Home / Romansa / Alunan Cinta / 3. Pertemuan Pertama Adara dan Arya

Share

3. Pertemuan Pertama Adara dan Arya

Author: Theresia YS
last update Last Updated: 2021-03-22 18:16:20

Aduh!"

Saat refleks berbalik Adara tak sengaja menabrak seseorang yang lewat di belakangnya. Isi dari Tools Box yang orang itu bawa berserakan di lantai, botol oil sampling yang dia pegang pecah dan isinya mengenai seragam Adara dan seragam dirinya.

"Kalau jalan itu pakai mata bukan pakai dengkul! Dasar buta!"

Teriak seorang lelaki bertubuh tinggi dan kurus dengan tatapan mata yang tajam sehingga memancing keributan dan sorak nakal disekitar workshop. Adara segera memungut berkas yang ikut terjatuh, si Cecunguk itu mencoba membantu namun Adara menepis tangannya. Adara berdiri dan segera berlari menuju ruangan admin.

"Hei!"

Seru Cecunguk itu diantara gelak tawa dan siulan nakal dari para mekanik yang berada di workshop, namun Adara tak memperdulikannya. Adara terus berlari, Adara ingin segera pergi dari tatapan beberapa mekanik yang melihat kejadian memalukan yang baru saja terjadi. Adara menangis di dalam kamar mandi menumpahkan segala rasa yang ada, rasa marah, kesal, dan terutama malu. Setelah emosi mereda Adara keluar untuk membersihkan tangan dan seragam di wastafel.

"Oli hanya bisa dibersihkan dengan deterjen."

Cecunguk itu tiba-tiba muncul dan meletakkan satu bungkus deterjen berukuran kecil di dekat kran wastafel. Adara tak menghiraukan ucapannya, ia terus mengelap tumpahan oli yang muncrat mengenai seragam kerja yang ia pakai.

"Aku minta maaf, ya."

Ucapnya sambil berlalu pergi. Adara diam tak bereaksi namun ekor matanya terus mengikuti hingga bayangan Cecunguk itu sudah tak terlihat lagi, segera ia raih deterjen yang Cecunguk itu berikan untuk membersihkan noda oli yang menempel. Setelah selesai Adara segera melangkah untuk keluar namun sekali lagi ia tiba-tiba muncul di hadapan Adara tepat di depan pintu toilet.

"Sudah selesai kan, sini sabunku."

Cecunguk itu mengambil sabun deterjen yang ada di tangan Adara setelah itu ia melangkah menuruni anak tangga yang ada di samping toilet. Adara hanya terdiam melihat tingkah Cecunguk yang menyebalkan itu, setelah ia menghilang Adara bergegas menuju ruangan Pak Mondy untuk menyerahkan berkas padanya.

Saat keluar dari ruangan pak Mondy, mata Adara tak sengaja melihat ke arah seberang bangunan. Seorang pria kurus ceking yang ia tabrak tadi sedang berdiri dan menatap ke arahnya, Adara bergegas masuk ke ruangan admin karena malu dan takut.

"Kamu kenapa, Ra? Kayak habis ngeliat setan gitu." Aqilla menatap Adara heran.

"Nggak papa, La. Lagi apes aja hari ini," jawab Adara.

"Terus .... itu baju kamu kenapa kok basah gitu?"

"Ini waktunya kerja, bukan waktunya untuk cerita-ceritaan!"

Teguran Mbak Orien menghentikan obrolan mereka. Adara bingung dengan makhluk manis yang bernama Sabrina itu dia sebenarnya cantik, imut, dan memiliki senyum yang manis hanya saja jangankan untuk menyunggingkan sebuah senyuman menatap ke arah mereka judesnya nggak ketulungan.

Apalagi kalau memberikan tugas atau menyuruh menereka melakukan sesuatu ketusnya ampun-ampun dah. Tapi sikap yang demikian hanya berlaku pada mereka berdua, tidak dengan karyawan yang lainnya.

