LOGINEmbun masih menempel di ujung daun bunga suci yang tumbuh di halaman rumah Paman Ji Dan. Cahaya mentari menembus lembut melalui kabut tipis, membuat kolam di tengah halaman tampak berkilau-an. Di atas permukaannya, beberapa roh duyung iblis berenang perlahan, mata mereka terpejam menikmati nada seruling yang meresap ke dalam jiwa.
Zhu Yi mulai melangkah masuk ke halaman, sedikit tertegun oleh pemandangan itu. Suasana pagi yang damai membuatku hampir enggan memecah keheningan. Namun, ada sesuatu yang harus kukatakan. “Paman,” panggilku akhirnya, dengan nada sopan namun jelas. “Bolehkah aku meminjam muridmu untuk berlatih bersama?” Nada seruling berhenti perlahan. Ji Dan menurunkan serulingnya, menatapku dengan senyum tenang namun penuh selidik. “Banyak gadis di Alam Langit,” ujarnya ringan, “mengapa kau justru memilih muridku? Apa kau menyukainya?” Ah, yang benar saja! Tidak mungkin aku menyukai gadis bodoh seperti dia! “Tidak,” sahutku cepat, menahan nada kesal. “Aku hanya ingin membuktikan bahwa aku bisa menjadi pelatihnya. Jadi, Paman, kau harus setuju! Oke?” ujarku dengan sedikit paksa, mencoba terdengar meyakinkan. Paman tertawa kecil, matanya berkilat penuh gurauan. “Hahaha, baiklah. Tapi, ada sesuatu yang ingin kusampaikan padamu.” Ia menepuk kursi batu di sampingnya, memberi isyarat agar aku duduk lebih dekat. Aku menuruti perintahnya. Ada apa ini? Biasanya Paman berbicara langsung, tapi kali ini nadanya terasa berbeda—penuh rahasia yang seolah disembunyikan. “Karena kau telah bertanggung jawab menjaga murid pewarisku, aku ingin kau sungguh-sungguh melindungi Zhang Li selama aku tidak berada di sisinya,” katanya dengan suara yang kini terdengar berat. “Aku akan pergi untuk menyegel retakan kristal delapan elemen roh Raja Iblis di Hutan Meraire. Warga sekitar melaporkan fenomena aneh selama seminggu terakhir—beberapa penebang kayu yang mendekati area terlarang menghilang tanpa jejak. Selain itu, roh iblis mulai menembus Alam Langit dengan mudah. Cukup jaga dia, dan rahasiakan hal ini dari Zhang Li. Mengerti?” Perkataan Paman mengapa sangat serius? Nada suaranya membuat hawa pagi yang semula hangat mendadak terasa dingin. Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Tidak mungkin… Raja Iblis sudah lama disegel oleh Dewa Alam Langit Pertama, Dewa Pu Chai. Itu tertulis jelas dalam buku sejarah alam langit. “Hutan Meraire? Di mana itu, Paman? Aku belum pernah mendengarnya. Dan… delapan elemen? Setahuku hanya ada lima.” Paman tersenyum samar, seolah menyimpan sesuatu yang jauh lebih besar dari yang bisa kubayangkan. “Tidak semua hal tercatat dalam sejarah. Beberapa rahasia terlalu berbahaya untuk diungkap. Kau akan memahaminya nanti. Saat waktunya tiba, carilah satu buku yang berbeda dari semua buku di kamarku—gunakan mata dewamu untuk menemukannya.” “Kapan ‘saatnya tiba’ itu, Paman?” tanyaku, mulai merasa kesal dengan semua teka-teki ini. Biasanya Paman berbicara lugas, tapi kali ini… entah mengapa, sorot matanya mengandung peringatan yang sulit dijelaskan. Kenapa Paman seperti sedang bermain teka-teki denganku? Biasanya paman langsung berterus terang tanpa