LOGINLangit senja membakar cakrawala dengan semburat jingga dan ungu, sementara angin malam menari di antara pepohonan. Di tengah halaman luas, Pangeran Ketiga berdiri tegak, pedangnya berkilat bagai cahaya bulan yang memantul di permukaan logam murni. Setiap ayunan pedangnya memecah udara dengan dentuman halus, menciptakan gelombang energi yang beriak di tanah.
Rambut panjangnya yang hitam pekat tersibak angin, dan mata tajamnya menatap kosong ke depan, penuh konsentrasi. Gerakan kakinya lincah, berpindah dari satu posisi ke posisi lain secepat kilat, setiap langkah menimbulkan percikan api yang berterbangan di udara. Aura perang yang mengelilinginya membuat udara di sekitarnya bergetar, dan bayangan pedangnya tampak seperti naga yang berputar di antara cahaya senja. Ketika aku muncul di halaman itu, Pangeran Ketiga menoleh sejenak. Matanya yang menembus menatapku dengan dingin, penuh kewaspadaan dan kekuatan. “Ada apa kau kemari?” tanyanya sambil melangkah kearahku. “Aku sedang belajar teleport, Pangeran,” jawabku singkat. “Belajar teleport sampai terkena luka cakar? Kau membohongiku?” tanyanya dengan nada serius. Belum sempat aku membalas, pengawal pribadinya segera memberikan laporan. “Lapor, Pangeran. Roh Iblis Harimau Api yang menyelinap masuk sudah terbunuh oleh Alstroemeria.” “Apakah kau mempunyai bukti, Xi An, bahwa roh iblis ini terbunuh oleh Alstroemeria?” tanya Pangeran Ketiga, menatap pengawalnya dengan serius. “Abu berbau bunga lily hitam, dan salah satu anak Dewa kecil berbicara langsung dengan Alstroemeria. Katanya ia ingin cepat sembuh dan semangat belajar agar cepat menjadi Dewa dan menikahi Alstroemeria,” jelas Wuxian. Pangeran Ketiga tersenyum tipis. “Hahaha, dia menipu seorang anak Dewa kecil. Baiklah, aku akan segera ke sana.” Setelah pengawalnya pergi, Pangeran Ketiga menyuruhku duduk, sepertinya ingin mengobatiku. Namun, ia menatap lukaku dengan heran. “Lukamu… mengapa beracun?” tanyanya. “Aku tidak tahu. Aku baru sadar lukaku separah ini. Tadinya kukira hanya tergores,” jawabku jujur. Ia lalu memanggil Dewi Tabib melalui telepati. “Ada apa, Pangeran Ketiga?” tanya Dewi Tabib sesaat kemudian, muncul begitu cepat hingga membuatku terkejut. Setelah memeriksa denyut nadiku, wajah Dewi Tabib tampak bingung. “Mengapa ada racun roh Iblis Harimau Api?” tanyanya kepadaku. “Tadi aku sempat menolong anak kecil, lalu tergores batu tajam yang mungkin terkena darah roh iblis itu,” jelasku. “Apakah kau melihat Alstroemeria?” tanyanya lagi. “Aku tidak, hanya melihat bayangan hitam yang membunuh roh iblis tersebut,” jawabku singkat. “Obatilah dengan bubuk bunga teratai air ini, dan jangan terlalu banyak beraktivitas,” nasihat Dewi Tabib. Setelah itu, Dewi Tabib berpamitan kepada Pangeran Ketiga karena harus segera mengobati anak Dewa kecil yang tadi kucelamatkan. “Berhentilah berlatih sampai sembuh. Kau harus tetap berada di sini untuk istirahat,” kata Pangeran Ketiga tegas. “Siapa kau yang melarangnya berlatih?” tanya Pangeran Pertama sambil berjalan menghampiri kami. “Ia sedang sakit, Kakak pertama,” jawabku. “Hanya alasan!” Pangeran Pertama menjawab tegas dengan sorot mata tajam menatapku. Saat matanya melihat tangan kananku yang terluka akibat racun roh Iblis Harimau Api, ekspresinya