Pukul dua belas tepat saatnya seluruh karyawan beristirahat sejenak dari segala pekerjaan. Kantor sepi dari suara riuh keyword komputer yang saling sahut menyahut saat menginput laporan atau data yang lainnya, suara bising radio pun sepi dari teriakan karyawan yang melaporkan kejadian sesuatu atau meminta sesuatu.

Adara dan Aqilla menikmati makan siang di bawah meja kerja, ponsel di saku bergetar. Adara membuka sebuah pesan yang datang bukan dari nomor yang ada di kontaknya.

["Maaf ya, Ra."]

Belum sempat Adara memasukkan ponsel itu ke dalam saku seragam, pesan baru kembali masuk.

["Ntar malam aku boleh ke rumah nggak?'']

Adara memilih tak merespon pesan tersebut dan kembali menikmati makan siangnya.

"Kenapa, Ra?" Tanya Aqilla penuh keheranan melihat sikap Adara.

Adara menceritakan pada Aqilla drama memalukan yang baru saja terjadi, bukannya iba tapi Aqilla malah tertawa mendengarnya yang membuat Adara ingin melemparkan kursi ke wajah jahat Aqilla.

"Ampun, Ra Ampun ...." ucap Aqilla yang masih terkekeh.

"Hanz," ucapnya kemudian.

"What?" heran Adara.

"Iya, Hanz. Namanya Hanzel Manuru dia Mekanik di sini," jelas Aqilla.

"Kamu kayaknya hapal semua orang-orang di sini, La." Ucap Adara.

"Iya, donk. Aku kan dulu kerja di kantin sebagai waiters selain jagain dan menghidangkan makanan job lain ku yaitu mengamati semua karyawan," sahut Aqilla

"Hah. Ngamati gimana maksudnya and buat apa La kamu ngamatin mereka?'' tanya Adara heran.

"Aku ngamati yang mana ganteng yang mana nggak, yang mama duda yang mana beristri and yang mana masih single buat aku jadiin pacar donk," ucap Aqilla disertai tawa nakal.

"Terus udah dapat?" selidik Adara.

"Beluuuuum." Sahut Aqilla dan Kini giliran Adara yang tertawa mengejeknya.

"Kok bisa sih padahal kamu cantik begitu," tanya Adara setelah meredakan tawa.

"Heeem ... sebenarnya yang nembak banyak, cuma ... entah kenapa aku nggak bisa move on dari si es batu," jawab Aqilla.

"Jangan-jangan dia udah punya istri La, makanya dia cuek gitu sama kamu," ucap Adara.

"Kalau istri sih belum, tapi kalau pacar mungkin ada Ra makanya dia dingin begitu. Tapi no problem selama janur kuning belum melengkung aku maju teroosssss," ucap Aqilla penuh semangat.

"Haduh." Adara menepuk jidatnya yang tak bersalah sedikitpun.

"Eh, Ra. Jangan-jangan si Hanz suka sama kamu deh," ucap Aqilla kemudian.

"Apa? Idih ... bisa-bisanya nggak mungkin ah," sergah Adara.

"Awas hati-hati loh, Ra. Dari nggak mungkin bisa jadi mungkin."

Adara hanya menggeleng malas mendengar ucapan Aqilla. Setelah menikmati makan siang mereka pun kembali melanjutkan pekerjaan masing-masing. Hinga waktu pulang pun tiba, mereka bergegas meninggalkan ruangan dan menaiki bis yang akan mengantarkan mereka menuju ke Mes karyawan yang berada di kampung Kem Baru, disitulah pusat antar jemput karyawan perusahaan.

Untuk makan mereka di tanggung oleh perusahaan tiga kali sehari, sarapan dan makan malam sudah disediakan di kantin perusahaan yang berada di dalam mes. Jadi sebelum berangkat dan setelah pulang kerja mereka pasti mampir ke mes untuk mengambil jatah makan.

Saat pulang kerja Adara jarang makan di kantin perusahaan seperti yang lainnya, ia hanya membungkus dan membawa pulang makanannya. Karena setelah pulang kerja ia harus melakukan drama mengangkut air.

