Share

2. Cecunguk Itu

Sebagai anak seorang tukang bangunan Adara sudah terbiasa hidup susah. Jadi, apa pun keadaannya sekarang ia sudah terbiasa walaupun letih yang mendera cukup berat. Saat pulang kerja jangan kalian pikir Adara akan  langsung mandi dan menikmati makan malam serta tidur dengan nyenyak. Tidak, tidak seindah itu kawan.

Saat pulang kerja Adara harus membawa dua derigen yang berukuran tiga puluh liter  ke sebuah terminal kran air bersih yang sudah disediakan oleh perusahaan untuk masyarakat, karena di kampung ini belum tersedia air PAM dan air sumur yang ada pun cenderung berwarna hitam atau oren serta berbau. Satu derijen untuk mandi malam ini dan satunya lagi untuk besok subuh.

Listrik pun hanya menyala dari jam enam sore sampai jam enam pagi, jangan membuka mulut terlalu besar karena keheranan kawan. Beginilah nasib bekerja di dunia tambang jika berada di site atau lokasi yang berada di pelosok pedalaman.

Adara membuka mata dengan berat dan malas, pikirannya ingin segera bangun dan bersiap berangkat kerja namun raga bertolak belakang. Tubuh Adara rasanya remuk redam, sudah seminggu ia di sini dan seminggu pula ia menjalani aktivitas mengangkat derijen demi mendapatkan air bersih.

Adara menggerakan seluruh raganya, bergerak semampunya untuk menyiapkan diri sebelum berangkat bekerja.

"Pagi, La."

Sapa Adara pada Aqilla yang lewat depan kosan, Adara mensejajarkan kakinya untuk mengejar langkah Aqilla. Mereka pun berangkat bersama menuju parkiran bis karyawan.

Mereka memang memilih untuk berjalan kaki karena jarak yang tak terlalu jauh selain itu bila mereka memakai sepeda motor maka mata mereka tak puas memandangi wajah karyawan  laki-laki yang berseliweran di jalanan ketika jam berangkat dan pulang kerja.

Mereka sudah berdiri di depan halte bersama karyawan lainnya, tak lama kemudian bis yang mereka nanti pun tiba. Mereka masih berdiri menunggu karyawan yang shift malam turun, setelah semuanya turun barulah mereka yang shift siang berangkat.

Karyawan terakhir sudah turun namun ada yang aneh, wajahnya yang pucat dan matanya yang menghitam karena begadang semalaman tiba-tiba menampakkan ekspresi yang sangat aneh saat menatap Aqilla. Adara bisa menyaksikannya karena Aqilla berdiri tepat didepannya.

"Kenapa? Kangen ya, sama aku?"

Bisik Aqilla di dekat lelaki yang memiliki name tag bertuliskan Muhammad Raffani, bisikan itu disambut dengan mata yang membesar oleh lelaki tersebut ia menatap kesal pada Aqilla lalu setelah itu bergegas pergi dan menghilang di antara jejeran karyawan yang berjalan pulang ke mes. Sementara Aqilla tersenyum nakal lalu menaiki bis.

"Siapa sih? Kok kayaknya kesal banget ngeliat muka kamu, La," jiwa penasaran Adara mulai meronta.

"Namanya Raffa si es batu," Aqilla terkekeh.

"What?" bingung Adara.

"Dia Raffa Operator HT ( HaulTruck ) kamu tahu kan Ra kalau aku cantik, tentu banyak yang suka godain aku tapi cuma si Raffa yang nggak pernah ngegoda aku bahkan dia sangat cuek dan dingin ama aku. Makanya aku calling dia es batu udah dingin keras lagi, dan tentunya malah aku yang  suka godain dia," ucap Aqilla sembari menampakkan senyum nakalnya.

"Es batu kan suatu saat bisa mencair, La," jawab Adara.

"That's right, Ra. Makanya dia aku calling demikian karena aku yakin suatu saat nanti si es batu itu pasti  mencair dan luluh nantinya," ucap Aqilla.

"Amin ...." ucap Adara yang ikut diamini oleh Aqilla.

