Share

7. Mama, Aku Minta Maaf

Author: Rafli123
last update Last Updated: 2025-05-23 16:29:19

Dua hari setelah kejadian itu, Fathan tidak lagi membicarakan soal Zion atau pun dirinya yang memilih mempertahankan Zion dalam rumah mertuanya.

Malam itu saat Wening mengunjungi putranya yang berada di dalam kamarnya...

"Mama, apa aku anak yang nakal? Kenapa mereka semua nggak suka sama aku?” Suara Zion terdengar lirih, hampir tak terdengar di tengah kesunyian malam. Mata kecilnya yang basah oleh air mata menatap Wening dengan tatapan bingung, seolah mencari jawaban yang bisa meredakan rasa sakit di hatinya. Wening terdiam, hatinya mencelos mendengar pertanyaan itu. Tangannya yang gemetar perlahan mengusap pipi Zion, berusaha menghapus air mata yang terus mengalir.

“Tidak, sayang, kamu bukan anak yang nakal. Kamu anak yang baik, sangat baik. Jangan pernah berpikir sebaliknya,” jawab Wening dengan suara serak. Namun, di balik kata-kata itu, ia menyimpan rasa sakit yang mendalam. Bagaimana mungkin seorang anak sepolos Zion bisa merasa dirinya bersalah atas semua penderitaan ini?

Zion terdiam, tapi di balik tatapan matanya, Wening bisa melihat luka yang semakin dalam. Dia tahu, semakin lama mereka tinggal di rumah ini, semakin rusak hati anaknya. Kebencian dari keluarga Fathan dan Ayahnya sendiri seolah tidak pernah ada habisnya. Setiap hari, hinaan itu datang, semakin kasar dan semakin menyakitkan. Wening ingin melindungi Zion, tapi setiap kali dia mencoba melawan, posisinya semakin terjepit.

Tiba-tiba, suara pintu yang dibanting membuat mereka tersentak. Fathan memasuki kamar dengan langkah cepat, matanya langsung tertuju pada Zion yang berdiri gemetar di samping Wening. Wajah Fathan yang penuh amarah semakin mempertegas suasana mencekam di dalam ruangan.

“Kamu masih mempertahankan dia, Wening?

Aku sudah bilang, dia nggak pantas berada di rumah ini! Jika kamu memilih dia maka kamu akan kehilangan aku sebagai suamimu!” Fathan mendekati Zion, tangannya terangkat seolah siap menghantam anak yang tak berdaya itu. Wening segera menarik Zion ke pelukannya, melindungi tubuh kecil itu dari serangan suaminya.

“Mas, tolong hentikan! Dia hanya anak kecil!” teriak Wening, suaranya bergetar penuh ketakutan. Lagi dan lagi Air matanya tumpah untuk kesekian kalinya, setiap hari tak pernah terlewat.

“Anak kecil? Dia cuma bawa masalah, Wening! Semua ini terjadi gara-gara dia! Hidupku berantakan, karirku hancur, dan itu semua karena kamu dan anak ini!” Fathan berteriak dengan suara penuh kebencian.

Zion yang berada dalam pelukan Wening menangis terisak. Dia merasakan ketakutan yang begitu besar setiap kali mendengar suara Fathan yang marah, dan meskipun Wening memeluknya erat, Zion tahu bahwa pelukan itu tidak bisa menghentikan amarah ayahnya.

Tanpa peringatan, Fathan memukul meja di sampingnya dengan keras, membuat Wening dan Zion terkejut. “Keluar dari rumah ini, Wening! Bawa anak itu pergi jauh-jauh, aku nggak peduli lagi!” Fathan melangkah mundur dengan mata yang masih menyala oleh kebencian.

Namun, sebelum Wening bisa merespons, suara lain terdengar dari luar kamar. Suara Bu Gema, Ibu Fathan, yang memasuki ruangan dengan langkah pasti. “Apa ini? Apa kalian masih di sini? Fathan sudah bilang berkali-kali, bawa anak ini pergi dari sini. Kenapa kamu membangkang Wening? Pilihan ada padamu, pertahankan rumah tanggamu atau anak itu? Pilih salah satu dah kamu terima konsekuensinya!"

Wening merasa sesak di dadanya mendengar suara Bu Gema. Setiap kali wanita itu berbicara, kata-katanya selalu membawa luka yang dalam.

“Kamu harusnya malu, Wening,” lanjut Bu Gema dengan nada tajam. “Bawa anak hasil perselingkuhanmu ke rumah ini, mengklaim dia sebagai cucu keluarga Byantara? Kamu pikir kami akan terima begitu saja? Nggak akan pernah! Anak itu nggak pantas!”

Tangan Zion bergetar dalam genggaman tangan Wening yang lebih erat. Anak itu berusaha keras menahan tangisnya, namun Wening tahu, hati kecil Zion sudah mulai retak. Zion mungkin tidak mengerti sepenuhnya apa yang terjadi, tapi dia merasakan kebencian yang begitu besar mengarah padanya.

