Usai berkunjung selesai Kami pulang dengan berpamitan. Sampai rumah pada sekitaran jam setengah lima. Zain berpamitan untuk pulang, dan yang lain juga ikut mengekor pulang ke rumah masing-masing. Sungguh hari yang menyenangkan.
Zain sampai rumah. Sebelum membuka pintu, ia merogoh sakunya untuk mengambil kunci rumah cadangan yang di bawanya setiap bepergian ke luar, takutnya seisi rumah tidak ada orang, jadi dia antisipasi dengan membuat kunci duplikat yang saat itu ia pinjam dari bundanya. “cklekk..”,suara kunci membuka pintu rumah.Dan benar keadaan rumah tampak sepi. Kayaknya Via,Bunda, Abang serta Ayah sedang tidak berada di rumah. Sudah kuduga dirinya selalu saja ditinggali tanpa diberi kabar mereka pergi kemana. Zain melepas jaket yang terpasang di badannya. Ia selempangkan di atas tiang gantungan dekat laci ruang televisi. Lalu badannya ia lemparkan ke setumpuk bahan empuk yakni sofa. Ia rentakan kaki disana. Rebahan dimulai.Tepat setengah jam kedepJam 00.00Zain masih terjaga. Belum tidur daritadi. Malam ini Zain begitu malas untuk beranjak dari sofa busa yang empuknya berkali-kali lipat dengan stiker bergambar boygrup andalan adiknya itu. Zain masih dengan merasa nyaman rebahan disana, nyaman pada posisi tidurnya. Walaupun Via masih jinkrak-jingkrak dengerin musik bahasa korea yang ia setel itu.Walaupun ruangan ini sekitar ukuran 5 x 5 meter tapi ya sekiranya kalau Zain masuk kamar bakalan gak kedenger suara dari ruang tivi. Bukan soal ukuran sih tapi kedap suara nya kamar Zain, ga masalah lagian lagunya adem, bisa sebagai pengantar tidur gitu, “dek judul lagunya apa?”. Tanyaku ngasal.“bye my first”, katanya. Lalu ia kembali lambaikan tangannya kayak semacam berkonser di tempatnya langsung.Ingatan Zain kembali melekat kalau ia setidaknya kembali merencakan kegiatan liburan Kuliah ini. Apalagi Ramadhan bentar lagi, tekadku bermalas-malasan harus di hilangkan dari sekarang.
Dulu. Selasa, 30 Juni 2015Mengingat Brivio, kini throwback Kembali membawa kenangannya di hari-hari kelulusan masa MTs berakhir. Dimana saat itu Atla adalah cinta pertamanya.Tepat di pagi hari yang masih agak gelap Brivio terbangun dari tempat tidur tanpa lihat jam Brivio udah nyimpulin kalo ini jam 5. mengingat bahwasannya dirinya absen ngaji malam karena tertidur pulas sehabis salat malam.Tindakan pertama yang Brivio lakukan adalah lempar guling favoritnya ke kursi, kadang Brivio lipet selimut dulu tapi kali ini kagak soalnya cowok gembul itu kebelet boker, terus habis itu wudhu dan solat subuh.Setelah kelar solat subuh, Brivio cek hape siapatau ada notif dari orangtuanya yang janjinya mau menjemputnya hari ini untuk pulang. Jadi… di hari-hari kelulusan para santri khusus pada kelas sepuluh diperbolehkan untuk memegang ponsel. Saat itu Brivio meminjam ponsel milik kakak-kakak penjaga asrama alias musrif.Hanya memantau pesan chat ora
Malam harinya. pada posisi yang lain…POV Riri.19.00 wib.Riri: pRiri : ppRiri : gua ada di depan rumah loRiri : LifOlif : spam njirrRiri : OliffffRiri: eh udah bales heheOlif membuka pintu rumahnya dan ya, ada Riri disana beserta makanan minuman yang ia beli dari minimarket depan gang.Tenang kok, malam-malam begini Riri udah biasanya bawa makanan ke rumah Olif, bukan Olif yang minta sih tapi Riri nya sendiri yang mau, apalagi kalau Riri tau kalau Olif habis ditinggal pergi keluarganya anter adik ke pondok.Ya, sedekat itulah hubungan Riri dan Olif saking dekatnya rumahnya pun saling berdampingan. Yups, selain mereka bersahabat sejak kecil mereka juga bertetangga juga, makanya Riri tau situasi apa yang ada di rumah Olif.“lu tuh ya jadi orang boros banget, dirumah gua tuh udah ada banyak makanan eh lu dateng-dateng malah bawa-bawaan”, Olif.“bukannya makasih udah dibawain juga s