basa-basi seperti ini "Kau akan tahu, ingat ini adalah rahasia antara aku dan kau. Bahkan Kaisarpun tidak boleh tahu sedikit saja akan hal ini." “Kau akan tahu,” ucapnya pelan. “Ingat, ini rahasia antara aku dan kau. Bahkan Kaisar pun tidak boleh tahu sedikit pun tentang hal ini.” “Ba-baiklah… kau akan berangkat kapan, Paman?” tanyaku, sedikit gugup karena ingin memberikan sesuatu kepadanya. Sebelum ia pergi menjalani tugas beratnya. “Setelah Zhang Li masuk ke sekolah Dewa-Dewi yang berada di Lembah Langit,” jawab Paman Ji Dan sambil menatap langit pagi. Zhu Yi hanya mengangguk lalu bertanya lagi “Baiklah, Paman. Oh ya, apakah Zhang Li sudah bangun?” “Sebentar…” Terdengar suaranya dari dalam. “Hei, bangun! Pangeran Pertama sudah menunggumu di luar!” “Baiklah, Guru. Aku mandi sebentar,” jawab Zhang Li dari kamar. Karena terburu-buru, aku tidak mengenakan perhiasan apa pun hari ini—hanya tusuk konde perak berbentuk bunga lily yang akan menemaniku. “Bersantailah hari ini, Paman,” ucap Pangeran Pertama ketika Paman Ji Dan kembali ke halaman. “Hahaha, baiklah. Tapi jangan sampai Zhang Li terluka atau terlalu lelah. Ia baru memasuki tahap pemulihan. Oh ya, kau harus memberinya makan tepat waktu—tiga kali sehari. Mengerti?” ujar Paman dengan nada tegas. “Mengapa kau begitu bawel, Paman?” balas Pangeran Pertama sambil tersenyum meledek. “Karena dia sudah menjadi murid pewarisku. Kau harus menjaganya dengan baik.” “Baiklah, Paman. Aku mengerti,” jawab sang Pangeran akhirnya. Setelah obrolan itu selesai, aku menghampiri Guru dan memberi hormat. “Kau harus menuruti semua ucapan Pangeran Pertama. Mengerti, Zhang Li?” ujar Guru menatapku serius. “Baiklah, aku mengerti, Guru.” Tanpa berkata banyak lagi, Pangeran Pertama menggenggam tanganku. Dalam sekejap, tubuh kami berpindah ke taman dekat air terjun. Udara di sana terasa lembap dan segar. “Mau ke mana kita?” tanyaku sambil memandangi beberapa prajurit yang tengah memperbaiki patung dan menata kembali pepohonan yang rusak akibat ulah roh ular piton iblis beberapa waktu lalu. Aku mengikuti langkah kaki Pangeran Pertama menuju tangga di dekat air terjun. “Di balik air terjun ini, aku akan mengajarimu cara berteleportasi,” ucapnya sambil menoleh sekilas. “Jurus teleport adalah dasar dari ajaran Alam Langit. Saat kau masuk ke Sekolah Lembah Langit nanti, kau akan menghadapi ujian teleport juga, Zhang Li.” Aku hanya mengangguk pelan dan memperhatikan bangunan di hadapan kami. Ternyata, di balik air terjun itu tersembunyi sebuah pintu batu. Saat Pangeran Pertama membuka pintu tersebut, tampaklah sebuah ruangan luas dengan dinding berukir naga. Batu-batunya basah dan berkilau diterpa cahaya obor. “Ruangan ini dirancang khusus dengan perisai air,” jelasnya. “Tujuannya agar latihan teleport aman. Saat kau berlatih, mungkin kau akan berpindah ke tempat acak sesuai pikiranmu, bukan ke tempat yang kau inginkan. Tapi di sini, perisai air akan melindungimu.” Aku mengangguk lagi dan mulai berlatih. Pangeran Pertama duduk santai di kursi batu, mengawasiku sambil memakan buah-buahan dengan ekspresi santai. Teleport pertamaku gagal. Begitu juga teleport