Keluarga Fathan sampai di rumah, masih terlihat jelas kemarahan Bu Gema. Sepanjang perjalanan dari kantor pengadilan sampai di rumah wanita paruh baya itu tak hentinya mengeluarkan sumpah serapah untuk mantan menantunya.Selain itu mereka berusaha membebaskan Fathan dari penjara. Mereka memutuskan menjual semua aset. Termasuk perhiasan yang mereka miliki."Kita harus menjual rumah, tanah, dan bisnis. Fathan harus bebas. Bagaimana pun caranya!""Tapi, Alya, rumah ini warisan Ayah. Buk kita nggak akan menjual rumah ini kan? Ingat Fathan punya uang sendiri. Dan kamu Alya bukankah kemarin kamu punya uang banyak dari hasil korupsi? Kenapa tidak pakai uang itu?" "Uang mana mbak? Jangan ngada-ngada deh, aku sama mas Fathan nggak punya tabungan sebanyak itu. Buk, selama ini mas Fathan itu nurut sama ibu. Bisa kan jual rumah ini? Lebih baik kita kehilangan harta daripada kehilangan mas Fathan." Rengek Alya tidak mau jika tabungannya habis untuk mengeluarkan Fathan, tapi dia juga tidak tega m
Raffan mengusap kepala Wening yang tertutup pasmina. "Ya sayang, kamu sudah siap? Ingat mas nggak mau kamu capek hum,""Aku siap. Aku nggak akan cepak kamu sudah menyiapkan semuanya untukku mas. Aku sayang kamu mas,""Mas juga sayang kamu. Aku sangat mencintaimu, Wening,"Suasana taman yang sejuk, angin malam menyentuh lembut kulit wajah Wening. Lampu-lampu malam dan gemerlap cahaya bintang menyaksikan indahnya dua sejoli saling mengagumi, di sana tak jauh dari danau itu bunga-bunga indah nan bermekaran, dan suara burung malam menjadi musik mengiringi keduanya.'aku berharap ini adalah nyata, aku takut ini hanya mimpi. Dan kamu pergi dengan wanita lain seperti yang di lakukan suamiku dan sahabatku,' Raffan membelai wajah Wening dengan lembut. Menghabiskan malam indah mereka berdua sebelum pulang ke rumah. ___Pagi harinya, Wening menyiapkan kebutuhan keluarganya. Mereka masih menempati rumah bersama dengan buk Vitoria.Raffan menerima dokumen rahasia yang tersimpan di ruang kerja F
Raffan mengepalkan tangannya video yang ia terima berhasil mematik amarahnya. "Jika mereka berani mengusik, terpaksa aku akan selesai lebih cepat." Gumam Raffan.Tak lama para karyawan kembali bekerja, karena jam istirahat telah habis. Raffan tidak berhenti sampai di sana ia terus memperhatikan pria yang sudah menghina istrinya. Jika bukan karena Wening tentu Raffan sudah menjebloskan Fathan ke dalam penjara."Bagaimana hasilnya?" Tanyanya setelah sambungan telepon terhubung."Seperti dugaan anda, tuan.""Kumpulkan bukti itu, aku tidak ingin berlama-lama dia di sini!" Ucap Raffan tegas."Siap bos." Sahut seseorang dari seberang sambungan telepon.Raffan gegas meninggalkan ruangannya, hari ini ia ingin menunjukan tempat yang akan menjadi hadiah kesekian untuk istrinya. Wanita yang begitu baik dan mampu menguasai hatinya sekian lama kosong."Mama sebentarnya ini mau ke mana? Kenapa mataku di tutup?" tanya Wening, mengikuti langkah wanita paruh baya yang kini menjadi mertuanya. Bersama
Kehidupan Wening jauh berbeda dari sebelumnya. Kini ia sibuk mengurus anak dan suaminya, liburan yang seharusnya satu minggu harus kandas karena masalah yang terjadi di kantor. Sehingga dengan berat hati mereka memutuskan untuk pulang.Di kantor Raffan mengadakan rapat dadakan. Sesaat tatapan mata elangnya mengarah pada Fathan. Pria yang ia ketahui adalah mantan suami dari istrinya. Namun Wening melarangnya untuk melakukan apapun, dengan berat hati Raffan mengikuti perkataan sang istri. Satu hal yang ia rahasiakan dari Wening kenyataan tentang ke kebakaran yang didalangi oleh Fathan. Walau Wening pun tahu jika itu adalah perbuatan mantan suaminya."Kalian tahu alasan saya mengadakan rapat ini?" ucap Raffan tegas, dalam satu tarikan nafas. Kesal dan marah karena bulan madunya harus kandas.Karyawan dari semua divisi, hanya diam mereka saling pandang. Bahkan ada yang memberi kode, sayang mereka tidak menemukan jawaban apapun."Rupanya tidak ada yang tahu. Baik akan saya jelaskan, ini ad
Raffan menghampiri istrinya yang terkejut dengan hadiah yang diberikan olehnya. Wajah tampan nan senyum bahagia melewati malam indah mereka."Sayang ini untukmu, mulai hari ini kamu yang mengaturnya dan ini aku siapkan untuk melamar kamu tapi, karena kesibukan aku dan desakan mama jadi acara melamarnya biasa aja tanpa ada perhiasan ini. Kamu sudah menjadi istriku jadi semua ini milikmu," "Terima kasih mas, tanpa perhiasan pun tidak masalah,""Harus ada, karena kamu berhak sayang. Hum, apa boleh tambah lagi?""Mas!"Hari itu Raffan memutuskan untuk mengajak Wening bulan madu, Bali adalah pilihan Wening yang menurutnya dekat terlebih ia tidak ingin berjauhan lama dengan anaknya. Meski mereka di ajak tapi tidak satu pun yang ikut, Zion dan Bibi Mirah justru memilih ke keluar negeri bersama Vitoria.Berbeda dengan kebahagiaan Wening dan Raffan, di kota yang berbeda Fathan dan Alya selalu cekcok banyak hal menjadi penyebab diantaranya Alya yang tidak kunjung hamil."Al, kamu nggak mandul
Lamunannya terhenti saat pintu ruangan di ketuk satu luar. Raffan merapikan penampilannya yang kusut karena ulah Wening dalam video yang ia kirim untuknya."Masuk!""Selamat siang tuan, ini ada titipan dari non Wening,""Nyonya. Panggil Nyonya, sebentar lagi nona Wening akan menjadi nyonya Graneland!" tegas Raffan, tanpa sadar."Baik tuan. Kalau begitu saya permisi." Ucap sang sopir. Bibir sang sopir tertarik ke atas, untuk pertama kalinya seorang Raffan menganggap wanita sebagai calon nyonya, berbeda dengan tunangannya dulu yang tak pernah menyebutnya calon nyonya. Bahkan sekedar mengakui tunangan saja bisa di hitung selama lima tahun bertunangan."Hum!" Setelah kepergian sopir pribadi Wening, Raffan membuka paper bag yang berisikan makan siang untuknya yang sudah dibuatkan oleh Wening. Bukan kali pertama Wening mengirimkan makanan untuknya, hal itu yang selalu dinantikan oleh Raffan saat jam makan siang. "Kamu memang wanita yang hebat, sungguh luar biasa. Begitu bodohnya dia melep