berubah. Ia terlihat kaget dan khawatir. “Kenapa kau terluka lagi? Padahal kemarin baru saja sembuh. Dasar aneh, tidak suka minum obat, tapi selalu ada luka yang terus bertambah.” "Jika aku tidak menyelamatkannya, anak itu akan mati dimakan roh iblis. Aku tidak rela melihat anak Dewa kecil tak berdosa dimakan makhluk iblis rendahan seperti itu. Lagipula, roh iblis banyak datang ke Alam Langit karena ingin membunuhku,” balasku tegas. Entah kenapa, mulutku rasanya ingin menceritakan kejadian tadi yang hampir merenggut banyak nyawa anak Dewa kecil. Tangisanku mulai tak tertahan lagi. Aku tak ingin ada yang mati termakan iblis seperti dulu, saat bertugas membunuh iblis Beruang Es, temanku tak waspada dan dimangsa oleh beruang itu. Inilah alasanku susah mencari teman lemah—aku tidak ingin mereka mati dimakan roh iblis lagi. “Jadi kau…” ucap Pangeran Ketiga, tapi segera kuputuskan. “Ku mohon, jangan beritahu siapa pun. Aku tidak terlalu suka dipandang, karena mereka yang terpandang harus selalu mengikuti aturan. Aku ingin bebas melakukan apa saja.” “Dasar aneh, kau membuat Kaisar mencari identitasmu. Ternyata Alstroemeria hanya anak kecil nakal sepertimu,” komentar Pangeran Pertama, menyebalkan seperti biasa. “Kau menghinaku lagi. Kemarin siluman dan pencuri, sekarang anak nakal?” ucapku sambil memasang ekspresi sedih. “Pahamilah, Zhang Li, Pangeran Pertama memang kasar,” tambah Pangeran Ketiga. “Sangat kasar!” seruku. “Sekarang kau juga mengataiku,” balas Pangeran Ketiga sambil tersenyum. “Terserahlah. Aku ingin pulang ke rumah Guru dan tidur agar cepat sembuh. Kalian harus berjanji kepadaku tentang Alstroemeria,” kataku sebelum beranjak pergi. Namun, lenganku yang terluka ditahan oleh Pangeran Pertama. “Aaa, sakit…” teriakku. Ia segera melepaskan genggamannya. “Maaf, aku tidak melihatnya tadi. Makanlah dulu bersama kami, baru kau kembali tidur. Aku tidak ingin dimarahi Paman karena tidak memberimu makan,” ujarnya. “Menurutlah, Zhang Li,” timpal Pangeran Ketiga, juga memaksaku dengan nada tegas. “Padahal aku senang melihatmu dimarahi guru, hahaha. Baiklah, tapi berjanjilah untuk tidak membocorkan identitasku,” kataku sambil tersenyum kecil. “Hari ini kau yang jahat, Zhang Li, dan kau sungguh bawel, sama seperti Paman Ji Dan,” ujar Pangeran Pertama. Lagi-lagi, ucapan Pangeran Pertama membuatku merasa dihina. “Apakah Paman tahu?” tanya Pangeran Ketiga. “Guru yang memberikan tugas kepadaku—untuk menjaga dan mengawasi Dewa Alam Langit yang sedang bertugas membasmi roh iblis—tidak mungkin ia tidak tahu,” jawabku. “Oh, ternyata semua ini ide Paman,” gumam Pangeran Ketiga. “Iya, Pangeran Ketiga. Tapi saat mengawasimu, aku sungguh menganggur. Karena kau selalu berhasil membunuhnya, sungguh luar biasa,” jelasku. “Tapi pada saat melawan Roh Iblis Kera Tiga Elemen, sepertinya kau membantuku,” katanya. Aku hanya nyengir. “Hanya membantu mengikat tubuhnya, itu hal mudah.” Aku teringat saat Pangeran Ketiga melawan roh iblis Kera Tiga Elemen; ia cukup kesulitan menahan tubuh kera tersebut karena seluruh prajurit pingsan, bahkan pengawal pribadinya, Wuxian, juga terluka parah. Jadi aku langsung membantunya mengikat tubuh kera itu dengan tali harpaku. Setelah ia berhasil membunuhnya, aku menaruh satu bunga lily hitam tepat di