Bercerita tentang Zain seorang mahasiswa di universitas Islam ternama yang mengisi waktu luang untuk mengajak teman-temannya melakukan kegiatan bermanfaat di bulan Ramadhan. Dimulai Ramadhan tahun ini merupakan awal dari kisah diantara mereka berkembang seiring berjalannya waktu. Akankah Zain dan teman-teman mampu melewati Ramadhan tahun ini dan melangkahkan kaki bersama di jalan yang benar? Cerita ini penuh dengan semangat emosi dan juga kelabilan yang menggambarkan kehidupan anak yang baru bertumbuh dewasa yang dapat diharapkan dinikmati pembaca.
Lihat lebih banyakMungkin pernahkah terngiyang akan lagu— Libur telah tiba, libur telah tiba. Hore, horeee. Itulah penggalan lirik lagu yang di lantunkan oleh Artis cilik Tasya Kamila.
Namun ini bukan tentang Tasya yang mengalami libur yang disambut sukacita dengan berjingkrak-jingkrak ria sambil menyanyi lagunya sendiri. BUKAN.
“gimana ndok rasanya oleng ke jurusan sejarah?”, Suara Gita yang didengar tidak langsung oleh lawan bicaranya Zain melalui jaringan Video Call.
Zain, laki-laki berumur 20 tahun, mahasiswa Fakultas Adab dan Dakwah di salah satu universitas negeri Islam di Bandung.
Sedang menikmati libur semesterannya. Sedang berbincang dengan sepupu nya yang berada jauh di negeri orang.
“ya begitulah Kak Git. Dijalanin aja”.
“kalau ndak kuat yo, ndak usah dipaksa toh”, mendengar perkataan Gita yang merupakan sepupu dekatnya, Zain hanya bisa mengendus kesal,
“ck..bukan masalah kuat nggaknya kak”.
“gini loh, aku tuh udah relain waktu buat belajar, udah doa juga, optimis juga udah, malahan berharap banget keberuntungan akan datang kepadaku. Tapi nyatanya nihil”
“aku terlalu anggap santai semuanya, mungkin selama ini memang aku sendiri yang terlalu pede dan menyepelekan, bahkan aku percaya takdir itu dapat diubah, tapi aku tidak dapat merasakannya".
"Sekarang aku harus apa Kak Git?”, tanyanya setelah ia selesai menceritakan.
Terlalu berat dijawab, Gita sedikit menggaruk kerudungnya yang tak gatal,
“jangan mikirin takdir dulu Zain elahh, emang kamu tau takdir kamu gimana nantinya? enggak kan, oleh sebab itu kita sebagai seorang manusia berpikirnya jangan kedepan mulu, sekali-kali liat belakang macam kaca spion, ngerti ora?”
“ngecheck kondisi belakang gitu ya?”, Gita tersenyum lalu menambahkan,
“lihat dari kejadian yang pernah kamu alamin dulu, belajar dari situ, nah kamu bisa dapat pengalamannya”.
“kayaknya sedikit kak perubahannya, urang nteu pinter-pinter. Lama banget ngestart otak loading mulu udah kayak komputer pengen di servis”.
“kayaknya emang Allah belum ngizinin kamu jadi pinter cuk, karena Allah tau lo bakal sombong, nggak tau diri, lalai, entar lo bakal mikirin segala hal dengan otak lo terus tanpa diselingi agama”.
“Perkataannya nancep borr, iri urang mah keur maneh”
“hilangin iri, mending irinya membangun. Tapi kalo ujung-ujungnya jadi dengki, siap-siap ndak masuk penghuni surga sejati” Tegasnya sampai Zain membulatkan matanya seperti tahu bulat,
“Astagfirullah, nyelekit pisan Kak Git tuh, ihhh parah Naudzubillah Ya Allah”.
“makanya disyukuri, dan sudah sepantasnya lo banyak berterima kasih kepada-Nya, nggak semua orang bisa ditunjukkin jalan-Nya untuk diingatkan kembali kepada-Nya, nah kalau udah gini, siap-siap lo masuk seleksi penghuni surga sejati”.
Dengan ekspresi bangga Zain berkata,
“Waww.. siap Ustadzahku syukroon katsiroon”, dijawabnya cepat, “afwan, dah ahh mau nyuci. Kelamaan nanti bayarnya mahal, jarak Indonesia ke Jerman kan jauh”. candanya.
