แชร์

2. Jamuan

ผู้เขียน: Rafli123
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-05-07 21:19:46

"Halah, anak nggak tau siapa bapaknya aja kamu bela. Huf, Fathan kapan kamu ceraikan wanita ini. Ibu bosan liat mukanya itu, bawaannya kesel terus!"

"Biarin aja buk, aku capek. Bisa nggak, sebelum aku kerja jangan berisik! Kupingku sakit denger kalian berdebat." Sahut Fathan, acuh. Kesal setiap ada di rumah hanya mendengar perdebatan antara Wening dan ibunya yang selalu terjadi setiap harinya.

"Ayah, aku mau duduk di pangkuan ayah," rengek Zion.

"Menjauh lah aku sibuk. Wening apa kamu lupa, kebiasaan apa yang kamu lakukan saat aku di rumah? Apa hal sepele itu saja kamu tidak bisa? Apa perlu aku ingatkan lagi?" tangan besar itu mendorong tubuh mungil Zion. Beruntung tidak sampai terjatuh.

"Mas, Zion cuma mau duduk di pangkuan kamu apa itu –" Wening menundukkan wajahnya, jika Fathan dan Ibu mertua mendelik maka ia akan memilih bungkam.

"Singkirkan dia, berapa kali aku katakan saat aku ada di rumah jangan perlihatkan wajahnya di hadapan aku. Apa begitu saja kamu tidak becus Wening? Apa harus aku ingatkan setiap saat?" Fathan meninggalkan meja makan, dengan kasar mendorong Zion yang tengah berdiri tidak jauh dari Wening.

"Ini gara-gara kamu, Wening. Coba pake ot*k kamu, jangan bikin ulah. Apa tiga tahun nggak bikin kamu paham hah? Harus gunakan apa lagi untuk mengingatkan kamu? Lihat kami harus mengalah demi anak ha – akh! Ini semua karena kamu Wening!" Bu Gema, mengejar Zion yang mengikuti langkah Fathan. Dengan cepat mencekal lengan Zion.

"Kamu mau kemana? Pria itu bukan ayah –" ucapan Bu Gema terhenti, ketika suara Wening terdengar.

"Ibu!" seru Wening, tertahan.

"Zion, sayang, masuk ke kamar dulu ya, nanti Mama nyusul," sambungnya lembut.

Setelah kepergian putranya Wening menoleh ke arah Ibu mertuanya. "Apa, mau marah? Ayok marah, sampai di mana keberanian kamu melawan ibu mertua kamu ini hah? Kamu itu perempuan nggak bener, masih untung kamu masih di pertahankan di rumah ini kalau nggak sudah di buang kamu sama anakku! Lihat saja nanti kamu akan gelandangan kalau anakku sudah murka!" sengit Bu Gema, menyingkirkan tubuh Wening dari hadapannya.

"Minggir napa sih, kamu ngapain di sana cepetan masak. Ingat malam ini masak yang enak ada tamu istimewa, jangan sampai jamuan dari kita ancur. Awas aja kalau nama ibu jadi jelek gara-gara kamu!"

"Acara, apa Buk?"

Bukan jawaban yang di terima Wening, tapi tatapan tidak suka dari Ibu mertua yang ia dapatkan. "Tugas kamu itu cuma, masak. Acara apapun itu tidak perlu tahu, sudah sana masak. Inget anakmu jangan berkeliaran di sini! Termasuk kamu, jangan harap ibu menyuruhmu bergabung di ruang tamu, jadi kamu harus sadar diri." Bu Gema, menatap sinis pada wanita cantik itu. Wanita yang sampai saat ini belum bisa ia terima menjadi menantunya.

"Mbak masakin mie goreng dong! Nggak pake lama ya!" Fidela memainkan dagunya, agar Wening segera membuatkan untuknya.

"Kamu, bisa ... "

"Mau membantah perintah aku? Aku hubungi mas Fathan loh! Kamu nggak lupa kan mbak, status kamu di rumah ini itu apa! Mas Fathan tidak menceraikan kamu itu karena satu hal. Mau tahu apa?" sinis Fidela.

"Karena kamu pantas menjadi babu di rumah ini. Itulah kenapa kamu masih ada di sini!" sinis Fidela, senyum cemooh tercetak jelas di sana.

Wening hanya bisa diam mengikuti permintaan adik iparnya, jika tidak tentu akan menjadi boomerang untuknya. "Sabar, aku pasti bisa melewati ini. Semua demi Zion," gumam Wening, menyiapkan piring untuk menuang bumbu dan mie.

"Lama banget sih! Cuma bikin mie aja kayak bikin makanan sepuluh macam!" sindiran tajam Fidela.

