Wening tidak menyangka jika kehidupan akan berbalik arah, rumah tangga yang selama ini ia jaga harus kandas karena orang ketiga. Dan kini saat ia ingin membuka lembaran baru bersama dengan anaknya, ternyata Allah kirimkan seseorang hadir tanpa di harapkan, terlebih wanita yang sudah melahirkannya begitu baik dan menerima dirinya dan anak yang ia bawa dari pernikahan sebelumnya."Kamu tahu kenapa mama cuma diam, sejak tadi?" tanya Vitoria, bibirnya tertarik keatas melihat gelengan kepala Wening."Karena mama terkejut, wanita yang berhasil menarik hati anakku adalah kamu. Apa kamu lupa kalau kamu adalah orang yang sudah menyelamatkan Mama waktu itu," ujar Vitoria. Wening menolah memperhatikan wajah cantik di sampingnya. "Mana mungkin?""Apanya yang mana mungkin? Semua bisa saja menjadi mungkin, kamu adalah orang yang pernah menyelamatkan Mama dari perampokan itu tapi sayang Mama belum sempat berterima kasih kamu sudah pergi dulu. Mama ingat waktu itu kamu naik angkutan umum, jadi mama
Wening membaca berulang kali, pesen yang di kirim suaminya. Tidak, dia bukan lagi suaminya melainkan mantan suami. "Apa kamu benar-benar tertutup tentang anak kita mas? Zion anak kamu, tapi tidak sedikit pun kamu mengingatnya,""Ada apa nak?" "Tidak ada bik, aku hanya ingat sesuatu," Wening menyembunyikan hatinya yang begitu sakit. Sakit akan perlakuan matan suaminya yang begitu saja melupakan anaknya."Fathan yang sudah mengganggu kamu melalui pesan tadi?" Wening hanya diam, mana mungkin mengatakan yang sebenarnya pada Bik Mirah."Bik, apa ini tidak terlalu berlebihan? Coba lihat apartemen mewah ini seperti punya tuan Rayyan pribadi tali kenapa memberikan pada kita," Wening berusaha mengalihkan pembicaraan mereka. Terlebih Zion kini bergabung dengan mereka."Tidak ada yang berlebihan jika untuk wanita yang dicintai. Bibi tahu kalau tuan Raffan cinta dan sayang banget sama kamu nak, bibi bisa lihat itu dari sorot matanya,""Entahlah bik, buat aku ini terlalu mendadak apa ada sesuatu
Bibi Mirah mengangkat wajahnya hujan yang tiba-tiba turun membasahi tubuh ketiganya. Namun tidak ada satu pun dari mereka berniat menolong, justru mereka meninggalkannya begitu saja. Bibi Mirah berteriak histeris tubuh Zion dalam dekapannya tanpa sadar begitu pula dengan Wening berbaring di atas pangkuannya kondisinya jauh lebih buruk dari putranya yang hanya luka bagian kening. Ia sendiri bingung mencari orang yang membuat cucunya jatuh pingsan setalah menangis kencang.Suara tegas seseorang berhasil menghentikan warga yang pergi begitu saja. Tanpa ada iba sedikitpun untuk menolongnya."K–kami,""Sam urus mereka!" ucap pria itu, sebelum akhirnya mengangkat tubuh Wening. Sama dengannya yang syok melihat wajah Wening dan darah yang mengalir dari kakinya. Tidak ada yang bersuara sesekali suara isak tangis Bibi Mirah."Bagaimana kondisi mereka, dok?" Tanya pria itu setelah Wening dan Zion mendapat pertolongan pertama "Sangat lemah, sebaiknya anda ikut ke ruangan saya,"Pria itu mengik
Hari hari berlalu dengan cepat kehidupan Wening tak lain tak bukan hanya bergulat dengan tiga rumah, rencana untuk membuka usaha harus kandas sebab dirinya tak memiliki modal. Namun, hal itu tidak membuat Wening putus asa baginya saat ini mendapatkan uang adalah hal paling utama mengingat ada Bibi Mirah dan putra semata wayangnya yang harus ia pikirkan.Akan tetapi sesuatu yang membuatnya terpuruk saat ini adalah hasil yang ia dapatkan setelah merasa tubuhnya lelah. "Nak, kamu melamun? Kalau lelah sebaiknya istirahat," Bik Mirah menyentuh pundak Wening, sejak tadi hanya duduk memperhatikan nasi di depannya tanpa berniat untuk memakannya."Ada apa? Katakan sama bibi, jangan di pendam sendiri akan semakin berat nak," Wening menolah sesaat. Benar, tidak mungkin menyimpan sendiri akan menjadi masalah kedepannya."Aku hamil bik,""Apa, kamu hamil nak?" Bibi Mirah syok sekaligus bahagia mendengar kabar yang baru saja ia terima."Masya Allah nak, ini rejeki yang tidak terduga. Bibi bahagia,
Di kantor pria tampan itu terkejut mendengar penuturan asisten pribadinya, mengenai kejadian warung Wening yang terbakar. "Kamu yakin ini karena arus pendek listrik?"Sam membulatkan matanya, berapa kali mencoba mencerna ucapan atasannya yang terasa aneh. Untuk pertama kalinya sang bos bertanya hal yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan."Kondisikan matamu Sam! Tugasmu sekarang cari tahu apa yang –" belum selesai Raffan bicara, tiba tiba pintu terbuka dari luar."Katakan pada mama, mana wanita itu? Kenapa kamu tidak bilang sama mama kalau acara kantor pesan makanan dari wanita itu, katakan Raf?" Vitoria memukul lengan anak lelakinya, bertubi kesal karena terlambat mengetahui jika wanita itu dekat dengannya."Aduh! Mama, duduk dulu ya, Sam ambil kan air minum dingin untuk mama," Raffan, merangkul bahu Ibunya."Mama nggak kepanasan Raffan!""Ya, aku tahu itu mama sayang, tapi mama butuh minum supaya tenggorokan mama nggak keeisng ya, kalau sudah katakan alasan mama mencari wanita
Berapa kali Wening menatap cincin di tangannya, sejak semalam bahkan ia sulit tidur memikirkan hari ini mereka harus makan. Namun uang telah habis."Maafkan aku buk, terpaksa aku menjualnya. Hanya ini harapan aku bisa membeli kebutuhan," lirihnya, melihat wajah tampan putranya. "Mama akan berjuang untukmu nak, meskipun kamu tidak di anggap oleh ayahmu, kamu adalah lentera indah dalam hidup mama. Kehadiran kamu adalah kekuatan untuk wanita rapuh seperti mama. Kelak kamu akan menjadi orang sukses dan waktunya menunjukan siapa kamu sebenarnya." Gumam Wening, setelah itu ia keluar. "Wening kamu sudah bangun nak?" "Bik, aku titip Zion sebentar ya. Aku cari sarapan dulu, bibi sedang apa?" Wening menghampiri bibi Mirah yang ada di dapur."Bib buat teh untuk kita. Duduklah dulu, bibi masih ada makanan untuk Zion," Wening menurut, ia duduk di meja makan."Nak, bibi akan bekerja salah satu rumah itu. Kita bergantian supaya Zion ada yang menemani di rumah," mendengar ucapan Bik Mirah, Wening