kedua, ketiga, dan seterusnya. “Fokuslah!” serunya, tanpa menoleh. “Dan berhenti melirik ke arahku terus. Aku tidak akan meninggalkanmu, jadi tenanglah.” Aku terdiam, tersipu malu. Bagaimana bisa ia tahu aku sedang memikirkannya? Ruangan ini terasa menegangkan—hening, hanya diterangi obor api di dinding. Aku takut, tapi juga tidak ingin mengecewakan dia. “Baiklah,” gumamku. Aku menarik napas panjang, memusatkan pikiran, dan mencoba lagi. Satu kali... dua kali... hingga akhirnya pada percobaan ke-35, aku berhasil teleport dengan tepat ke tempat yang Pangeran tandai dengan pedangnya. “Bagus!” katanya puas. “Sekarang, coba bawa aku ke bawah pohon persik tadi.” “Keluar dulu dari tempat ini,” sahutku cepat. Ia tertawa pelan. “Ah, kau cukup pintar untuk tidak mudah dibodohi.” Pangeran berjalan menuju pintu, dan aku segera menyusul di belakangnya. Untung aku tidak lupa bahwa perisai air di ruangan ini membuat teleport keluar mustahil dilakukan. “Menyebalkan,” gumamku kesal. Begitu kami keluar, aku langsung membawa Pangeran teleport ke bawah pohon ginkgo biloba berdaun kuning keemasan. Kali ini berhasil dalam sekali percobaan. Namun sesampainya di sana, seorang Dewi berjalan menghampiri kami. Ia menunduk sopan. “Pangeran Pertama,” sapa Dewi Xu Qu lembut. “Ada apa, Dewi Xu Qu?” tanya Pangeran sambil menatapnya. “Apakah aku mengganggu?” tanyanya dengan suara halus. “Tidak,” jawab Pangeran singkat. “Aku sedang melatih murid pamanku.” “Kalau begitu, izinkan aku membawakan makanan untuk Pangeran. Pasti lelah setelah melatihnya.” Pangeran tersenyum tipis, lalu menoleh padaku. “Zhang Li, kemarilah. Aku akan memberimu kekuatan spiritual air seribu tahun milikku, agar kau bisa mempelajari elemen air lebih cepat.” Aku melangkah mendekat. Pangeran menyentuhkan jari telunjuknya di dahiku. Aliran energi biru lembut mengalir masuk ke tubuhku, hangat dan berat sekaligus. “Ini juga,” katanya sambil menyerahkan gulungan kertas. “Di dalamnya ada teknik dasar pengendalian air. Saat aku kembali nanti, kau harus sudah menguasai dan menghapalkannya. Mengerti?” “Mengerti, Pangeran. Terima kasih.” Aku mencoba teleport ke rumah Guru, tapi entah bagaimana malah muncul di tingkat empat—tepatnya di halaman sekolah anak-anak Dewa kecil. “Itu bukannya Ji Que?” gumamku. “Wah, ternyata dia sekolah di sini.” Aku berjalan mendekatinya dan menyapa, “Hei, kau, anak kecil!” Ji Que menoleh cepat, wajahnya cerah begitu mengenaliku. “Ada apa, Kakak Zhang Li?” tanyanya sopan. “Sedang apa kau di sini?” tanyaku balik. “Kami bermain. Materi hari ini selesai lebih cepat,” jawabnya sambil tersenyum. “Oh, begitu. Ya sudah—” Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, tiba-tiba terdengar teriakan keras dari arah taman. “Ada roh iblis! Tolong!!!” Seorang anak laki-laki berlari sekencang mungkin ke arah kami, wajahnya pucat ketakutan. Aku sempat berpikir, Apakah bocah ini sedang bercanda? Namun teriakan panik lain segera menyusul. “Aaaaaa! Lariii!!!” Anak-anak Dewa kecil di sekitarku langsung menjerit dan berlari ke arah tempatku berdiri. Ji Que menggenggam ujung jubahku sambil berkata dengan suara gemetar, “Kakak