Pukul delapan malam, tubuh Adara masih berbaring lelah di kasur. Perut sudah perih meminta diisi namun rasa lelah membuatnya tak sanggup untuk berdiri, jatah makan dari kantin masih tertata rapi di dalam kotak makan karena ia langsung mengangkut air untuk mencuci pakaian dan mandi.

Suara ketukan pintu kosan mengagetkan mata Adara yang hampir terlelap, dengan malas ia berjalan menuju pintu untuk menghentikan suara ketukan itu. Adara terkejut dan tak tahu harus berkata apa ketika ia membuka pintu Cecunguk itu sudah berdiri di balik pintu yang ia buka.


Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Alunan Cinta   18. Benih Cinta Di Hati Adara

    "Hai Ra," sapa Irwan ketika bertemu Adara di depan warung Acil."Hai, Wan." Adara berjalan berdampingan dengan Irwan menuju parkiran bis karyawan."Ntar malam aku boleh main ke kos ngga Ra?" Tanya Irwan."Boleh kok Wan," sahut Adara."Oke, ntar malam aku ke rumah ya," ucap Irwan senang, Adara mengangguk.Tiinnn Tiiinnntt.Sebuah LV putih berhenti di depan Adara dan Irwan, Arya melongok dari kaca. "Dek, naik.""Wan, sorry aku duluan ya," pamit Adara pada Irwan."Iya Ra duluan aja," ucap Irwan raut kecewa tersemat diwajahnya.Adara melambai pada Irwan sesaat, LV putih milik Arya melaju meninggalkan Irwan yang menatap kepergian mobil itu dengan tatapan kecewa."Centil amat dek, pakai lambai-lambai segala kayak pohon kelapa," sindir Arya."Ihh Abang, pagi-pagi udah sewot kayak nenek-nenek," sahut Adara."Eh, Bang. Mampir kantin dulu adek mau ambil sarapan," teriak Adara ketika mobil Arya melewati mes PT. BIMA.

  • Alunan Cinta   17. Gigi Kelinci dan Tamu Tengah Malam

    Setengah berlari Adara membuka pintu kosan sosok Irwan sudah ada di sana."Irwan," kejut Adara karena yang datang ternyata Irwan bukan Hanz."Hai Ra, sibuk nggak." Irwan tersenyum manis pada Adara."Nggak sih lagi nunggu teman aja. Yuk duduk," ajak Adara."Hm, sorry deh. Kalau gitu aku bentar aja kok Ra," sahut Irwan yang masih berdiri. "Aku cuma mau ngasih ini aja ke kamu." Lanjut Irwan seraya memberikan sebuah cokelat pada Adara."Untuk apa? Perasaan aku belum ulang tahun deh, valentine juga udah lewat." Adara menatap Irwan bingung."Anggap aja sebagai hadiah perkenalan," ucap Irwan tulus."Makasih ya, Wan." Adara menyambutnya dengan senang."Semoga suka, Ra. Ya udah aku pamit dulu ya," pamit Irwan."Pasti, bye Wan." Adara melambai pada Irwan, selepas Irwan pergi mobil Arya berhenti di depan kosan."Waduh abang Arya, Hanz kamu lelet banget sih kayak cewek kok belum muncul-muncul," batin Adara kesal."Malam Ade

  • Alunan Cinta   16. Kebohongan Fanny

    "Jadi kamu udah jadian ama Raffa, La." Girang Adara setelah mendengar cerita dari Aqilla, Aqilla mengangguk."Wah selamat ya." Adara memeluk Aqilla."Makasih, Ra. Terus kamu kapan jadian sama Hanz?" Tanya Aqilla, Adara cemberut."Loh, kok malah cemberut?" Selidik Aqilla, Adara pun menceritakan yang telah terjadi."Hmm, Hanz anak yang baik sebenarnya Ra. Sifatnya yang cuek, urakan dan cool serta blak-blakan menjadi daya tarik sendiri baginya sehingga banyak membuat wanita di sini tergila-gila padanya namun untuk pacar aku belum pernah melihatnya secara langsung selain Fanny. Tapi bukan kah mereka udah putus?" Ucap Aqilla."Entahlah, aku tak tahu, La." Adara mengangkat kedua bahunya."Iya, mereka udah putus karena Fanny yang selingkuh," ucap Aqilla."Oh, ya. Kamu tahu banyak tentang Hanz rupanya, La." Adara sedikit terkejut."Iya, karena Hanz pernah datang padaku lalu aku menemaninya dan mendengar semua keluh kesahnya semalaman dan kamu

