Share

4. Pertemuan Kedua Adara dan Arya

Makan di luar yuk."

Tanpa menunggu jawaban Hanz langsung menarik tangan Adara, dengan buru-buru kaki Adara menarik sandal dan memakainya.

"Pintu ...."

"Nggak papa di sini aman, palingan kamu juga nggak punya barang berharga di sana," ucapnya memotong.

Adara pasrah menaiki motor Satria FU  berwarna biru milik Hanz, tak lama mereka tiba di depan sebuah warung sederhana yang berada tak jauh dari kosan Adara.

"Ya, ampun. Jalan kaki aja udah bisa nyampai kali, cuma beberapa langkah aja dari kosan," celetuk  Adara.

"Harusnya kamu bersyukur Ndut, jarang-jarang ada yang bisa naik motor keren itu," ucap Hanz.

"Ndut?'' Kedua alis Adara terangkat.

"Iya, emang kamu mau dipanggil kurus? Nggak cocok. Apalagi seksi." Hanz tertawa menatap Adara.

Adara hanya tersenyum tipis mendengarnya, hal semacam ini sudah biasa terngiang di telinganya karena tubuhnya yang lumayan berisi. Tawa Hanz seketika langsung berhenti melihat reaksi Adara.

"Santai, udah biasa kali," ucap Adara.

"Bude, lalapan ayam satu. Kamu apa Ndut?" tanya Hanz.

"Lalapan Telur satu, Bude," ucap Adara pada Bude pemilik warung.

"Eh, kamu udah tahu kan namaku?" ucap Hanz lagi.

"Udah," jawab Adara singkat.

"Cie ... tahu darimana? Pasti kamu stalking aku ya? Wah diam-diam kamu ngefans juga sama aku," ucap Hanz.

"Dari seragam kamu b*go! Selain itu kamu lupa kalau aku juga megang data karyawan di kantor jangan kan kamu semua mekanik aku hapal namanya," jawab Adara sedikit berbohong padahal ia belum hapal nama mekanik yang ada di workshop apalagi karyawan lainnya.

"Oh iya. Ya," ucap Hanz percaya.

"Terus kamu ngapain nyulik aku begini, hayo ngerasa bersalah ya ... terus ngajak aku makan malam buat minta maaf," ucap Adara.

"Aiihh ... coba pura-pura nggak tahu Ndut, aku kan jadi malu," ucap Hanz.

"Lebih malu mana sama disorakin orang-orang di workshop?" tanya Adara.

"Iya deh maaf ya, Ndut. Aku cuma iseng aja mau ngagetin kamu tapi aku nggak tahu kalau  ada Cecunguk itu di belakang kamu, habisnya dia tiba-tiba muncul," jawab Hanz.

"Padahal kamu yang Cecunguknya," batin Adara.

"Yuk, ah makan. Pantas kamu Ndut hobinya makan telor."

Ucap Hanz kemudian, Adara hanya membulatkan matanya ke arah Hanz lalu menikmati lalapan telur kesukaannnya itu. Selesai menghabiskan makan malam, Hanz mengantar Adara kembali ke kos.

"Makasih ya, Ndut."

Belum sempat Adara menjawabnya dia sudah menarik gas motor dan berlalu pergi dari hadapan Adara.

"Dasar Cecunguk," umpat Adara dalam hati.

Saat melangkah menuju kamar kosan Adara terkejut melihat pintunya sudah tertutup rapat, belum terjawab rasa terkejutnya tiba-tiba seseorang keluar dari kamar yang berada tepat di sebelah kamar Adara.

"Lain kali kalau keluar pintunya jangan dibiarkan terbuka," ucapnya.

"Iya," jawab Adara singkat.

"Kamu baru ya, darimana?" tanya pria itu.

"Iya, dari Tenggarong," jawab Adara.

"Kenalin aku Panca." Pria itu mengulurkan tangannya ke arah Adara.

"Adara." Adara menyambut uluran tangannya.

Tak terasa satu jam lebih mereka berdua berbincang di depan kosan. Namanya Panca seorang pria dari tanah Jawa, ia baru datang dari cuti makanya selama ini Adara tak pernah melihatnya. Adara masuk ke kamar kosan dan merebahkan diri di kasur kapuk sederhana miliknya, mata  hampir terlelap, sebuah pesan muncul di layar HP.

["Ra?"]

"Haduh, dasar Cecunguk," gumam Adara.