“sombong..dikeluarin dari seleksi loh”, goda Zain.
“hmm ya iyaa, tapi ini mau nyuci serius”, Sahut Gita dan dibalas acungan jempol Zain,
“okeoke semangat nyucinya” dan percakapan pun berakhir masing-masing menutup Vc.
Setelahnya Ponsel Zain berderit, ada sebuah Pesan dari Brivio. Temanku.
CHAT
Brivio:
| jadi kesini nggak, katanya mau bahas kegiatan bulan RamadhanZain
| tumben lu bri, iya otwBulan Ramadhan dapat dihitung berapa hari lagi, singkatnya satu bulan. Kami begitu antusias saat kegiatan bulan Puasa diadakan apalagi atas keinginan Kita sendiri untuk membangunnya.
Lumayan kan pengalaman baru, kebetulan juga Kompleks blok M anak-anaknya banyak yang seumuran jadi lebih nyambung buat rundingannya.
Sampailah di Rumah Brivio. Disana ada Azka dan Olif. kemudian, ada Yasmin juga.
Formasi saat itu masih berlima, disitu kami mulai merencanakan terlebih dahulu sebelum mengajak semua anak komplek menjadi anggota.
Di balik tembok rumah Brivio ada 3 anak perusuh yang sedang menguping.
“kita pengen bersin sial”, celetuk Farel sambil memegang hidungnya.
“ssttt jangan nanti ketauan bego”, jawab Jefri yang posisinya diatas Farel.
Sedangkan Denan diposisi bawah menahan rasa berat.
Tak lama hidung Farel udah ngga bisa diajak kompromi makanya Farel langsung keluarin bersinnya dan otomatis mereka pada gubrak lalu yang diintip pada cengo semua, bodo amatlah ketahuan udah ga tahan.
“Astagfirullah Kaget”, Sahut Olif bersamaan disusul oleh Yasmin
“Tuhkan bener ada yang nguping”, Zain dengan lagak instingnya
“Astagfirullah kaget Aing”, dilanjut Azka sambil mengelus dadanya, sedangkan Brivio sang pemilik rumah hanya terdiam.
Kalau udah ke-geb kayak begini ujungnya bakal susah buat cari alasan.
Semua ini gegara Farel yang ngajak nguping padahal ini bukan caranya Farel tapi entah kenapa dia malah nurut-nurut aja.
Seringnya anak-anak ini memang suka banget mondar-mandir di rumah Brivio biasanya Cuma lewat doang, kadang ngejahilin pemilik rumahnya apalagi jika ada Azka kalau ikut nongkrong terus mood hancur wah bisa-bisa mereka tawuran.
“ini pada ngomongin apa sih”, Tanya Jefri sok akrab sedangkan Denan sama Farel hanya saling senggol-senggolan
“bukan urusan lo”, jawab Olif dan dilanjut candaan Yasmin, “eh anak kecil tuh gausah ikut-ikutan”
Zain pun menyambungnya, “pala lo anak kecil hahaha”.
Jefri tak merespon kembali ucapan mereka itu, Farel sendiri kayak gini sudah biasa ia tanggapkan tak lantas membuat ia menyerah dan pergi.
sedangkan Denan ia benar-bener pengen pergi aja kalo ngga ada mereka berdua malu borr wajah tampan nya ternistakan.
Keberadaan mereka disini bisa diibaratkan sama aja kaya kentut orang yang jaraknya 10 kilometer lebih. Nggak akan tercium, didengar juga kagak ya iyalah 10 kilometer dong.
Udahlah ngapain kentut dibicarain yang ada waktu 24 jam kita keburu habis Cuma gegara ngomongin kentut.
“lain kali yang sopan dong jangan nguping pembicaraan orang!”, Omel Olif yang direspon kasar oleh Jefri,
“B.A.C.O.T”
“udah ah yuk cabut”, dijawab oleh anggukan Jefri,Denan.
Melihat kedua temannya pergi Jefri pun ngikut pergi juga sambil smirk- smirk indah dahulu kearah Yasmin kemudian ia berkata,
“Yasmin…katanya Jefri suka jeh”, setelahnya ia ngibrit pergi.