Zhang Li, aku percaya kau bisa melindungi kami!” Beberapa anak lain ikut mengangguk, seolah kehadiranku satu-satunya harapan mereka. Dan saat anak laki-laki yang pertama berteriak itu hampir mencapai tempatku, aku melihatnya—bayangan besar dengan mata merah membara dan tubuh diselimuti api. Seekor roh iblis harimau api. “Hahaha! Akan kumakan kalian, anak-anak Dewa!” raungnya, suaranya bergema dan membuat tanah di bawah kaki kami bergetar. Sialan! Aku kira mereka bercanda… tapi ternyata, ini sungguh nyata. Saat iblis itu menunduk hendak melahap anak Dewa kecil yang sudah tak mampu berlari lagi, aku segera menarik tubuh bocah itu dengan sebuah cempeti dari bunga lily putih. “Hei, bawa anak ini dan pulanglah—jangan tinggal di sini!” perintahku keras. Iblis itu tertawa panjang. “Hahaha… Alstroemeria rupanya! Lama tak bertemu. Kau masih sama seperti dulu. Akhirnya hari ini tiba juga — aku bisa mencicipi darah dan daging segarmu.” “Sudahlah, jangan banyak bicara, dasar harimau api kecil,” balasku dingin. “Akan kubunuh kau! Grrrrr…” Roh iblis harimau api meraung, kakinya menghentak-hentak tanah hingga getaran terasa di udara. Tiba-tiba seorang anak Dewa kecil berlari keluar dari ruang sekolah sambil berteriak, “Gempa! Gempa!” “Hei, jangan ke sini!” teriakku sekuat tenaga, namun anak itu tampak tak mendengar. Seketika, iblis harimau itu menangkapnya dan mengangkatnya hendak melahap. “JANGAN PERNAH MEMBUNUH DEWA DI DEPAN MATAKU, IBLIS!” Amarahku meledak dan sesuatu mengalir deras dari dalam tubuhku begitu asing yang menghangatkan tiap pembuluh nadiku, terutama mengalir ke kedua tangan. Di telapak tanganku muncul gumpalan air berputar, lalu kuarahkan energy itu ke arah harimau. Serangan air itu membuat iblis meraung kesakitan dan melepaskan cengkeramannya dari tubuh anak yang ditangkapnya. Segera kuambil anak itu dan meletakkannya di batu di belakangku. Namun aku lengah sejenak — harimau itu sempat mencakar lengan kiriku. Sakitnya menusuk, dan aku melihat bocah yang kutolong terkulai pingsan di batu. “Alstroemeria… kubunuh kau sekarang juga!” ancamnya, suaranya mengguncang tanah. Iblis Harimau Api meraung lebih dahsyat, menyebabkan gempa hebat yang merobohkan beberapa bangunan di sekitar. Untungnya, anak-anak Dewa kecil sudah aman menjauh dari bahaya. Aku langsung terbang ke langit dan mengarahkan cempeti bunga lily putih di tangan kananku untuk melilit lehernya, agar roh iblis itu tidak dapat meraung lagi. Di tangan kiriku, kubuat Lily hitam berisi air. Setelah gempa mereda, kuarahkan Lily hitam itu ke tubuh roh Iblis Harimau Api, dan seketika tubuhnya hancur menjadi abu. “Dewi, sangat hebat! Aku sangat menyukaimu, Dewi,” ucap anak Dewa kecil yang tadi pingsan, ternyata sudah bangun. “Kau masih kecil, tidak boleh menyukaiku. Dan ingat, jangan beritahu siapa pun,” jawabku tegas. “Kalau aku sudah menjadi Dewa, aku akan mencarimu, Dewi, lalu menikahimu,” ujarnya mantap. “Baiklah. Jadilah Dewa, dan temui aku jika kau masih mengingatku,” balasku sambil tersenyum ringan. Aku mencoba teleport ke rumah Guru dan meninggalkan anak itu. Namun, entah bagaimana aku justru muncul di rumah Pangeran