangkah dengan lambat, hidungnya mengendus-endus tanah hingga ia mencium aroma itu semakin kuat. Aroma yang membuatnya ingin menciumnya lagi dan lagi. Perlahan Dedrick dengan wujud serigalanya itu mengangkat kepalanya hingga ia melihat seseorang terbaring di sana.

Orang itu menatapnya dengan pandangan putus asa, Dedrick mendengar perkataan gadis itu sebelum akhirnya punggung si gadis tertimpa cabang pohon yang telah lapuk.

Brukk

~~~

Pusing

Lemas

Hal itulah yang Diana rasakan, ia membuka matanya dan menemukan dirinya tengah tengkurap di atas tanah. Diana hanya bisa menatap ke satu arah mengingat ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya, semua persendian tubuhnya seolah sudah copot dari tempat asalnya.

"Apakah aku sudah mati?" gumamnya pelan. Hal yang dilihatnya dalam posisi miring seperti ini hanyalah pohon-pohon lebat dan semak-semak. Beberapa dedaunan itu terkena sinar bulan. "Apakah aku sudah di alam baka?" tanyanya lagi.

Diana menarik nafasnya perlahan dan membuangnya. "Aku tidak bisa bergerak." Diana merasakan punggungnya sakit, terlebih kakinya.

Diana mencoba menggerakkan tangannya. Berhasil. Ia bisa menggerakkan tangan kanannya meski terasa sakit. "Sial. Aku belum mati." Diana mengumpat. Percobaan bunuh dirinya gagal. Padahal ia sudah sangat yakin akan mati mengingat ia melompat ke dalam jurang yang dasarnya saja tidak bisa ia lihat.

Diana menatap pohon-pohon yang berada di depan matanya, rasanya aneh sekali. Pohon itu sama seperti yang biasa lihat, hanya saja terasa aneh untuknya. "Aku tidak peduli, semoga saja ada hewan buas yang memakan tubuhku." Diana bergumam lagi dengan lancar, meski tubuhnya terasa lemah, tapi mulutnya terasa sangat enteng.

"Lebih baik di makan hewan buas dari pada dijadikan jalang." Diana menutup matanya.

Auuu

Dengan cepat Diana membuka matanya lagi, sorot matanya terlihat sangat was-was. Ia menatap sekitarnya yang mampu ia pindai, tapi ia tidak menemukan apa-apa selain pepohonan dan tanah hutan yang tertimpa cahaya purnama.

Hei, Diana, bukankah kau sudah pasrah? Kata-kata yang keluar dari otak Diana sekolah mengejeknya. Mengejeknya yang ingin mati tapi masih ingin hidup. Diana bimbang atas dirinya sendiri.

"Serigala ... Aku akan mati karena serigala."

Suara hentakan kaki yang terburu-buru semakin membuat Diana meringis, serigala itu akan datang dan memangsanya. Diana masih diam hingga ia melihat seekor serigala besar di hadapannya, seketika Diana menangis. "Sialan. Aku masih ingin hidup." 

Diana menatap serigala itu dengan mata yang berair, semoga saja serigala itu melewatkan dirinya dan mencari mangsa lain. Namun, harapan Diana sepertinya tidak terkabul karena empat serigala lainnya juga datang. Sekarang total ada lima serigala di hadapannya. Pupus sudah harapan Diana.

"Mereka akan berpesta ... Aku pasti akan mati jadi santapan mereka. Tuhan, jika aku mati sekarang, kumohon jangan pertemukan aku dengan orang tuaku." Diana menutup mata.

Bruk

Seketika Diana pingsan ketika batang kayu yang cukup besar menimpa punggungnya.

Dedrick yang melihat itu memutuskan untuk mendekati gadis yang tidak di kenal itu, baunya semakin pekat seiring langkahnya mendekati tubuh gadis yang tidak berdaya itu. Gadis yang telah masuk dalam wilayahnya.

"Kalian mencium sesuatu? Seperti aroma bunga?" Tanpa menoleh, Dedrick bertanya pada warrior dan Beta yang ada di belakang. Pandangannya menatap tubuh gadis yang terhimpit cabang pohon itu.

Para warrior di sana menggeleng, mereka tidak mencium apa-apa. "Tidak Alpha, kami tidak mencium aroma apapun."

