POV Aqilla.
Namaku Nur Aqilla, aku hanyalah gadis biasa yang tinggal di salah satu kampung kecil di Kutai Barat. Wajah oriental dan manis yang ku miliki tak semanis dengan jalan hidup yang harus aku jalani.
Aku jatuh cinta dengan seorang pemuda bernama Ardika di kampungku ia anak seorang pengusaha kuliner yang cukup terkenal, resto yang orang tuanya miliki berjajar rapi dari jalan poros Kutai Barat hingga Balikpapan.
Walau orang tuanya menentang karena aku hanyalah anak seorang petani biasa dan aku hanya bekerja pada salah satu pom bensin di kampungku, aku dan Ardi tetap nekat merajut cinta secara diam-diam.
Ketulusan yang ku berikan pada Ardi ternyata di balas dengan sandiwara yang cukup menyakitkan, ia tak pernah mencintaiku. Madu yang telah ku berikan padanya ia tukar dengan racun yang sungguh mematikan.
Ardi mengejar-ngejarku hanya karena nafsu ingin mendapatkan seorang kembang desa sepertiku setelah ia menghisap putik sari dariku ia beralih k
"Jadi kamu udah jadian ama Raffa, La." Girang Adara setelah mendengar cerita dari Aqilla, Aqilla mengangguk."Wah selamat ya." Adara memeluk Aqilla."Makasih, Ra. Terus kamu kapan jadian sama Hanz?" Tanya Aqilla, Adara cemberut."Loh, kok malah cemberut?" Selidik Aqilla, Adara pun menceritakan yang telah terjadi."Hmm, Hanz anak yang baik sebenarnya Ra. Sifatnya yang cuek, urakan dan cool serta blak-blakan menjadi daya tarik sendiri baginya sehingga banyak membuat wanita di sini tergila-gila padanya namun untuk pacar aku belum pernah melihatnya secara langsung selain Fanny. Tapi bukan kah mereka udah putus?" Ucap Aqilla."Entahlah, aku tak tahu, La." Adara mengangkat kedua bahunya."Iya, mereka udah putus karena Fanny yang selingkuh," ucap Aqilla."Oh, ya. Kamu tahu banyak tentang Hanz rupanya, La." Adara sedikit terkejut."Iya, karena Hanz pernah datang padaku lalu aku menemaninya dan mendengar semua keluh kesahnya semalaman dan kamu
Setengah berlari Adara membuka pintu kosan sosok Irwan sudah ada di sana."Irwan," kejut Adara karena yang datang ternyata Irwan bukan Hanz."Hai Ra, sibuk nggak." Irwan tersenyum manis pada Adara."Nggak sih lagi nunggu teman aja. Yuk duduk," ajak Adara."Hm, sorry deh. Kalau gitu aku bentar aja kok Ra," sahut Irwan yang masih berdiri. "Aku cuma mau ngasih ini aja ke kamu." Lanjut Irwan seraya memberikan sebuah cokelat pada Adara."Untuk apa? Perasaan aku belum ulang tahun deh, valentine juga udah lewat." Adara menatap Irwan bingung."Anggap aja sebagai hadiah perkenalan," ucap Irwan tulus."Makasih ya, Wan." Adara menyambutnya dengan senang."Semoga suka, Ra. Ya udah aku pamit dulu ya," pamit Irwan."Pasti, bye Wan." Adara melambai pada Irwan, selepas Irwan pergi mobil Arya berhenti di depan kosan."Waduh abang Arya, Hanz kamu lelet banget sih kayak cewek kok belum muncul-muncul," batin Adara kesal."Malam Ade
"Hai Ra," sapa Irwan ketika bertemu Adara di depan warung Acil."Hai, Wan." Adara berjalan berdampingan dengan Irwan menuju parkiran bis karyawan."Ntar malam aku boleh main ke kos ngga Ra?" Tanya Irwan."Boleh kok Wan," sahut Adara."Oke, ntar malam aku ke rumah ya," ucap Irwan senang, Adara mengangguk.Tiinnn Tiiinnntt.Sebuah LV putih berhenti di depan Adara dan Irwan, Arya melongok dari kaca. "Dek, naik.""Wan, sorry aku duluan ya," pamit Adara pada Irwan."Iya Ra duluan aja," ucap Irwan raut kecewa tersemat diwajahnya.Adara melambai pada Irwan sesaat, LV putih milik Arya melaju meninggalkan Irwan yang menatap kepergian mobil itu dengan tatapan kecewa."Centil amat dek, pakai lambai-lambai segala kayak pohon kelapa," sindir Arya."Ihh Abang, pagi-pagi udah sewot kayak nenek-nenek," sahut Adara."Eh, Bang. Mampir kantin dulu adek mau ambil sarapan," teriak Adara ketika mobil Arya melewati mes PT. BIMA.