“Aku, aku nggak berselingkuh, Bu. Zion itu anak mas Fathan,” Wening berusaha berbicara, meskipun suaranya terdengar hampir putus asa. Dia tahu tidak ada gunanya membela diri di depan Bu Gema, tapi dia harus tetap mencoba. Dia tidak bisa membiarkan Zion terus-menerus disakiti oleh kebohongan yang di ciptakan oleh nenek dan keluarga ayahnya.

“Diam, Wening! Jangan menyangkal lagi!" Fathan menyela, kali ini suaranya lebih dingin daripada sebelumnya. “Aku nggak peduli apa yang kamu bilang. Jangan sekali kamu meninggikan suaramu di depan ibuku!"

"Ayok, buk. Kita pergi dari sini!"

“Mama... aku... aku minta maaf,” Zion berbisik dengan suara yang nyaris tak terdengar. “Aku... aku memang nggak seharusnya ada di sini. Nenek sama ayah nggak suka, mama aku ..."

Kata-kata itu menghancurkan hati Wening. Bagaimana bisa seorang anak sekecil seperti Zion merasa dirinya nggak pantas untuk dicintai? Bagaimana mungkin seorang Ibu melihat anaknya hancur seperti ini dan tidak bisa berbuat apa-apa?

“Nggak, Zion. Jangan pernah berpikir kayak gitu. Kamu adalah anak yang luar biasa, dan Mama cinta sama kamu lebih dari apa pun,” Wening berusaha menenangkan Zion, tapi dia tahu kata-kata itu tidak cukup. Luka di hati anaknya sudah terlalu dalam, dan setiap hari luka itu semakin menganga.

“Anak itu harus pergi. Semakin cepat, semakin baik. Pokoknya sebelum pernikahan itu berlangsung ingat itu."

Setelah suara Bu Gema perlahan menghilang, Wening menatap Zion yang masih terisak di pelukannya. “Mama akan selalu ada buat kamu, Zion. Kita akan cari jalan keluar dari semua ini. Kita nggak akan tinggal di sini selamanya, Mama janji...”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ambil Suamiku, tapi Jangan Sakiti Anakku!   40. Penyesalan

    Selepas kepergian Fathan, kini di ruang kerja Wening berubah hening. Terlebih Zion yang tiba-tiba datang membuat mereka memilih bungkam atas kehadiran Fathan sebelumnya."Sayang, aku serahkan keputusan ini padamu dan Zion. Kalian yang memiliki hak itu semua, sebagai ayah dan suami, aku ingin yang terbaik untuk kalian. Bicarakan berlahan dengan Zion, aku percaya anak kita adalah anak yang baik dan bertanggung jawab. Dia tahu mana pantas untuk bersikap, sudahlah kamu jangan risau." Raffan memeluk pinggang Wening, wanita yang amat ia cintai. "Ya mas, aku tahu itu. Sudah waktunya untuk bertemu," lirihnya., tak lama Zion bergabung bersama mereka. [Assalamualaikum Wening, maafkan ibu. Maafkan semua kesalahan ibuku. Aku sebagai anak mewakili, sekaligus meminta kamu dan Zion untuk membuka hati atas kesalahan yang kamu berbuat. Wening, ibu sudah tidak ada.] Terkirim, Wening terkejut bukan main membaca pesan yang di kirim Fathan padanya."Ada apa sayang?" tanya Raffan, melihat gelagat istriny

  • Ambil Suamiku, tapi Jangan Sakiti Anakku!   39. Hanya Mantan

    Hari berikutnya, senja baru saja menggantung di langit saat Fathan melangkah masuk ke sebuah restoran kecil namun nyaman di sudut kota. Restoran milik Wening. Tempat yang beberapa tahun terakhir menjadi saksi bagaimana wanita itu membangun hidupnya dari luka dan puing masa lalu.Wening tengah berdiri di balik meja kebesarannya, penampilannya yang elegan menunjukan bagaimana dirinya yang sebenarnya. Meski penampilan sederhana tak menutup siapa Wening sebenarnya."Wening..." suara Fathan terdengar berat namun pelan. Seolah ia takut wanita itu akan pergi jika ia bicara terlalu keras.Wening tidak langsung merespons. Tatapannya hanya mengeras, penuh pertahanan."Kalau kau datang untuk membicarakan proyek, aku sedang tidak tertarik. Aku tidak ingin terlibat apa pun lagi denganmu, apalagi di luar bisnis," ucapnya datar, lalu hendak berbalik."Tunggu, Wening! Aku tidak datang untuk itu. Aku hanya ingin bicara. Bukan sebagai rekan kerja. Tapi sebagai, seseorang yang sudah terlalu lama memenda