Hari Pertama
Pada siang harinya, Zain mengajak diskusi rundingan Kurma kembali, bedanya kali ini kumpul dirumahnya.
Formasi masih berlima, Zain ini membahas bagaimana cara mempromosi kepada anak-anak kecil komplek yang mau diajak pesantren kilat.
Berhubung kegitaan anak-anak di komplek ini lagi sibuk-sibuknya tes seleksi tahfizh di salah satu pesantren yang jarak tempuhnya 7 menit kalau naik kendaraan, jadi mereka harus sebisa mungkin membagi waktu alhasil Zain menyarankan agar pesantren kilatnya diundur menjadi sore hari sekalian itung-itung sebagai ngabuburit menunggu buka puasa.
Atas saran yang telah dibuat, Brivio, Azka, Olif, dan Yasmin cuma bisa ngangguk-ngangguk setuju mungkin mereka menyerahkan penuh pada Zain ini atau mungkin lelah dengan semua ini.
Beralih ke awal lagi yakni cara mempromosi, Disitu kami masih mencari solusi.
Hingga Suatu ide pun akhirnya muncul,
“ajakin aja anak-anak esdeh pasti seru”.
“mending buat pamflet aja terus disebarin”.
“minta grup w******p warga blok M aja”.
Dari 3 ide yang kami sudah usulkan, akhirnya Zain memantapkan pilihannya kepada Olif.
Ini sangat disayangkan, padahal usulan Azka termasuk yang paling simple, efisien, dan yang pasti non badget.
Alasannya sih katanya kurang sopan kalau di grup.
“min, tolong kamu fotocopy pamfletnya ya”, suruh Zain kepada Yasmin.
“loh kamu ternyata udah buat pamfletnya?”, sahut Olif lalu dibalas anggukan Zain,
“hooh”.
“Kalau gitu ceritanya sih mending ngga perlu minta usulan dari kita kali zen”.
“gapapa, biar kalian ada kerjaan gitu”, kali ini Brivio yang ngomong.
Tak lama sorenya Brivio pulang karena Yasmin dan Olif tak kunjung datang membawa fotocopy-an.
usut punya usut, ternyata mereka mandeg di resto seafood yang baru buka 3 hari lalu, sementara itu Zain juga mau pergi, jadi intinya Azka diusir.
Malamnya 3 anak laki-laki ini (Zain,Brivio,Azka) berniat menawarkan kegiatan tersebut kepada abang-abangnya kali aja mereka mau kan enak tuh, otomatis jika mereka ikut akan menjadi yang tertua di Kurma dan akan sering ditunjuk oleh Kak Fariz.
Beliau adalah guru agama di madrasah kami menimba ilmu dulu, sebagai pemateri, Syukur-syukur mereka terus, agar kita hanya mantengin tanpa lelah menjelaskan.
Ya, dari kelima formasi member Kurma ini, yang masing-masing mempunyai kakak ialah Zain, Brivio dan Azka yang dimana dari situlah merupakan salah satu alasan kami bertiga menjadi akrab karena ketiga kakak nya tersebut adalah seorang lelaki yang merupakan geng satu sama lain.
Intinya buah jatuh nggak jauh dari pohonya lah..
Ekspektasi yang dibayangkan ternyata salah, boro-boro jadi pemateri, diajakin aja nolak, hal ini disesali oleh Brivio yang telah mengajak abangnya sama seperti halnya, Zain pun sama belum juga nawarin udah kesel sendiri bawaanya.
Di lain sisi Azka malah kebalikannya, aanya kekeh pengen ikut tapi ditolak mentah-mentah olehnya alasannya simple ‘malu-maluin’,
“gimana nggak? Aa nya Cuma pengen numpang makan aja kan malu-maluin namanya”, gumam Azka.
Gadis itu kali ini berputar-putar sambil memadangi kartu itu selayaknya dunia milik dia dan kartu itu…beberapa orang yang melihat terkadang tertawa dan mengherankan dengan tingkah yang dilakukan Viaa saat ini, aneh,aneh,aneh,aneh,aneh.“neng otaknya geser ya, sini ibu cari orang yang lain saja”.“eh jangan bu, saya kenal orangnya sayang kalau ibu kasihin ke yang lain dan dia gatau orangnya susah loh bu”.“oh yaudah”. Jam 18:00 WIBTibalah Buka Puasa…Bersyukur Via sudah pulang tepat waktu, ia bisa menyantap makanan di rumah.Kali ini Via membawa temannya dari kampus, namanya Thea.Sebenarnya mereka udah saling kenal sejak SMP.Berhubung sudah waktunya jam Berbuka puasa, alhasil Via menawari sahabatnya tersebut untuk makan dirumah dan Thea akan bermalam juga disana, hitung-hitung merayakan hari libur kuliah.Di sela-sela makan, mereka berbincang.