Adara meletakkan kembali benda pipih itu karena matanya sudah tak bisa di ajak kompromi, Adara terlelap hingga pukul empat tiga puluh dini hari. Ia terbangun karena suara alarm yang terus berdering.

Adara pun kembali melakukan rutinitas seperti bisanya, melangkah dengan semangat menuju parkiran mes. Mampir sarapan di kantin sebelum berangkat bekerja.

"Pagi Mbak Adara." Seorang waiters menyambut dan menyapa Adara dengan ramah.

"Mbak taruh di sini aja, biar sarapan di kantor."

Adara menyerahkan kotak makan kepada waiters untuk diisi karena semua meja makan  sudah ada penghuninya, sebenarnya masih ada celah kursi kosong tapi ia malu harus berdesakan duduk diantara kaum Adam itu.

Ada satu meja yang berisikan kaum hawa tapi Adara pun belum akrab dengan admin wanita dari departemen yang lain, terlebih di sana ada Mbak Orien.

"Ini mbak."

Waiters itu menyodorkan kembali kotak makan itu kepada Adara.

"Terima kasih mbak," ucap Adara seraya berbalik arah.

Brug.

Saat berbalik lagi-lagi Adara menabrak orang yang sama dengan yang ia tabrak kemarin tapi kali ini isi kotak makannya yang berhamburan di lantai. Ia  segera turun dan membersihkan makanan yang berhamburan, seorang waiters lainnya dengan sigap datang dan membersihkannya.

"Sudah mbak, biar saya yang membersihkannya."

Adara segera berdiri dan berlalu pergi meninggalkan beberapa pasang mata yang menatap ke arah mereka. Ia berdiri di halte bis karyawan menanti jemputan.

"Morning, Ra!" seru Aqilla penuh ceria.

"Pagi, La," jawab Adara malas.

"Herman deh, lemas mulu kalau disapa," protes Aqilla.

Adara hanya menatap malas padanya, moodnya masih belum sempurna untuk melupakan kejadian barusan. Tak lama bis jemputan sudah tiba di depan mereka berdua, ia segera berdiri dan bersiap menunggu giliran untuk naik.

Saat kaki kanannya sudah menapak di tangga bis tiba-tiba seseorang memegang tangannya dan meletakkan kotak makan, lelaki cungkring yang ia tabrak dua kali itu meletakkannya lalu bergegas masuk ke dalam sebuah mobil LV putih di belakang bis karyawan.

Adara termangu memandangi kotak makan yang tak sama dengan yang ia miliki.

"Wooi Neng, cepetan!"

Teguran seseorang  yang ada di belakang membuat Adara buru-buru naik dan segera duduk disamping Aqilla. Ia  membuka tutup kotak makanan itu isinya sama dengan yang ia ambil tadi pagi.

"Siapa, Ra? Gebetan baru, ya?'' kepo Aqilla.

"Bukan," jawab Adara.

"Alaaahh ... diam-diam ternyata banyak fansnya nih," goda Aqilla.

"Itu cowok yang aku tabrak kemarin dan sialnya hari ini ketabrak lagi, La." ucap Adara.

"Aiihh ... kamu sengaja kali, Ra." Aqilla tertawa sementara Adara hanya bisa memasang wajah cemberut.

"Sumpret kamu, La," kesal Adara.

"Lha itu kok bisa pagi-pagi udah romantisan ala drama Korea depan pintu bis," ucap Aqilla.

"Kemarin isi tools box dia yang terhambur keluar, hari ini isi kotak makan ku yang terhambur, La. Paham!" jawab Adara gemes.

"Eh, besok-besok kamu tabrak  lagi deh, serius." ucap Aqilla.

"For what?" Adara bingung dengan ucapan Aqilla.

"Siapa tahu tabrakan berikutnya cinta kalian yang terhambur keluar," goda Aqilla.

"Sumpret kamu, La." Adara mengetuk jidat Aqilla yang jenong dengan kotak makan.

Aqilla meringis nakal, Adara memasang earphone di telinganya dan melindungi telinga itu dari ocehan nakal Aqilla dengan lagu-lagu Abang Ari Lasso dan Judika.

Adara membuka kotak makan yang diberikan oleh si Cungkring tadi  saat ia sudah tiba di Office Plant dan melahap isinya sebelum memulai aktivitas kerja, kotak makan berbentuk love berwarna silver.

"Bentuknya lucu." batin Adara.


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status