"Tahu lama, kenapa nggak bikin sendiri? Itu lebih cepat bukan?" sahut Wening, berlalu dari hadapan Fidela.

"Bisa sopan nggak sih! Pantas aja kalau mas Fathan seli ..."

"Kamu bilang apa tadi? Coba kamu lanjutkan, aku nggak asing dari ucapan kamu itu!" tanya Wening, mengerutkan keningnya. Ucapan Fidela membuatnya curiga.

"Udah sana. Pergi dari sini, aku mau makan tanpa ada kamu disini, bikin nggak napsu makan aja, sih!" Fidela mencari cara agar Wening segera pergi, terlebih Wening pasti akan terus mencecarnya soal ucapannya tadi.

"Hei, kamu dari tadi di cari sama mama. Cepetan sana!" sambung Fidela, dan itu berhasil membuat kakak iparnya pergi.

"Huf, aman," gumam Fidela.

Hanya helaan nafas yang terdengar seiring perginya Wening dari dapur. Hari ini ia akan menjadi hari yang melelahkan, bukan karena kedatangan tamu tetapi sikap keluarganya yang pasti akan memperlakukan dirinya bak pembantu.

"Ibu, panggil, aku?" tanya Wening, sampai di ruang keluarga.

"Kalau bukan kamu yang di panggil, terus siapa yang bakalan ibu panggil, hah?" kata Bu Gema berkacak pinggang, tatapan tidak suka terlihat jelas di sana.

"Ambil dan pergi ke kasar. Ingat jangan kelayapan, kalau nggak anak kamu yang bakal menanggungnya!"

"Aku tidak akan kemana-mana, aku minta sama ibu untuk tidak menyakiti Zion. Dia cucu ibu jadi –"

"Pergi sekarang! Atau ibu melakukan di hadapan kamu sekarang juga!"

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Ambil Suamiku, tapi Jangan Sakiti Anakku!   10. Pesta Untuk Suamiku

    Meski hatinya sakit atas perlakuan Fathan, namun Wening memilih bertahan setelah di bujuk oleh fathan. Tapi sayang di balik kelembutan Fathan tersembunyi sesuatu mampu menghancurkannya hati Wening."Wening, kamu sudah siapkan semuanya? Ibu tidak ingin kamu melupakan sesuatu!" seru Bu Gema. Dengan nada suara yang tidak akan pernah berubah. Keras tanpa memperdulikan perasaan Wening."Ya, Bu, aku pastikan tidak ada kekurangan apa pun." Sahut Wening lembut."Bagus jangan sampai kamu mencoreng wajah ibu di depan besan. Tidak perlu berdiri disini, ibu tidak mau kamu berkeliaran, dan juga anak mu itu." Tunjuk ibu jari Bu Gema.Kata yang menjadi makanan sehari-hari untuk Wening. Namum kali ini hatinya benar-benar sakit, bagaimana tidak Ibu mertuanya tidak menghargai apa pun yang ia lakukan."Wening jauhkan anakmu itu. Kamu bisa urus anak kamu tidak sih! Jangan sampai saat acara dia berkeliaran di sini! Ibu tidak ingin calon Besan ibu ilfill dengan keluarga ibu yang terpandang ini. Kamu menger

  • Ambil Suamiku, tapi Jangan Sakiti Anakku!   9. Teriakan Zion

    "Sudah pulang kamu? Cepetan masak kami sudah lapar!" Bu Gema menunjuk arah dapur, tidak peduli jika Wening baru saja pulang dari rumah sakit."Aku ke kamar dulu," pamit Wening. Melanjutkan langkahnya, tetapi baru berapa langkah suara Bu Gema terdengar lebih tinggi."Tidak bisa. Dia tahu di mana kamarnya, cepat ke dapur!" Wening berbalik, di sana Bu Gema berdiri angkuh. "Tidak sampai lima menit untuk mengantar anakku ke kamarnya. Tapi aku tahu ibu cukup lama menahan lapar karena menungguku." Suara Wening lirih dan tenang, sarat akan penekanan."Kamu semakin hari semakin berani. Oh tuhan kapan wanita ini pergi dari sini." Lantang Bu Gema, Wening melanjutkan langkahnya menuju kamar di sana putranya akan aman."Istirahat sayang, mama masak dulu buat nenek," lirih Wening, mengecup kening Zion."Ya, mah,""Anak, pinter."Wening memastikan putranya aman di kamar, sebelum ia meninggalkan sendiri tanpa pengawasan darinya. Tidak ada yang menjamin keamanan Zion, terlebih saat dirinya jauh dari

