Share

Bab 5 - Penyesalan

Raut wajah Sera tercengang saat menyadari kamarnya berubah menjadi tempat asing, sebuah dunia yang hanya diselimuti warna putih. Mata hazelnya menyelam ke seluruh penjuru, berusaha menemukan sesuatu yang dapat menjelaskan dimana dirinya berada. Nihil, ruangan tersebut tampak seperti ruangan tanpa batas, tanpa suara maupun setitik noda yang mengotori. Bahkan ia pun tidak tahu dimana saat ini kakinya berpijak. Ia benar-benar tidak mengerti bagaimana bisa berada di tempat aneh seperti ini, padahal beberapa saat lalu dirinya masih berada di kamar bersama sang kakak.

“Kak Adit...” Sera mulai membuka suaranya yang terdengar parau dan menggema nyaring. Kedua kakinya mulai dilangkahkan dengan takut-takut, seraya berharap bahwa dataran putih yang diinjakknya bukanlah dataran yang rapuh. Kedua tangannya meraba-raba di udara, mencari suatu dinding atau apapun untuk berpegang. Ia benar-benar seperti orang buta di tempat yang terang.

“Ayah, bagaimana baju baruku?”

Sebuah suara mengalihkan perhatian Sera. Mata hazelnya menangkap sosok seorang gadis kecil berumur lima tahun yang bergerak lincah sambil memamerkan gaun warna merah mudah cerah yang dikenakan. Gelak tawa gembira terdengar setiap kali membuat tubuhnya berputar hingga membuat roknya sedikit melebar. Di depan gadis kecil tersebut tampak seorang pria berumur sekitar 40 tahun tengah terduduk dengan seulas senyum yang menghias.

“Kau sangat cantik, Nak,” ucap tulus pria tersebut.

Senyuman lebar kembali terhias seakan merasa puas mendengarnya. Gadis kecil itu pun segera mendudukkan dirinya sambil memandang lekat sosok di hadapan. “Ayah, bagaimana wajah ibu? Apa dia cantik? Apa dia memiliki rambut merah yang sama sepertiku?” tanyanya dengan kedua mata berbinar.

Pria tersebut seperti terkesiap mendengar pertanyaan yang terlontar. Ia sempat terdiam beberapa detik, sebelum akhirnya menarik kedua bibir. Tangan besar pria tersebut membelai lembut rambut merah gadis kecil, menunjukkan rasa kasih sayang yang besar pada buah hatinya. “Ibumu adalah wanita yang sangat cantik,” jawabnya setelah menganggukkan kepala. “Dan kau sangat mirip dengannya.”

Gadis kecil itu kembali tersenyum lebar seketika. Dari kejauhan Sera hanya terdiam memandangi keduanya, seolah melupakan dunia putih yang sempat membingungkannya beberapa saat lalu. Namun, tak lama berselang, ia kembali tersadar saat pemandangan itu mulai menghilang dan kembali terselimuti warna putih.

“Tunggu!” seru Sera sambil berlari mencoba menghampiri tempat dimana gadis kecil dan ayahnya berada. Kegelisahan kembali terpancar jelas hingga membuat wajahnya memucat. Kedua matanya kembali manyapu sekeliling setiap kali berputar, berusaha mencari setitik warna.

Tes!

Sera membalikkan tubuh dengan cepat mencari sumber suara yang didengar barusan. Pemandangan putih di hadapannya perlahan meluruh seperti cat lukisan luntur. Mengubah ruangan putih aneh menjadi sebuah pemandangan tepian Sungai Reka yang terselimuti kabut. Sera mengerutkan dahinya masih tidak mengerti. Tubuh kecilnya berputar di tempat, mengikuti kedua matanya yang menyapu pemandangan di sekeliling hingga berhenti pada satu titik.

“Ayah...?” ucap Sera tidak percaya dengan mata terbelalak. Kedua kakinya yang kurus mulai bergerak sedikit-demi sedikit mendekati bibir sungai. Sera sama sekali tak mengalihkan tatapannya sedikit pun, hingga siluet tersebut terlihat semakin jelas membentuk sosok Sagara yang berdiri membelakanginya.

“A-ayah...,” panggilnya lirih sambil menatap lurus punggung Sagara yang terlihat buram karena genangan air mata. Tanpa disadari, otaknya kembali memutar ingatan demi ingatan kebersamaan dengan sang ayah selama ini, sampai-sampai membuatnya tersenyum samar. Namun, gambaran akan sebuah kotak kayu serta wajah marah Sagara tiba-tiba memenuhi kepalanya. Perasaan bersalah yang sempat hilang dalam hatinya kembali mencuat, membuat si gadis kecil menundukkan kepalanya dalam-dalam. Menyesal.

“Ma-maaf, seharusnya aku tidak menyentuh kotak itu,” ucapnya terbata dengan punggung tangan yang tak berhenti mengusap air mata. “Aku tidak ingin membuat ayah marah. Aku benar-benar minta maaf.”

Selang beberapa detik, sosok tersebut menolehkan kepalanya ke kiri, melihat Sera dari sudut matanya seraya tersenyum tipis. “Selamat tinggal, Sera,” ucapnya singkat.

Sera tersentak dan mengangkat kepala. Dilihatnya tubuh Sagara yang perlahan semakin menjauh ditelan kabut tebal. “Tunggu Ayah! Jangan pergi! Jangan pergi ke sungai itu!” serunya sambil berusaha untuk menggapai sosok tersebut sebelum menghilang. Namun tiba-tiba seluruh tubuhnya membatu. Gadis berambut merah itu mencoba menggerakkan kedua tangan dan kakinya dengan paksa, namun nihil. Ia hanya bisa melihat sosok tersebut menghilang ditelan kabut tanpa bekas.

“Ayah!”

"Ayaaah!!!

“Sera! Sera, bangun!

Gadis kecil berambut merah itu langsung membuka kelopak mata dengan paksa saat merasakan tepukan bertubi-tubi di kedua pipinya. Dengan cepat, mata hazelnya bergerak-gerak, diikuti deru nafas tak beraturan saat mengangkat tubuh. Pandangannya dialihkan ke arah Aditya yang duduk di tepi ranjang, melihatnya dengan raut wajah penuh kekhawatiran.

“Kau tidak apa-apa?” tanya Aditya sembari mengerutkan dahi. Tangan kanannya menyentuh pundak sang adik yang basah oleh keringat, berusaha untuk menenangkannya.

Sera masih terdiam sambil berusaha mengatur nafas. Namun, sosok Sagara yang masih membekas dalam ingatan seketika memaksa keluar butiran air mata dan mulai membanjiri wajah. “K-Kak... a-ayah... ayah...” sebutnya dengan suara yang hampir tenggelam karena menahan isak tangis.

Aditya memandangi sang adik dengan tatapan nanar seolah mengerti dan tanpa pikir panjang, langsung memeluknya erat. Suara isak tangis seketika pecah, meramaikan seisi kamar yang semula sunyi. Pemuda tersebut seketika memejamkan kedua mata, tak lagi sanggup menahan genangan air mata yang terbentuk di balik selaput kelopak hingga mengaburkan pandangan. Ia tidak tahu sampai kapan dan berapa banyak air mata yang akan terus mengalir, selama kesedihan yang masih bersarang dalam hatinya belum menghilang.

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status