atas abu roh iblis Kera Tiga Elemen itu. “Tetap saja kau membantuku,” ucapnya. “Kau tidak pernah membantuku, Zhang Li,” balasku. “Aku harus membantu apa? Mengatur galaksi Bima Sakti yang menyilaukan mata itu?” tanyaku sambil sedikit meledek. Aku tahu dari buku sejarah bahwa Pangeran Pertama Alam Langit adalah Putra Mahkota kesayangan Permaisuri. Bahkan saat belum mencapai tingkat Dewa, ia sudah bisa mengatur galaksi Bima Sakti tanpa bantuan Ibunya. “Kalau begitu, apa yang kau lakukan?” tanya Pangeran Pertama. “Membantumu menghilangkan rasa ngantuk saat berjaga di galaksi Bima Sakti pada malam hari,” jawabku. “Aku tidak bisa membantu. Kalau berjaga malam nanti, mukaku akan nampak keriput seperti nenek tua,” candaku. “Hahaha, kau sungguh berani mengatai tetua. Oh ya, kekuatan spiritualmu hanya 10.000 tahun, tapi bisa banyak membantu Alam Langit? Bagaimana caranya?” tanya Pangeran Pertama. “Aku berbicara fakta tentang nenek tua. Oh, tentang itu… tidak tahu ya bagaimana. Aku hanya memainkan sebuah harpa dan memakai jurus Lily Hitam,” jawabku ringan. “Benarkah? Hanya begitu saja? Tapi kenapa waktu melawan Piton Hitam dan Harimau Api kau terluka?” tanya Pangeran Ketiga. “Piton Hitam karena aku kurang waspada saat mengambilkan buah persik untuknya, dan Harimau Api karena aku melindungi anak Dewa kecil itu dengan lenganku,” jawabku. “Nasibmu buruk, Zhang Li!” seru Pangeran Pertama. “Cih, menyebalkan!” balasku kesal. “Apakah kau berjanji akan menikahi anak Dewa kecil yang kau tolong itu?” tanya Pangeran Ketiga. Aku tidak bisa menahan tawa, teringat ekspresi jujur dan lugu anak Dewa kecil itu. “Aku tidak berjanji. Justru ia yang berjanji kepadaku. Sudahlah, lupakan saja. Nanti saat ia besar, pasti akan melupakanku dan menyukai wanita yang lebih mudah dariku.” “Benar juga… tapi ia adalah anak tunggal dari Dewa Obat dan Dewi Segala Tabib,” ucap Pangeran Ketiga. Aku tersenyum sendiri. Anak Dewi Segala Tabib ternyata cukup lucu; meskipun tubuhnya kurus, pipinya tetap gendut, membuatku ikut tertawa kecil. Kami melanjutkan makan bersama sambil bercerita tentang masa kecilku hingga menjadi Alstroemeria. Setelah kenyang dan puas mengobrol, Pangeran Pertama mengantarku pulang ke rumah Guru dan berjanji akan menjelaskan bekas lukaku. Malamnya, aku tidak bisa tidur karena siang hingga sore sudah tertidur pulas. Aku naik ke atap rumah Guru, menikmati cahaya bulan purnama pertama sambil memainkan harpa perak berukiran bunga Lily. Di tengah lagu yang sedang kupermainkan, tiba-tiba ada cahaya biru jatuh dari langit. Aku langsung berhenti bermain dan berdoa, “Wah, sepertinya kometku mengabulkan harapanku.” Suara Pangeran Pertama terdengar dari samping kananku, membuatku terkejut dan menoleh. “Jadi itu ulahmu?” tanyaku. “Lihatlah,” ujarnya sambil menunjuk ke langit. Ia membuat banyak bintang bertebaran di langit untuk menemani bulan purnama, lalu beberapa komet jatuh menghias malam. Awalnya aku ingin memakinya, tapi keindahan yang ia ciptakan membuatku justru memujinya. “Hebat,” ucapku lirih. “Apakah kau tidak bisa tidur?” tanyanya. “Ya,” jawabku singkat. “Baiklah, akan kutemani sampai kau merasa mengantuk sambil menjaga galaksi Bima Sakti. Tapi besok, kau harus bangun pagi untuk memulai sekolah hari pertama.” “Apakah kau akan