  • Ambil Suamiku, tapi Jangan Sakiti Anakku!   8. Kebebasan

    Setelah pengusiran malam itu pada Wening dan Zion, namun entah kenapa Wening tetap melakukan kegiatannya menyiapkan semua kebutuhan suami dan keluarganya. Jika orang di luar sana mengatakan Wening itu bodoh, maka jawabannya tidak! Wening hanya ingin mempertahankan hak putranya dan menyakinkan dirinya jika kelak suami dan keluarganya menyadari kesalahannya, meski entah sampai kapan kesabarannya teruji, jika sudah tidak makasih maka pergi adakah jalan terakhir yang akan ia ambil.Kekacauan terjadi di rumah, karena ulah adik iparnya yang semakin kisruh sehingga Wening membereskan semuanya. Entah apa yang ada dalam pikiran adik iparnya itu, membuat kegaduhan yang membuat Wening extra untuk mengembalikan keadaan ke semula. Namun, satu hal yang selalu Wening pikirkan, keselamatan Zion, ya, hanya Zion.Malam itu, Zion demam tinggi. Tubuh kecilnya berkeringat dingin, bibirnya bergetar dalam tidurnya. Setiap kali Wening menyentuh dahinya, panas tubuh anaknya semakin terasa. Dengan panik, ia me

  • Ambil Suamiku, tapi Jangan Sakiti Anakku!   7. Mama, Aku Minta Maaf

    Dua hari setelah kejadian itu, Fathan tidak lagi membicarakan soal Zion atau pun dirinya yang memilih mempertahankan Zion dalam rumah mertuanya. Malam itu saat Wening mengunjungi putranya yang berada di dalam kamarnya..."Mama, apa aku anak yang nakal? Kenapa mereka semua nggak suka sama aku?” Suara Zion terdengar lirih, hampir tak terdengar di tengah kesunyian malam. Mata kecilnya yang basah oleh air mata menatap Wening dengan tatapan bingung, seolah mencari jawaban yang bisa meredakan rasa sakit di hatinya. Wening terdiam, hatinya mencelos mendengar pertanyaan itu. Tangannya yang gemetar perlahan mengusap pipi Zion, berusaha menghapus air mata yang terus mengalir.“Tidak, sayang, kamu bukan anak yang nakal. Kamu anak yang baik, sangat baik. Jangan pernah berpikir sebaliknya,” jawab Wening dengan suara serak. Namun, di balik kata-kata itu, ia menyimpan rasa sakit yang mendalam. Bagaimana mungkin seorang anak sepolos Zion bisa merasa dirinya bersalah atas semua penderitaan ini?Zion

  • Ambil Suamiku, tapi Jangan Sakiti Anakku!   6. Pengkhianatan

    "Mama, kenapa ayah nggak suka sama aku?" Suara kecil Zion terdengar lirih, hampir tenggelam dalam keheningan menyakitkan di kamar mereka. Wening berlutut di hadapan Zion, berusaha menahan tangis yang membuncah di dadanya. Ia menggenggam tangan kecil anaknya, mengelusnya dengan lembut, mencoba menyalurkan kekuatan melalui sentuhan itu."Siapa bilang? Ayah hanya, ayah terlalu banyak kerja sayang, ayah kan capek di kantor nak," jawab Wening dengan suara serak. Air mata menggenang di matanya, tapi ia berusaha tersenyum. "Kamu anak Mama, dan Mama akan selalu ada buat kamu sayang, apa pun itu," Zion menatap Wening dengan mata merah penuh pertanyaan, tapi tidak ada kata-kata lagi yang keluar dari bibir mungilnya. Tangannya gemetar, menggenggam lebih erat jari-jari Wening, seolah takut kehilangan satu-satunya orang yang ia tahu mencintainya tanpa syarat.Namun ketegangan di antara mereka bertambah ketika tiba-tiba, pintu kamar terbuka dengan keras, membuat Wening dan Zion tersentak. Fathan

  • Ambil Suamiku, tapi Jangan Sakiti Anakku!   5. Bawa Dia Pergi

    Pagi harinya, Fathan bersikap seperti biasa sekarang tidak ada kejadian apapun semalam. Bu Gema, sikapnya yang angkuh dan kebencian pada Wening semakin menjadi, namun lebih menyebalkan di mana Fathan justru diam tanpa merespon apapun tentang permintaannya untuk menghapus nama belakang Zion."Kenapa kamu diam saja?" kata Fathan yang tajam memecah keheningan di ruang makan. Wening yang teringat kata-kata Fathan semalam hingga tidak sadar melamun, gebrakan meja membuatnya terkejut, tangannya yang memegang sendok bergetar. Ia tidak tahu apa lagi yang harus ia katakan. Setiap kali Fathan membuka mulut, yang keluar hanyalah kebencian dan tuduhan."Aku hanya ingin kita bicara dengan tenang, mas. Tentang Zion tapi yang ada kita– " Suaranya lirih, mencoba meredakan ketegangan yang tak kunjung surut.Fathan memalingkan wajahnya. "Zion? Anak itu bukan darahku! Keluargaku benar, dia tidak mirip sedikit pun denganku! Kamu lupa apa yang kalian lakukan di acara semalam?"Kata-kata Fathan menghantam