Tiga puluh menit berlalu akhirnya mereka sudah tiba di depan Workshop, setelah turun dari bis mereka kembali meniti anak tangga untuk naik ke tingkat kedua. Adara berjalan perlahan sambil bergosip ria dengan Aqilla sementara Mbak Orien berjalan dengan kecepatan lumayan kencang berjalan di depan mereka.

Saat asyik berbincang tiba-tiba ada siulan nakal yang menggoda mereka, Adara menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari Haul Truck yang sedang di service di dekat ruangannya.

Seorang pria berkulit putih yang sedikit terbakar oleh sengatan matahari, dengan postur tubuh yang sangat bagus untuk dijadikan bahan memperbaiki keturunan yang pendek seperti Adara, sedang duduk dengan posisi jongkok di luar cabin Haul  sambil menebarkan senyum yang menggoda ke arah  Adara.

"Rambut panjang jangan sampai lepas!" teriaknya.

Langkah Adara terhenti sesaat sebelum memasuki ruang admin dan ia sempat membulatkan matanya sambil memberikan sebuah kepalan tangan ke arah pria itu lalu menutup pintu admin rapat-rapat.

Baru sepuluh menit Adara memainkan jari di atas keyword komputer pria itu tiba-tiba muncul dan duduk disampingnya.

"Hai, rambut panjang. Baru ya?'' godanya.

Adara hanya mengangguk kesal dan berusaha fokus pada data yang ia input.

"Eh, pinjam Hpnya bentar dong. Please," pintanya

"Untuk apa?" ketus Adara.

"Aku lupa naruh HP  dimana, tolong dong urgent nih. Aku harus nelepon pak Rahmat sekarang," ucapnya memelas.

"Nih." Adara  menyodorkan dengan malas sebuah Hp padanya, pria itu menyambutnya dengan senang sambil mengetik sebuah kontak lalu meneleponnya. Tiba-tiba terdengar nada dering dari saku bajunya berbunyi. Dengan cepat ia meletakkan HP Adara di meja lalu berpindah ke meja mbak Orien.

"What?! Asem!" Umpat Adara dengan nada rendah agar tak didengar oleh siapapun sambil menatap tajam padanya.

Pria itu hanya terkekeh, mata kirinya mengedip nakal ke arah Adara.

"Makasih nomornya, ya. Jangan lupa di save nomor ku," ucapnya.

Adara menatap tajam ke arah pria itu ingin rasanya ia terkam dan ia cabik-cabik wajah gantengnya itu. Kedatangan pak Mondy yang tiba-tiba ke dalam ruangan admin meredam emosi Adara pada sosok  menyebalkan yang ada di samping Mbak Orien.

"Halo ... anak-anakku, gimana kabar pagi ini sehat?"

"Sehat Pak," mereka serempak menjawab.

"Eh, kamu ngapain ikutan jawab. Terus, kamu ngapain nangkring di mari," Tegur pak Mondy pada cecunguk yang ada di samping Mbak Orien.

"He ... he ... anu Pak-"

"Anu ... anu ... anu apa?" potong Pak Mondy.

"Anu ... ini Pak mau minta form cuti sama Mbak Orien," jawab cecunguk itu.

"Hem ... hem... alasan, paling kamu mau godain anak baru Bapak yang dua ini." Ucap Pak Mondy sambil menggelengkan kepalanya.

"Hehe. Kok tahu, Pak." Ucap cecunguk itu sambil berlari keluar ruangan.

"Hai, Adara. Anak bapak yang cantik kalau nggak sibuk tolong antar berkas ini ke seberang ya. Suruh Pak Mardi tanda tangan di sini setelah itu, bawa kembali ke ruangan Bapak ya," perintah Pak Mondy.

"Baik Pak," jawab Adara bersemangat.

Adara bergegas pergi ke tempat yang dimaksud oleh Pak Mondy, setelah selesai melaksanakan tugas yang diberikan ia kembali lagi ke ruangan admin yang berada di seberang.

"Hayo!" Cecunguk yang menggodanya tadi tiba-tiba muncul dihadapannya secara tiba-tiba.

Adara terkejut dengan kemunculannya yang tiba-tiba saat berada ditengah- tengah workshop, Adara refleks berbalik untuk menghindarnya namun hal itu justru menimbulkan masalah baru bagi Adara.


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status