Pertama. Saat sampai di sana, terlihat Pangeran Pertama sedang memeluk Dewi Xu Qu yang tadi kutemui di bawah pohon ginkgo biloba kuning. Sepertinya aku salah tempat. Akhirnya, aku mencoba teleport ke rumah Guru, tapi kali ini aku malah berada di halaman rumah Pangeran Ketiga…Alam langit yang sedang berbahagia dengan kemunculan dua bayi kembar dari keturunan Zhang Li dan Putra Mahkota, tentu saja menjadi momen terbaik dalam sejarah alam langit. Karena, alam langit tidak pernah kehadiran bayi kembar.Baik Dewa biasa ataupun Keluarga Kaisar, tapi semua kebahagiaan ini juga mendatangkan banyak pertanyaan karena bakat Dewa yang berada dalam diri Zhu Suyi dan Zhu Suye. Akhirnya, seluruh raja naga beserta para Dewa Dewi terus membantu Kaisar mencari tahu alasan dibalik Bakat Dewa muncul bersama kedua bayi ini.Sisi lain, Dewi Burung ternyata tidak mati. Bahkan, ia berhasil bertahan hidup dalam pagoda suci dan melahirkan anaknya "Anakmu tidak dapat keluar dari tempat ini, karena roh jahat menempel pada dirinya. Jadi, ia harus melewati penyucian berulang kali baru bisa keluar dari Pagoda." Bagaimanapun, bayi ini keluar dari perut pendosa yang kerasukan inti roh raja iblis. Walaupun sudah lenyap, tapi tetap saja harus melewati penyucian."Apakah anakku harus mena
Kepergian Kaisar dan Dewi Zhang Li, membuat dirinya bisa bernapas dengan legah. Karena alam langit benar-benar melepaskan rakyat kota Zhen dari perjanjian 1.000 tahun lalu, juga anak tercintanya Liu Zha, sudah terlepas dari kutukkan setengah siluman dan manusia. Liu Ge, segera mengutus prajuritnya untuk menampung air dalam 10 gentong besar agar tidak kekurangan saat proses pelepasan kutukan setengah siluman ini. Setelah semuanya siap, seluruh rakyat kota Zhen berkumpul ditengah lapangan istana kota untuk menyembuhkan kutukan mereka. Sekaligus, merayakan lepasnya kaum siluman dari perjanjian 1.000 tahun yang sudah menyulitkan mereka.Belum saja, Liu Ge berbicara sepatah kata apapun. Seluruh rakyat kota Zhen malah ingin membalaskan dendam kepada Alam Langit, karena sudah membuat generasi baru menderita dan terkurung dalam kota. Liu Ge langsung menghentikan niat buruk mereka dan menjelaskan maksud dirinya mengutus para prajurit mengumpulkan mereka ditengah lapangan istana kota zhen, te
Hutan Meraire sudah tidak bisa menahan raja iblis lagi, karena kekuatan Dewa Pu Chai melemah.Akhirnya, Zhu Yi hanya berhasil memecahkan inti roh raja iblis menjadi tujuh bagian dengan kekuatan yang telah tercampur darahnya. Meskipun Zhu Yi gagal mengurung keenam inti roh lainnya, tapi setidaknya Zhu Yi berhasil mengurung inti roh ketujuh yang memiliki aura pembunuhan sangat kuat dan merupakan kekuatan inti raja iblis.Zhu Yi Melilit paksa Inti roh Raja Iblis ke-7 untuk memasuki Alam Ilusi Rasi Bintang Gugur. Ruang Hampa yang terletak pada dimensi bintang mati dengan massa tak terbatas ini. Sebenarnya, tidak dapat dijangkau oleh mahluk manapun. Bahkan, banyak Dewa ataupun siluman menganggap tempat ini hanya sebuah legenda kuno.Berusaha menyelamatkan dunia. Dirinya, dihampiri oleh utusan surgawi yang langsung membuka portal sebagai jalan pintas menuju alam ilusi rasi bintang gugur. Bahkan, ia dibekali rantai air mata bidadari yang tak pernah ada dalam sejarah manapun "Gunakan ini." S