"Kalau kau, Adam?" tanya Dedrick lagi pada sang Beta.

Adam menggeleng. Sama seperti para warrior, ia tidak mencium aroma apapun. "Tidak, Alpha. Saya juga tidak ada mencium ada aroma di sini."

Dedrick berpikir keras, kenapa gadis yang tidak sadarkan diri ini mengeluarkan sebuah aroma yang tidak bisa di cium oleh Werewolf lain selain dirinya?

"Hei, David. Apa hidung kita bermasalah?" tanya Dedrick pada suara di kepalanya. Suara yang sudah ada sejak ia berumur 17 tahun. Dia adalah sisi Wolf-nya yang bernama David.

"Kita masih muda, tidak mungkin hidung kita bermasalah. Jangan bercanda." David menjawab.

Kemudian Serigala yang besar itu perlahan menimbulkan suara seperti tulang patah lagi hingga ia berubah menjadi manusia, tubuhnya tinggi dan dan berotot. Tubuh sempurna yang ia dapatkan dari hasil latihan dan pertarungan.

Dedrick mendekati Diana yang tidak sadarkan diri itu kemudian ia menyingkirkan cabang pohon lapuk yang menimpa gadis itu. 

"Kita bawa dia ke Pack."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Alpha Dedrick (INDONESIA)   Bab 76 END

    Tidak terasa kandungan Diana semakin membesar, tapi itu juga membuat Diana kesulitan untuk melakukan beberapa hal. Perut Diana sangat besar, hingga Diana khawatir perutnya nakan meledak. Pemikiran konyol memang, tapi itulah yang Diana pikirkan mengingat usia kandungannya."Ugh." Diana bergerak gelisah dalam tidurnya, perutnya yang membuncit itu membuat dirinya kesulitan untuk mencari posisi nyaman untuk tidur. Diana hanya bisa tidur dengan posisi miring yang membuatnya pegal. Diana membuka matanya. "Ya, ampun sekarang aku bahkan lapar."Diana melihat Dedrick yang tertidur di sampingnya, hanya berselang beberapa detik kemudian Dedrick juga membuka matanya. Dedrick turut duduk. "Ada apa Diana? Apakah kau merasa tidak nyaman lagi?" Dedrick mengusap perut Diana yang membuncit itu. Akhir-akhir ini Diana sering mengeluh padanya perihal posisi tidurnya yang tidak nyaman, Dedrick kasihan dengan Diana yang tidak bisa tidur dengan tenang.Diana mengangguk. "Ya, tidak nyam

  • Alpha Dedrick (INDONESIA)   Bab 75

    Diana berdiri gugup di dalam kamarnya, sekarang hanya ia dan Era yang berada di dalam kamar ini. Era baru saja selesai meriasnya. Kini Diana tampak sangat cantik dengan gaun abu-abu dan sebuah mahkota di atas kepalanya. "Aku gugup sekali." Tidak hanya gugup, Diana juga merasa gundah. Takut jika nantinya acara ini tidak berjalan lancar karena bisa saja dirinya melakukan kesalahan.Era yang memahami kegundahan hati Diana mendekati sahabatnya itu, ia menepuk pelan bahu Diana. "Tidak ada yang perlu dicemaskan, ini pasti akan berjalan dengan lancar." Acara ini diadakan pada malam hari, para tamu telah banyak berdatangan. Beberapa penduduk juga ada yang datang dan hal itu membuat Diana semakin gugup."Terima kasih, Era." Diana menghela nafas kemudian membuangnya perlahan, kedua tangannya yang dibalut sarung tangan memegangi dadanya agar rasa cemas dan gugup ini hilang.Era melebarkan senyumnya. Era sendiri juga tidak kalah cantik, ia memakai sebuah gaun hijau hingga E

  • Alpha Dedrick (INDONESIA)   Bab 74

