Share

Dilema

Sekarang apa yang harus dia lakukan?

Dia memang masih sangat mencintai Ammara, dan sekarang di tambah lagi Ammara hamil buah cintanya yang selama ini diimpikannya.

Ataukah dia harus memilih putri sang direktur utama perusahaan yang juga sedang hamil anaknya. Kalau dia tidak memilihnya, maka karir nya akan hancur.

Setelah mendengar apa yang dikatakan adiknya, kaki Fandi terasa lemas, bahkan untuk berdiri saja tidak kakinya tidak mampu, dia terduduk di lantai rumah, memandangi wajah sang istri yang sedang kecewa atas kelakuan suaminya.

Ammara yang dari tadi duduk di sofa tidak mempedulikan suaminya, dan berpindah tempat duduk. Karena masih kecewa terhadap Fandi.

Tak berapa lama, dering telpon Fandi pun berbunyi, Fandi yang menaruh HP nya di dalam saku celana membiarkan HP nya terus berbunyi tanpa mengangkatnya. Hingga HP tersebut berbunyi untuk yang ketiga kalinya

[Kamu kenapa belum pulang sih mas? Udah tiga jam lo kamu di sana?] ujar seseorang dari balik telpon dan ternyata orang itu adalah selingkuhannya.

[Kamu berisik banget sih, mending sekarang kamu pergi jalan-jalan kek, kemana kek] jawab Fandi kesal terhadap Tasya selingkuhannya.

Dia merasa bersalah terhadap Ammara, dulu dia sangat mencintainya, hingga dalam beberapa bulan belakangan Tasya hadir di hidupnya, dengan pesonanya yang aduhai dan badannya yang seksi, di tambah lagi ibunya adalah direktur utama bank tempat Fandi bekerja. Sedangkan ayah Tasya adalah seorang politikus yang sangat terkenal.

Mereka bertemu ketika Tasya ikut ibunya untuk mengaudit keuangan di kantor cabang tempat Fandi bekerja sebagai manajer. Pesona Fandi yang seperti oppa Korea, membuat Tasya ingin memilikinya, walaupun dia tahu kalau Fandi sudah mempunyai istri.

Lalu tak berapa lama, HP Fandi berbunyi lagi, ternyata itu pesan WA dari Tasya,

[Kalau kamu nggak pulang sekarang, aku ke sana untuk nge jemput kamu]

Awalnya Fandi hanya membaca pesan selingkuhannya itu, tapi kemudian Tasya terus menerus mengancamnya lewat pesan WA.

Fandi yang sedang pusing pun langsung pergi ke luar rumah tanpa pamit kepada istri.

Ammara yang dari tadi hanya diam, akhirnya bersuara.

“Terus aja manjain lo**e kesayangan kamu mas?” ucap Ammara kasar

Fandi yang ingin membuka pintu terhenti sejenak, mendengar ucapan Ammara. Safa yang juga masih di situ, ikut menimpali kata-kata Ammara.

“kamu mau kemana sih mas? Apa nggak bisa di rumah aja dulu nemenin kak Ammara, kak Ammara lagi hamil anak kamu loh mas?”

Fandi yang masih di depan pintu akhirnya memutuskan untuk pergi tanpa mendengarkan kata-kata Ammara dan adiknya.

Karena dia lebih takut kehilangan karirnya yang selama ini dibangunnya dengan susah payah.

**

Setelah kembali dari cuti Fandi pun masuk kerja dan kembali bekerja seperti biasa sebagai manajer bank. Tapi tatapan orang-orang di kantornya sekarang sudah berbeda, ada yang melihat sinis, ada juga yang mencemooh nya dari belakang.

“pantesan ya, masih muda bisa jadi manajer, mainannya nggak main-main sih” ujar salah satu karyawan yang bekerja di situ

“ya iyalah bisa jadi manajer, ternyata macarin anak dirut” ujar karyawan yang lainnya.

“Kasihan ya bu Ammara, kalah saing sama yang lebih kaya” ujar salah satu karyawan perempuan berbisik kepada temannya.

Fandi yang merasa malu tetap melanjutkan langkah kaki menuju ruang kantornya tanpa menjawab apapun yang didengarnya di luar. Karena dia tetaplah pimpinan di kantor itu.

Setelah sampai di dalam ruangannya, Fandi menghempaskan tas kerjanya ke atas meja. Lalu berjalan mondar-mandir di dalam ruangan.

Sambil memikirkan apa yang harus di lakukannya lagi, para karyawannya saja sudah berani mengejeknya terang-terangan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang, Fandi berniat ingin makan siang di kantin, tapi tiba-tiba pintu ruang kerjanya terbuka, dan ternyata Ammara yang datang dengan membawa bekal makan siang untuknya.

“ngapain kamu ke sini, kamu mau tambah mempermalu kan aku, biar kamu di lihat sama orang-orang sebagai perempuan yang tersakiti?” ucapnya sambil marah-marah kepada Ammara

“aku ke sini cuma mau ngantar makan siang kesukaan kamu mas? Tadi aku masak banyak, karena ingat kamu suka ikan gurame, sama tumis kangkung, makanya aku  anterin” ujar Ammara dingin

“sekarang aku mau pulang dulu. Dan aku nggak ada niat sekalipun untuk mempermalukan kamu. Hati aku memang masih sakit atas perselingkuhan kamu mas, tapi aku tidak mau mengedepankan egoku, bayi yang aku kandung ini, butuh kasih sayang lengkap dari mama dan papanya, aku pulang dulu mas?”

Fandi yang mendengarkan perkataan Ammara hanya terdiam, “apa yang harus aku perbuat sekarang, Tasya juga sedang hamil dua bulan, dan sekarang Ammara juga mengandung” ucapnya dalam hati.

Setelah kepergian Ammara, tasya datang dengan membawa makanan dari restoran yang biasa Fandi dan Ammara pesan. Dan langsung masuk ke dalam ruangan Fandi.

“sayang lihat aku bawa apa?” ujar Tasya sambil membenarkan tasnya.

“Ini makanan dari siapa sayang? ih nggak banget deh, aku buang aja yah? Mending kita makan ini aja, tadi aku pesan spaghetti bolognese, sama kentang goreng kesukaan kamu? Makanan ini aku buang aja ya?” ucap Tasya sambil mengambil dan membuang makanan yang di antarkan oleh Ammara tadi.

“Tasya kamu apa-apa sih! Sini, aku makan ini aja!” ujar Fandi sambil mengambil kotak makan yang diberikan oleh Ammara.

“Kamu apa-apa sih sayang, kok kasar banget”

Dengan menahan emosi Fandi berusaha untuk merayu Tasya lagi, karena takut akan di pecat.

“Maaf ya sayang, aku lagi banyak pikiran, jadinya kamu deh yang kena getahnya?” ujar Fandi sambil membelai rambut Tasya

“ya udah, mending kita makan aja yuk yang, ntar makanannya kalau kelamaan di makan jadi nggak enak”

Lalu merekapun makan siang berdua tanpa ada merasa bersalah sedikit pun Terhadap Ammara.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status