Pagi, 05.00 WIB.Iryn sedang berbicara sendiri di kamar.“bisa-bisanya youtuber baru itu punya sifat yang angkuh , pake acara bawa-bawa channel terbaik lagi, apaan sih”.Iryn membuka hapenya, “ya ampun ini pesanan kok lama banget, oh oh oh pesanan sudah berada di tempat jam 7 pagi”.“wah okedeh”.Kemudian Iryn keluar dari kamar karena dia merasa haus dan ingin mengambil minum di dapur, dan disana ada sang nenek yang sedang sibuk dengan pancinya.“nek, tumben sendiri di dapur, mamah kemana?”, Tanya Iryn.“mamah Lea lagi jalan-jalan ke luar bentar lagi balik, nih sekarang nenek mau rebus telur”, Katanya nenek.“wih itu telur yang kemaren aku sama Riri ambil kan nek, aku mau nyoba rebus nekk”, Ucap Iryn.“iya dong, boleh-boleh, kamu tolong ambilin garam di rak buat air rebusan ini ya”, ujar nenek.“okee..”“ini nek, oiya biar apa t
“Aku jatuh Cinta”.Tiba-tiba Cowok bertubuh gembul itu bicara sendiri membuat teman-temannya mendadak cengo. Mereka sedang menongkrong di warteg Lia, ya, Brivio menjadi pusat perhatian satu meja, Azka yang duduk di sampingnya menatap heran cowok itu.“hah?”.“Aku udah nggak stuck dia lagi”.“Bentar—uhuk!! Zain keselek. Dia langsung mengambil minuman. Brivio menatapnya penasaran.Saat kondisi sudah mulai tenang, Zain membuka topik pertanyaan pada cowok gembul itu. “jadi, jadi ke pesantren nemuin Atla?”.Brivio menggeleng.“lho berubah pikiran?”Brivio kini mengangguk.Zain berpikir beberapa lama, keningnya mengerut. Dia mengetahui bahwasannya Brivio sedang mengalami masa labil, sulit memilih, seharian kepribadian dia memang agak berbeda dari sebelumnya, kalem. Zain menyimpulkan pasti karena Cewek yang ia kejar sewaktu hujan tiba kemaren.“ngomong-ngomong, ak
Iryn bersandar ke pepohonan dekat rumah. Menatap Brivio yang mau lewat dari hadapannya. Dan ternyata dia ingin menemui cewek yang sedang bersandar itu, Iryn memberikan sorot malas lalu menguap.“aku habis collab sama anak youtub, ngajinya pagian aja ya”.“emang aku ngajak kamu ngaji? Bukan, aku mau minta alamat rumah sakit itu”, ungkap cowok gembul yang terheran-heran walau sebenarnya dia ketawa dalam hati.“Raya Agung? Ohh bilang dong daritadi, nih”, Iryn merogoh ponsel yang berisi alamat rumah sakit itu.“oke makasih”, Brivio menjawab. Dia kembali melanjutkan langkah kakinya ke depan sehingga meninggalkan Iryn yang ada di hadapannya. Iryn tampak memasang muka kesal karena orang itu nggak ada basa-basi sama sekali, “tunggu dulu bentar”.Brivio menengok, mengetahui dirinya dipanggil kemudian ia berjalan mundur menemui sang pemanggil, “kenapa?”.“ah iya. Aku ada kenalan teman p
Jam 13:30 WIB.Setelah menunggu mobil jemputan tiba dan kami berangkat saat itu juga, dengan perjalanan sekitar tiga puluh menitan, akhirnya kami sampai ke tempat tujuan. Ya,memang jarak dari lokasi rumah kami ke Rumah Sakit agak jauh, karena daerah rumah kami itu hanya dekat dengan puskesmas, adapun rumah sakit tetapi bangunannya sedang direnovasi, ada pula yang tak berpenghuni alias terbengkalai tak terawatt. Yang kalau kita uji nyali malam-malam bakal rame sejagad.Jarang sekali rasanya Zain mengunjungi ke tempat itu, ya sebaiknya jangan sampai terjadi menimpanya atau orang terdekatnya. Seperti diketahui, ia termasuk pertama kali datang ke rumah sakit menjenguk seseorang, biasanya sih Cuma menjenguk orang tuh di rumahnya itupun sakitnya karena masih bisa diwajarkan. Jadi sekarang Zain dibilang antusias pun mustahil soalnya juga ini adalah kabar buruk yang nggak mesti di gegerkan.Mobil melaju ke sisi tepat depan pintu utama Rumah Sakit Raya Agung, Kami diturunkan d
Zain keluar dari ruangan pasien. dan melihat Riri duduk sendirian. Iryn sepupu dari Riri pun gak kelihatan. Cowok itu langsung memindai pemandangan disana. Bahkan Brivio,Azka pun juga tak Nampak batang hidungnya. Mungkin Riri lagi nungguin mereka buat masuk bareng, atau yang lain nanti nyusul karena mereka kebelet ke WC secara bersama-sama. tapi nyatanya, Riri juga sedang kebingungan sendiri sekarang.Zain langsung tak segan bertanya dengan perempuan yang terlihat kebingungan itu. Mumpung Farel masih di dalam dan Zain sudah keluar terlebih dulu. Kondisi di dalam juga lumayan nyaman walau Zain ingin menengok keluar akhirnya. Nggak pakai acara duduk dulu ke bangkunya buat istirahat, Zain buru-buru deketin Riri.“Ri”Riri, yang lagi tenggelam dalam pikirannya di sanubarinya pada koridor ruangan pasien sampai langsung ngangkat kepalanya menoleh. Dia beneran kaget, soalnya Zain tau-tau udah berada di depan hadapannya. Udah gitu suaranya menganggetkan banget. Ka