18:00 WIBSelesailah kegiatan kampus hari ini, sungguh hari-hari yang begitu sibuk dengan ditambah mengikuti kumpulan kajian ukm jurnalistik. Tumben apa Via rajin minggu ini. Ya mungkin saja Via sedang mencoba fokus pada kegiatan jurnalis daripada mata kuliah begitu menyulitkan.Mungkin saja jika waktu memihak pada Via tuk menjadi Reporter di yang akan datang sungguh pasti seru bukan.Matahari sudah terbenam otomatis langit pun bentar lagi akan gelap, kali ini dia akan pulang ke rumah dengan membawa motor. Untuk pertama kalinya Via mengendarai motor pada suasana malam.Yaela motornya nyempilBakalan susah diambil nihTepat di parkiran motor, terlihat Via yang sedang kebingungan akibat banyaknya motor yang memakirkan di dekat motornya sehingga terperangkap dan sulit keluar. Jalan satu-satunya ialah memindahkan motor-motor tersebut satu per satu.Suwe lahCoba Via berotot dah Via angkat tuh motor“Neng ada yang
***Kelas free karena dosen gak datang alhasil Ributnya kelas membuat Riri tak konsen merangkum matkul pagi ini di jam pertama yaitu mata kuliah ilmu sejarah. Cewek dengan lagak agak Tomboy itu heran sama kelas Riri sendiri santuy banget ngadepin tugas-tugas dari dosen yang kalau diitung entah itu seberapa Riri lupa lagian Riri sengaja dilupain biar tau rasa tuh tugas di kacangin wkwkwkwk.Bobrok nya bisa dibilang tidak jauh berbeda sama sekolah jaman SMA Riri dulu..akhhh..jadi gabisa move on nih walaupun Riri hanya sebagai pelaku figuran di setiap moment-moment seru di kelas tapi sekiranya Riri banggalah punya kelas penuh kenangan itu, kenangan bareng genk gue nya doang yaiyalah.“Tringtringtring”“aciee bebebbb nelpon tuh diangkatlah”. Temen-temen menyoraki Jiselle, palingan itu Betrand yang nelpon ucap Riri dalam batin.Nasib jadi single sejak lahir menjadikan Rriri sudah terbiasa dalam situasi seperti ini. Tahukah anda?terka
Di suatu hari pada Ramadhan yang baru tiba, tepat pada posisi cewek nelangsa disana. Rriri dan beberapa benda disekitarnya seperti pulpen, buku yang selalu aku corat-coret entah apa yang Riri tulis, Riri terus memenuhi lembar kosong kertas itu serta sesekali mengutak-ngatik hape untuk mengetahui banyaknya notifikasi yang masuk. namun hanya beberapa yang penting lalu Riri tutup kembali. televisi yang sekarang menemani kesendiriannya yang Riri putar siaran kartun, ya.... karena Riri suka kartun sampai sekarang. sebelas duabelas tidak jauh dengan Zain."males banget"tulisannya saat ini tidak teratur membuatnya malas menulis entah karena kehabisan ide atau apa Riri beralih mengenggam hape dan melihat beberapa grup yang belum sempat nya baca hemm... seperti sengaja tidak Riri baca-baca.yang pertama terdapat grup sebuah organisasi yang Riri masuki sewaktu semasa sekolah SMA Riri dulu,"sudah 400 lebih notifikasi grup ini""lebih
malam hari adalah malam yang paling asyik untuk kita merenungkan sesuatu pada hari esok.Ya yang kutahu malam ini penuh dengan bintang yang bersinar, tentu banyak disana berjejeran.“waw sungguh mereka beruntung bisa bersama-sama”Tak lama gadis itu mulai terhanyut pada khayalan yang entah kenapa terus menghatuinya minggu-miggu ini. Persis seperti kamar nobita yang dimana meja belajarnya dekat dengan jendela. Begitupun Viagatha.Viagatha atau bisa kita panggil dengan panggilan Via, sedang sibuk-sibuknya menyelesaikan deadline pada 3 hari dari sekarang, Tugas sastra yang Via sukai lantas tak membuatnya harus bersemangat malam ini untuk ia selesaikan, bagaimana bisa sebuah ide memaksa masuk dalam sekejap. Apakah hasilnya akan maksimal?“Viiii makan, turun sini ada steak tempe”, teriak sang abang dari bawah tangga.Seleras Via mengucap “iya duluan bang, nanti Via turun bentar lagi”, Ucapnya bentar yang dimaksudkan entah