  • Ambil Suamiku, tapi Jangan Sakiti Anakku!   4. Tinggal Diam

    "Anak ini benar-benar tidak tahu diri! Dan kamu, kamu wanita yang sangat tidak tahu diri!" Suara tajam ibu mertuanya, Ibu Gema, memecah keheningan ruang keluarga yang tadinya hanya dipenuhi oleh riuh rendah percakapan kecil. Semua mata seketika tertuju pada anak yang baru saja tersandung dan menjatuhkan gelas di depannya. Air tumpah menggenangi meja, dan serpihan gelas berhamburan di atas karpet.Wening segera bergerak, meraih tangan Zion yang kini gemetar. “Maaf, Bu,” katanya cepat, mencoba menenangkan anaknya yang menunduk ketakutan. “Dia tidak sengaja, anak-anak memang begitu.” Ujar Wening, setelah kejadian tadi, Zion ada di kamarnya sayang saat Wening kembali ke dapur justru Dinda menghampiri Zion dan mengajaknya bermain dan hasilnya Zion kembali menjadi sasaran kemarahan Bu Gema.“Tentu saja dia tidak sengaja!” Bu Gema menjawab dengan suara yang makin meninggi. “Seharusnya diajari dari kecil! Tapi, bagaimana bisa dia diajari dengan benar kalau ibunya saja tidak becus mendidik! La

  • Ambil Suamiku, tapi Jangan Sakiti Anakku!   3. Bukan Anakku

    Acara makan malam yang di hadiri calon tunangan Fidela. Meski tidak diizinkan untuk bergabung, Wening tahu jika adik iparnya akan segera bertunangan."Anak ini tidak seharusnya ada di sini!" suara Bu Gema menggema, dingin dan menusuk, seakan setiap kata yang keluar darinya adalah belati yang tertuju langsung ke hati Wening. Zion berdiri terpaku di tengah ruangan, tubuhnya yang mungil gemetar di bawah tatapan tajam neneknya. Tangannya yang kecil memegang erat ujung baju Wening, seakan hanya Ibunya yang bisa melindunginya dari badai hinaan yang sedang datang.Semua tamu yang hadir di acara keluarga itu terdiam, mata mereka tertuju pada Zion. Bisikan-bisikan terdengar di antara para tamu, menciptakan suasana tidak nyaman yang kian menekan Wening."Ibu –" suara Wening lirih, hampir tidak terdengar, tapi Bu Gema tidak peduli. Dia melanjutkan dengan nada yang lebih tajam."Lihatlah dia! Tidak ada satu pun tanda-tanda bahwa dia adalah cucuku. Lihat matanya, hidungnya, bahkan cara dia berdiri

  • Ambil Suamiku, tapi Jangan Sakiti Anakku!   2. Jamuan

    "Halah, anak nggak tau siapa bapaknya aja kamu bela. Huf, Fathan kapan kamu ceraikan wanita ini. Ibu bosan liat mukanya itu, bawaannya kesel terus!" "Biarin aja buk, aku capek. Bisa nggak, sebelum aku kerja jangan berisik! Kupingku sakit denger kalian berdebat." Sahut Fathan, acuh. Kesal setiap ada di rumah hanya mendengar perdebatan antara Wening dan ibunya yang selalu terjadi setiap harinya."Ayah, aku mau duduk di pangkuan ayah," rengek Zion."Menjauh lah aku sibuk. Wening apa kamu lupa, kebiasaan apa yang kamu lakukan saat aku di rumah? Apa hal sepele itu saja kamu tidak bisa? Apa perlu aku ingatkan lagi?" tangan besar itu mendorong tubuh mungil Zion. Beruntung tidak sampai terjatuh."Mas, Zion cuma mau duduk di pangkuan kamu apa itu –" Wening menundukkan wajahnya, jika Fathan dan Ibu mertua mendelik maka ia akan memilih bungkam."Singkirkan dia, berapa kali aku katakan saat aku ada di rumah jangan perlihatkan wajahnya di hadapan aku. Apa begitu saja kamu tidak becus Wening? Apa

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status