sekolah juga?” tanyaku penasaran. “Aku bisa datang dan pergi sesuka hati. Aku adalah Pangeran Pertama,” jawabnya santai. “Ah iya, aku lupa!” aku tersadar. Akhirnya kami mengobrol panjang, aku diminta memainkan harpa sesuai lagu yang ia pilih, lalu bernyanyi bersamanya. Hingga akhirnya, Guru terbangun dan memarahi kami. Aku ingin kembali tidur, tapi pikiranku masih terhanyut oleh pengalaman luar biasa beberapa hari ini bersama para Pangeran yang penuh kejutan. Apakah semua ini hal baik untukku? Ia pasti sedang sibuk menjaga galaksi Bima Sakti…Alam langit yang sedang berbahagia dengan kemunculan dua bayi kembar dari keturunan Zhang Li dan Putra Mahkota, tentu saja menjadi momen terbaik dalam sejarah alam langit. Karena, alam langit tidak pernah kehadiran bayi kembar.Baik Dewa biasa ataupun Keluarga Kaisar, tapi semua kebahagiaan ini juga mendatangkan banyak pertanyaan karena bakat Dewa yang berada dalam diri Zhu Suyi dan Zhu Suye. Akhirnya, seluruh raja naga beserta para Dewa Dewi terus membantu Kaisar mencari tahu alasan dibalik Bakat Dewa muncul bersama kedua bayi ini.Sisi lain, Dewi Burung ternyata tidak mati. Bahkan, ia berhasil bertahan hidup dalam pagoda suci dan melahirkan anaknya "Anakmu tidak dapat keluar dari tempat ini, karena roh jahat menempel pada dirinya. Jadi, ia harus melewati penyucian berulang kali baru bisa keluar dari Pagoda." Bagaimanapun, bayi ini keluar dari perut pendosa yang kerasukan inti roh raja iblis. Walaupun sudah lenyap, tapi tetap saja harus melewati penyucian."Apakah anakku harus mena
Kepergian Kaisar dan Dewi Zhang Li, membuat dirinya bisa bernapas dengan legah. Karena alam langit benar-benar melepaskan rakyat kota Zhen dari perjanjian 1.000 tahun lalu, juga anak tercintanya Liu Zha, sudah terlepas dari kutukkan setengah siluman dan manusia. Liu Ge, segera mengutus prajuritnya untuk menampung air dalam 10 gentong besar agar tidak kekurangan saat proses pelepasan kutukan setengah siluman ini. Setelah semuanya siap, seluruh rakyat kota Zhen berkumpul ditengah lapangan istana kota untuk menyembuhkan kutukan mereka. Sekaligus, merayakan lepasnya kaum siluman dari perjanjian 1.000 tahun yang sudah menyulitkan mereka.Belum saja, Liu Ge berbicara sepatah kata apapun. Seluruh rakyat kota Zhen malah ingin membalaskan dendam kepada Alam Langit, karena sudah membuat generasi baru menderita dan terkurung dalam kota. Liu Ge langsung menghentikan niat buruk mereka dan menjelaskan maksud dirinya mengutus para prajurit mengumpulkan mereka ditengah lapangan istana kota zhen, te
Hutan Meraire sudah tidak bisa menahan raja iblis lagi, karena kekuatan Dewa Pu Chai melemah.Akhirnya, Zhu Yi hanya berhasil memecahkan inti roh raja iblis menjadi tujuh bagian dengan kekuatan yang telah tercampur darahnya. Meskipun Zhu Yi gagal mengurung keenam inti roh lainnya, tapi setidaknya Zhu Yi berhasil mengurung inti roh ketujuh yang memiliki aura pembunuhan sangat kuat dan merupakan kekuatan inti raja iblis.Zhu Yi Melilit paksa Inti roh Raja Iblis ke-7 untuk memasuki Alam Ilusi Rasi Bintang Gugur. Ruang Hampa yang terletak pada dimensi bintang mati dengan massa tak terbatas ini. Sebenarnya, tidak dapat dijangkau oleh mahluk manapun. Bahkan, banyak Dewa ataupun siluman menganggap tempat ini hanya sebuah legenda kuno.Berusaha menyelamatkan dunia. Dirinya, dihampiri oleh utusan surgawi yang langsung membuka portal sebagai jalan pintas menuju alam ilusi rasi bintang gugur. Bahkan, ia dibekali rantai air mata bidadari yang tak pernah ada dalam sejarah manapun "Gunakan ini." S