    Memang butuh waktu beberapa hari untuk Diana agar ia bisa lebih tenang dan melupakan kejadian di mana ia diculik, saat itu pula Dedrick selalu berada di samping Diana. Dedrick selalu menjaga Diana dan selalu ada untuk menenangkan Diana dari mimpi buruknya. Itu berhasil, Diana tidak lagi bermimpi buruk di saat ia tertidur. Dedrick sudah seperti obat penenang untuk Diana.Sekarang Diana dan Era tengah bersantai di bawah pohon favoritnya bersama seekor kelinci dipangkuannya. "Benarkah? Adam melamarmu?" Diana terkejut mendengarnya, ternyata hubungan Adam dan Era menginjak jenjang yang lebih serius. Diana baru mendengarnya karena beberapa hari ini ia jarang bertemu dengan Era, Era sibuk. Barulah sekarang kesempatan bagi mereka untuk bersantai.Era mengangguk antusias. "Ya, kami mungkin akan menikah setelah pernikahan mu dengan Alpha. Tidak mungkin bagi kami lebih dulu menikah bukan?" Era menggoda Diana. Pernikahan Diana dan Dedrick akan segera tiba, besok mereka mulai untuk

  • Alpha Dedrick (INDONESIA)   Bab 73

    "Mengingat Calon Luna sudah mengandung anakmu, sebaiknya kita segera melangsungkan pernikahan dan penobatan Diana untuk jadi Luna. Kita tidak bisa menunda lagi."Tengah malam ini mereka mengadakan rapat, dihadiri oleh para tetua dan beberapa petinggi lainnya dari Pack. Dedrick duduk di kursi paling ujung, kursi yang tentunya khusus untuk dirinya yang seorang Alpha.Dedrick mengusap keningnya. "Kenapa kalian sangat terburu-buru, Diana bahkan belum sembuh dari lukanya." Dedrick tidak tahu apa yang para tetua itu pikirkan. Ayolah, mereka baru saja selesai bertarung melawan Rogue yang Diana baru saja kembali dari insiden penculikannya. Ini bahkan belum sehari."Maaf, Alpha, tapi kita harus segera melangsungkan acara itu. Akan lebih baik jika kau menikahinya di saat ia sedang hamil saat ini. Ketika bayi itu lahir statusnya akan lebih jelas jika ia adalah anak dari seorang Alpha dan Luna." Puerto memberikan sarannya. Ini adalah

  • Alpha Dedrick (INDONESIA)   Bab 72

    Diana senang Dedrick mengikuti kemauannya untuk menguburkan Henry dengan layak, meski Henry adalah notabenenya adalah seorang Rogue yang pernah menyerang Diamond Pack. Diana tidak tahu mengapa orang sebaik Henry bergabung dengan Rogue, tapi Diana tidak mau mencari tahu. Biarlah ini menjadikan misteri.Diana yakin pasti ada alasan untuk itu dan Henry tidak ingin mengatakannya.Pemakaman Henry dilakukan di sekitar reruntuhan itu, warrior Dedrick yang menggali tanah untuk itu. Sekarang Henry sudah berada di sana. Diana berjongkok di hadapan makam Henry, ia menutup matanya dan menyatukan kedua telapak tangannya. "Semoga kau tenang di sana." Dalam hati Diana berdoa.Diana menyentuh gundukan tanah itu, mungkin Diana tidak bisa ke sini lagi mengingat ini adalah wilayah bebas. Tidak semua Werewolf bisa berkeliaran di sini karena Rogue. Beberapa dari mereka ada yang berhasil kabur dan pastinya mereka akan tetap ada disekit

  • Alpha Dedrick (INDONESIA)   Bab 71

    Diana perlahan membuka matanya, sejak tadi ia masih sadar tapi rasa sakit yang ia derita tidak bisa membuatnya membuka mata. Ketika abu-abu itu memandang, Diana menemukan Era yang menatapnya. "Diana, kau membuka matamu." "Diana, minumlah ini. Kau kekurangan minum." Era memberikan Diana sebuah air yang Diana yakin itu adalah obat. Warna air itu agak kemerahan. Diana meminumnya hingga tandas, meski rasanya agak pahit tapi Diana tetap meminumnya. "Era, apakah ia baik-baik saja?" tanya Diana merujuk pada janinnya. Tangan Diana menyentuh perutnya yang sudah tidak sesakit tadi. Era menarik sudut bibirnya. "Tidak apa-apa, kau dan bayinya kuat. Hanya pendarahan sedikit, tapi itu sudah diatasi." Era mengeluarkan kain bersih kemudian mengikatkannya pada kepala Diana yang berdarah. Menutup lukanya. Wajah Diana yang tadinya terkena noda darah juga sudah dibersihkan, Era juga yang melakukannya. Diana lega sekali, tapi ia tiba-tiba saja terpikir dengan Dedrick. Diana memperhatikan sekitarnya, ia

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status