  • Alunan Cinta   15. Kisah Aqilla dan Raffa

    POV Aqilla.Namaku Nur Aqilla, aku hanyalah gadis biasa yang tinggal di salah satu kampung kecil di Kutai Barat. Wajah oriental dan manis yang ku miliki tak semanis dengan jalan hidup yang harus aku jalani.Aku jatuh cinta dengan seorang pemuda bernama Ardika di kampungku ia anak seorang pengusaha kuliner yang cukup terkenal, resto yang orang tuanya miliki berjajar rapi dari jalan poros Kutai Barat hingga Balikpapan.Walau orang tuanya menentang karena aku hanyalah anak seorang petani biasa dan aku hanya bekerja pada salah satu pom bensin di kampungku, aku dan Ardi tetap nekat merajut cinta secara diam-diam.Ketulusan yang ku berikan pada Ardi ternyata di balas dengan sandiwara yang cukup menyakitkan, ia tak pernah mencintaiku. Madu yang telah ku berikan padanya ia tukar dengan racun yang sungguh mematikan.Ardi mengejar-ngejarku hanya karena nafsu ingin mendapatkan seorang kembang desa sepertiku setelah ia menghisap putik sari dariku ia beralih k

  • Alunan Cinta   14. Arya Mahardika

    Adara dan Arya sedang duduk di atas kap mobil sambil memandang ibukota di tengah hutan. Suasana sunyi, sepi dan diam tanpa kata meliputi mereka berdua.Adara bingung dengan sikap Arya yang diam seribu bahasa, raut kegusaran tergambar jelas diwajah Arya."Bang, Abang bawa adek kesini cuma untuk main patung-patungan. Dieeeem gitu," Adara berusaha memecah kesunyian."Sorry, abang lagi badmood," lirih Arya pelan."Why?" Adara menatap wajah sendu Arya yang disinari cahaya rembulan.Berwajah arab yang sedikit tirus, mata berwarna coklat, bibir bawah yang terbelah di tengah, hidung yang mancung, kulit kecoklatan membuat Adara terpesona sesaat."Sadar, Ra. Arya udah punya istri." batin Adara.Tiba-tiba Arya memeluk Adara. "Dek, peluk abang sebentar aja, abang butuh pelukan biar hati abang tenang.""Abang kenapa?" Adara semakin bingung dibuatnya."Abang lagi down saat ini, Dek." Arya semakin erat memeluk Adara.Adara tak mengerti da

  • Alunan Cinta   13. Danau Cinta

    Pukul dua belas siang Adara mematikan komputer dengan semangat, bersenandung ria melangkah turun ke bawah. Ia meniti anak tangga dengan hati riang ketika sampai di anak tangga yang terakhir tiba-tiba ada awan mendung yang menghalangi langkahnya. Awan mendung itu adalah Hanz.''Mau kemana, Ra?" Tanya Hanz."Emangnya harus lapor ya kalo aku mau pergi?" jawab Adara asal."Ra, please. Kamu masih marah ya ama aku?" Hanz mengiba pada Adara"Hmm, marah sih nggak. Cuma aku nggak mau lagi berurusan ama kamu," ucap Adara tenang."Kalo kamu nggak marah kenapa sikap kamu begini?" Tanya Hanz."Nggak papa, aku nggak enak aja sama Fanny. Sorry Hanz aku mau pergi dulu, udah ditunggu."Adara melangkah pergi meninggalkan Hanz di dekat tangga dan mempercepat langkahnya ke arah belakang workshop. Ada LV putih milik Arya disana."Hai, Ra. Yuk, masuk." Arya menyapa dari balik kaca mobil yang terbuka dan mengajak Adara untuk masuk.Ketika Adara membuka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status