  • Ambil Suamiku, tapi Jangan Sakiti Anakku!   38. Pertemuan Pertama

    Dua puluh tahun kemudian, Wening tengah sibuk membantu berapa karyawannya yang sibuk. Pengunjung membludak membuat mereka kekurangan tenaga, tidak ada yang tidak sibuk hari itu.Tanpa di sadari, dari jauh seseorang begitu intens menatap restoran miliknya. Satu jam berlalu dan Wening baru bisa mendudukkan tubuhnya."Setelah ini kalian tutup saja ya, bahan makanan sudah habis. Alhamdulillah hari ini luar bisa buat kita." Ucapnya tidak hentinya bersyukur."Ibu, benar. Sejak adanya menu baru restoran ini semakin ramai dan juga semakin banyak orderan," sahut salah satu waiters."Sudah, kalian selesaikan semua? Kita akan tutup secepatnya." Berapa watres kembali sibuk. Wening, mengingat hari ini ada janji temu dengan keluarga di salah satu tempat makan favorit keluarganya,"Langkah anggunnya menuju ke mobil, begitu sibuk dengan ponselnya sehingga tanpa sadar tubuhnya bertabrakan dengan seseorang.Brakk!!"Maaf, aku tidak ...," Wening terdiam, menatap tidak percaya pria yang di depannya. Pri

  • Ambil Suamiku, tapi Jangan Sakiti Anakku!   37. Pasrah

    Seperti yang di katakan oleh Mbah dukun itu, mereka meninggalkan gubuk itu tanpa menoleh ke belakang lagi. Terbesit pernyataan tentang ibu mertuanya, namun hal itu Alya urang menanyakan kekesalan nya pada keluarga suami dan Mbah dukun yang mengklaim bahwa apa yang terjadi pada dirinya karena karma."Antar aku ke rumah mama!" ucapnya memecah keheningan."Sayang, kita pulang ke rumah dulu ya?" jawab Fathan dengan nada yang lembut."Sudahlah mas. Kamu urus semuanya, aku capek, aku bukan sapi perah kalian!" Lantang Alya, katanya sehingga membuat Gema membulatkan matanya."Tapi sayang, kita pulang dulu ya. Aku akan mengantarmu ketemu sama mama, tapi tidak sekarang. Kita istirahat, dan tolong jangan katakan hal sensitif itu di hadapan kami," Fathan menoleh ke arah Alya dari ekor matanya dengan nada yang tegas."Mengertilah, turunkan aku di depan. Kamu pulang aja, aku ke rumah mama!" sentak Alya dengan nada yang semakin tinggi.Dengan terpaksa Fathan menghentikan laju mobilnya, melihat kemar

  • Ambil Suamiku, tapi Jangan Sakiti Anakku!   36. Karma

    Alya dan Fathan semakin marah dan kecewa terhadap Wening. Mereka merasa bahwa Wening telah melakukan hal yang tidak adil dan tidak pantas untuk mereka. "Dasar Wening! Dia pikir dia bisa melakukan apa saja dan tidak ada yang bisa menghentikannya! Lihat saja nanti akan aku buktikan hidupku jauh lebih baik dari pada kamu Wening! Tetaplah menjadi gembel, kamu pikir uang itu akan bertahan dalam kantong kamu!" kesal Alya, tidak hentinya menghina dan menghujat Wening."Iya, dia pikir dia bisa menghancurkan kita dan tidak ada yang bisa menghentikannya!" tambah Fathan, semakin membuat Alya terbakar emosi.Ibu Gema kembali memasuki ruangan dan mencaci maki Wening. Menambah ketegangan di antara mereka."Dasar Wening! Dia tidak pantas hidup di muka bumi ini! Dia hanya tahu cara menghancurkan orang lain dan tidak pernah memikirkan tentang orang lain!" kesal Bu Gema, meracau tidak henti, tanpa menyadari kesalahannya."Aku tidak percaya dia bisa melakukan hal seperti ini! Dia pikir dia bisa menghan

  • Ambil Suamiku, tapi Jangan Sakiti Anakku!   35. Semua Karena Wening

    Setelah proses melahirkan selesai, Wening dan Raffan membawa bayi Aisyah ke ruang perawatan. Mereka berdua tidak bisa berhenti memandangi wajah bayi mungil mereka yang cantik dan lucu. Wening merasa sangat bahagia setelah melahirkan bayi yang sehat dan kuat. Selain itu perhatian dan kasih sayang dari ibu mertua dan suaminya adalah kekuatan yang terbesar untuknya."Aku tidak bisa percaya bahwa kita sudah memiliki bayi mas, Zion jadi Abang," kata Wening sambil tersenyum. Terbesit ketakutan wajah putrinya tidak mewarisi wajah suaminya, maka sejarah akan terulang untuk kedua kalinya seperti yang terjadi pada putranya di pernikahan sebelumnya."Aku juga tidak bisa percaya, sayang, aku menjadi ayah dari Zion dan sekarang Aisyah," jawab Raffan sambil memeluk Wening dan bayi Aisyah yang terlelap dalam pelukan Wening. "Kita harus bersyukur atas karunia yang telah diberikan kepada kita, sayang. Ini luar biasa kamu memberikan kebahagiaan yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Apa yang kamu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status