Xai yang sudah aku utus seharian penuh untuk mengamati aktivitas Liu Zha lebih dekat. Akhirnya, membuat aku cukup mudah mendekati Liu Zha hingga mempercayaiku dan bermain bersamaku.Sedangkan, Pangeran ketiga dari kemarin mencoba berdiskusi tentang pembatas transparan yang dibuat oleh Zhu Yi. Bahkan, ia sengaja mengulur waktu dengan mengeluarkan seluruh pedangnya untuk mencobai pemabatas ini."Gadis manis, aku punya hadiah untukmu." Liu Zha langsung mendekat dan matanya berbinar ketika melihat gelang Lily Hitam. Ia langsung memintaku untuk memasangnya, tapi saat terpasang. Inti Roh Iblis Kelaparan bereaksi dan memberontak, tapi untung saja ada Xai yang membuat tabir pelindung hingga suara teriakkan Liu Zha tidak menarik perhatian siapapun."Keluarlah dari tubuh gadis ini, jangan terus membuat masalah raja iblis. Apakah kau tidak lelah? Selalu menindas yang lemah? Apakah kau tidak memiliki kemampuan untuk menindas yang kuat?" Ucap Zhang Li yang sengaja memancing."Hanya seorang gadis
Setelah keluar dari hutan, kami memutuskan untuk kembali ke kota Zhen. Pemandangan kota ini, jauh lebih indah daripada siang hari. Baru saja keluar dari perbatasan hutan, kami semua disambut pemimpin kota Zhen. Pemimpin kota Zhen yang sudah mengetahui kami akan turun gunung dari Xai, langsung menyambut kami dengan hangat.Mereka juga sudah mengatur sebuah paviliun megah nan mewah untuk kami semua singgah selama beberapa hari dalam kota Zhen yang sangat indah ini.“Perkenalkan, namaku Liu Ge dan istriku Cheng Mi yang berasal dari dunia manusia." Setelah memperkenalkan diri satu samalain, kami diberikan waktu untuk beristirahat.Malam telah tiba, kami semua diundang secara langsung oleh pemimpin kota Zhen untuk menikmati pesta sambutan yang dibuat secara khusus untuk kami semua "Nikmatilah acara ini," Ucap Liu Ge lalu menyuruh pengawal pribadinya untuk menutup pintu aula istana kota zhen.Acara dimulai dengan tarian pembuka-an dari klan siluman ular piton hijau yang sangat gemulai da
Tubuhnya yang terasa lemah hanya bisa membuat dirinya memandangi para dewa dan dewi yang nampak legah, karena Zhang Li sudah membuka kedua matanya "Apakah masih terasa sakit?" Tanya Dewi Tabib dan aku hanya bisa menggelengkan kepala, agar mereka tidak khawatir. Kaisar yang baru saja tiba bersama beberapa dayang, langsung sibuk mempersiapkan ramuan herbal terbaik untuk meningkatkan energi dan pertumbuhan bayiku. Sedangkan, para Dewa Dewi hanya bisa menatap haru perlakuan Kaisar terhadap Zhang Li yang sangat khawatir. “Kaisar, Nona Zhang Li sekarang sudah memasuki massa kehamilan 40 minggu. Jadi, normal saja kalau sering terjadi kontraksi palsu. Mengejutkannya lagi, anak Zhang Li merupakan bayi kembar." Zhang Li merasa bahagia, sekaligus sedih. Karena, anak kembar ini tidak disambut oleh Ayah mereka. Seandainya, disini ada Pangeran Pertama. Pasti kabar ini akan menyempurnakan kehidupan kami dengan membuat keluarga kecil. Apakah langit akan adil terhadap kedua bayi kecilku ini? Ap