Suara riuh dari Workshop PT. BIMA membahana menyambut kedatangan Adara dan Aqilla bahkan suara riuh itu mampu mengalahkan deru suara mesin Haul Truck yang sedang di uji coba.Hari ini adalah hari pertama Adara bekerja, namun ia tak menyangka bila ia harus bekerja di lingkungan kaum Adam yang mempesona tepatnya Workshop, dimana ratusan mekanik berkumpul di situ.Entahlah ... apakah Adara harus bersyukur atau harus menangis dengan kenyataan yang ada sekarang? Di satu sisi ia sangat bahagia dan merasa beruntung bekerja dilingkungan yang dipenuhi lelaki tampan, siapa tahu ada salah satu dari mereka yang bisa mencoret wajah Faris dari ingatannya. Tapi di satu sisi ia merasa takut, takut kalau mereka tak bisa menerimanya dan hanya memanfaatkan ia saja sama halnya seperti Faris.Adara dan Aqilla melangkahkan kedua kakinya dengan tenang menaiki tangga menuju lantai kedua, melewati ruangan pertama yang merupakan toilet dan masuk ke ruangan yang kedua. Di ruangan itu m
Sebagai anak seorang tukang bangunan Adara sudah terbiasa hidup susah. Jadi, apa pun keadaannya sekarang ia sudah terbiasa walaupun letih yang mendera cukup berat. Saat pulang kerja jangan kalian pikir Adara akan langsung mandi dan menikmati makan malam serta tidur dengan nyenyak. Tidak, tidak seindah itu kawan.Saat pulang kerja Adara harus membawa dua derigen yang berukuran tiga puluh liter ke sebuah terminal kran air bersih yang sudah disediakan oleh perusahaan untuk masyarakat, karena di kampung ini belum tersedia air PAM dan air sumur yang ada pun cenderung berwarna hitam atau oren serta berbau. Satu derijen untuk mandi malam ini dan satunya lagi untuk besok subuh.Listrik pun hanya menyala dari jam enam sore sampai jam enam pagi, jangan membuka mulut terlalu besar karena keheranan kawan. Beginilah nasib bekerja di dunia tambang jika berada di site atau lokasi yang berada di pelosok pedalaman.Adara membuka mata dengan berat dan malas, pikirannya i
Aduh!"Saat refleks berbalik Adara tak sengaja menabrak seseorang yang lewat di belakangnya. Isi dari Tools Box yang orang itu bawa berserakan di lantai, botol oil sampling yang dia pegang pecah dan isinya mengenai seragam Adara dan seragam dirinya."Kalau jalan itu pakai mata bukan pakai dengkul! Dasar buta!"Teriak seorang lelaki bertubuh tinggi dan kurus dengan tatapan mata yang tajam sehingga memancing keributan dan sorak nakal disekitar workshop. Adara segera memungut berkas yang ikut terjatuh, si Cecunguk itu mencoba membantu namun Adara menepis tangannya. Adara berdiri dan segera berlari menuju ruangan admin."Hei!"Seru Cecunguk itu diantara gelak tawa dan siulan nakal dari para mekanik yang berada di workshop, namun Adara tak memperdulikannya. Adara terus berlari, Adara ingin segera pergi dari tatapan beberapa mekanik yang melihat kejadian memalukan yang baru saja terjadi. Adara menangis di dalam kamar mandi menumpahkan segala rasa yang ada, ra
Makan di luar yuk."Tanpa menunggu jawaban Hanz langsung menarik tangan Adara, dengan buru-buru kaki Adara menarik sandal dan memakainya."Pintu ....""Nggak papa di sini aman, palingan kamu juga nggak punya barang berharga di sana," ucapnya memotong.Adara pasrah menaiki motor Satria FU berwarna biru milik Hanz, tak lama mereka tiba di depan sebuah warung sederhana yang berada tak jauh dari kosan Adara."Ya, ampun. Jalan kaki aja udah bisa nyampai kali, cuma beberapa langkah aja dari kosan," celetuk Adara."Harusnya kamu bersyukur Ndut, jarang-jarang ada yang bisa naik motor keren itu," ucap Hanz."Ndut?'' Kedua alis Adara terangkat."Iya, emang kamu mau dipanggil kurus? Nggak cocok. Apalagi seksi." Hanz tertawa menatap Adara.Adara hanya tersenyum tipis mendengarnya, hal semacam ini sudah biasa terngiang di telinganya karena tubuhnya yang lumayan berisi. Tawa Hanz seketika langsung berhenti melihat reaksi Adara.
["Sudah sarapan, Ra?"]Sebuah pesan masuk ketika Adara selesai sarapan.["Sudah."] send["Maaf ya, Ra."] reply.["Kamu nggak capek apa minta maaf mulu, udah aku maafin keles dari kemarin-kemarin."]send.["Makasih."] reply."Apa-apaan sih Cecunguk itu, kurang kerjaan akut kayaknya," gerutu kecil Adara.Segerombolan mekanik tiba-tiba masuk ke dalam ruangan. Beberapa menghampiri meja Aqilla dan sebagian menghampiri meja Adara."Aduh, ada bidadari baru nih. Nggak tanggung-tanggung dua lagi, enak nih bisa cuci mata," ucap seorang mekanik."Namanya siapa, Neng?" ucapnya lagi.Adara menjawabnya dengan menunjukkan name tag yang ada di saku bajunya."Oh ... Adara ... kenalin, Randy," ucapnya.Satu per satu mekanik itu memperkenalkan diri dan menyapa mereka, hanya satu orang yang tidak menyapa mereka. Dia sibuk berbincang dengan Mbak Orien, dari gelagat yang terlihat sepertinya mereka mempunyai hubungan yang spesial