Xai yang sudah aku utus seharian penuh untuk mengamati aktivitas Liu Zha lebih dekat. Akhirnya, membuat aku cukup mudah mendekati Liu Zha hingga mempercayaiku dan bermain bersamaku.Sedangkan, Pangeran ketiga dari kemarin mencoba berdiskusi tentang pembatas transparan yang dibuat oleh Zhu Yi. Bahkan, ia sengaja mengulur waktu dengan mengeluarkan seluruh pedangnya untuk mencobai pemabatas ini."Gadis manis, aku punya hadiah untukmu." Liu Zha langsung mendekat dan matanya berbinar ketika melihat gelang Lily Hitam. Ia langsung memintaku untuk memasangnya, tapi saat terpasang. Inti Roh Iblis Kelaparan bereaksi dan memberontak, tapi untung saja ada Xai yang membuat tabir pelindung hingga suara teriakkan Liu Zha tidak menarik perhatian siapapun."Keluarlah dari tubuh gadis ini, jangan terus membuat masalah raja iblis. Apakah kau tidak lelah? Selalu menindas yang lemah? Apakah kau tidak memiliki kemampuan untuk menindas yang kuat?" Ucap Zhang Li yang sengaja memancing."Hanya seorang gadis
Setelah keluar dari hutan, kami memutuskan untuk kembali ke kota Zhen. Pemandangan kota ini, jauh lebih indah daripada siang hari. Baru saja keluar dari perbatasan hutan, kami semua disambut pemimpin kota Zhen. Pemimpin kota Zhen yang sudah mengetahui kami akan turun gunung dari Xai, langsung menyambut kami dengan hangat.Mereka juga sudah mengatur sebuah paviliun megah nan mewah untuk kami semua singgah selama beberapa hari dalam kota Zhen yang sangat indah ini.“Perkenalkan, namaku Liu Ge dan istriku Cheng Mi yang berasal dari dunia manusia." Setelah memperkenalkan diri satu samalain, kami diberikan waktu untuk beristirahat.Malam telah tiba, kami semua diundang secara langsung oleh pemimpin kota Zhen untuk menikmati pesta sambutan yang dibuat secara khusus untuk kami semua "Nikmatilah acara ini," Ucap Liu Ge lalu menyuruh pengawal pribadinya untuk menutup pintu aula istana kota zhen.Acara dimulai dengan tarian pembuka-an dari klan siluman ular piton hijau yang sangat gemulai da
Tubuhnya yang terasa lemah hanya bisa membuat dirinya memandangi para dewa dan dewi yang nampak legah, karena Zhang Li sudah membuka kedua matanya "Apakah masih terasa sakit?" Tanya Dewi Tabib dan aku hanya bisa menggelengkan kepala, agar mereka tidak khawatir. Kaisar yang baru saja tiba bersama beberapa dayang, langsung sibuk mempersiapkan ramuan herbal terbaik untuk meningkatkan energi dan pertumbuhan bayiku. Sedangkan, para Dewa Dewi hanya bisa menatap haru perlakuan Kaisar terhadap Zhang Li yang sangat khawatir. “Kaisar, Nona Zhang Li sekarang sudah memasuki massa kehamilan 40 minggu. Jadi, normal saja kalau sering terjadi kontraksi palsu. Mengejutkannya lagi, anak Zhang Li merupakan bayi kembar." Zhang Li merasa bahagia, sekaligus sedih. Karena, anak kembar ini tidak disambut oleh Ayah mereka. Seandainya, disini ada Pangeran Pertama. Pasti kabar ini akan menyempurnakan kehidupan kami dengan membuat keluarga kecil. Apakah langit akan adil terhadap kedua bayi kecilku ini? Ap