Jujur kalau harus jujur Zain bosan setengah mati jalan-jalan ke tempat ini. Satu, menurutku sih , tempat belanjanya tidak recommended. Ya, semua itu bisa juga kamu dapatkan di pasar okodomi. Pasar yang selalu rame, setiap harinya. Makanya Zain tidak menyukainya. Kedua, kamu akan melihat orang orang yang berteriak sana-kemari dari mulai penjual yang menjual barangnya serta pembeli yang rewel akan penawaran kepada penjual yang beda jauh banget.Tapi…ya maafkan hobi main bermain atau rebahan dirumah harus Zain hentikan sekarang. tak kerasa rasanya hari sudah Zain lewati selama sebulan penuh, dan sekarang bulan ramadhan datang juga. Seperti pada umumnya, di hari pertama untuk menyambut bulan ramadhan keluarga Zain berbelanja untuk kebutuhan berbuka dan sahur. Karena tadi malam kami berdiskusi dimana kami akan berbelanja, akhirnya diskusi tadi malam dimenangkan oleh ayah. beralasan menghemat perekonomian , meskipun begitu pasar adalah destinasi utama untuk berbelanja bahan ma
Zain keluar dari ruangan pasien. dan melihat Riri duduk sendirian. Iryn sepupu dari Riri pun gak kelihatan. Cowok itu langsung memindai pemandangan disana. Bahkan Brivio,Azka pun juga tak Nampak batang hidungnya. Mungkin Riri lagi nungguin mereka buat masuk bareng, atau yang lain nanti nyusul karena mereka kebelet ke WC secara bersama-sama. tapi nyatanya, Riri juga sedang kebingungan sendiri sekarang.Zain langsung tak segan bertanya dengan perempuan yang terlihat kebingungan itu. Mumpung Farel masih di dalam dan Zain sudah keluar terlebih dulu. Kondisi di dalam juga lumayan nyaman walau Zain ingin menengok keluar akhirnya. Nggak pakai acara duduk dulu ke bangkunya buat istirahat, Zain buru-buru deketin Riri.“Ri”Riri, yang lagi tenggelam dalam pikirannya di sanubarinya pada koridor ruangan pasien sampai langsung ngangkat kepalanya menoleh. Dia beneran kaget, soalnya Zain tau-tau udah berada di depan hadapannya. Udah gitu suaranya menganggetkan banget. Ka
Jam 13:30 WIB.Setelah menunggu mobil jemputan tiba dan kami berangkat saat itu juga, dengan perjalanan sekitar tiga puluh menitan, akhirnya kami sampai ke tempat tujuan. Ya,memang jarak dari lokasi rumah kami ke Rumah Sakit agak jauh, karena daerah rumah kami itu hanya dekat dengan puskesmas, adapun rumah sakit tetapi bangunannya sedang direnovasi, ada pula yang tak berpenghuni alias terbengkalai tak terawatt. Yang kalau kita uji nyali malam-malam bakal rame sejagad.Jarang sekali rasanya Zain mengunjungi ke tempat itu, ya sebaiknya jangan sampai terjadi menimpanya atau orang terdekatnya. Seperti diketahui, ia termasuk pertama kali datang ke rumah sakit menjenguk seseorang, biasanya sih Cuma menjenguk orang tuh di rumahnya itupun sakitnya karena masih bisa diwajarkan. Jadi sekarang Zain dibilang antusias pun mustahil soalnya juga ini adalah kabar buruk yang nggak mesti di gegerkan.Mobil melaju ke sisi tepat depan pintu utama Rumah Sakit Raya Agung, Kami diturunkan d
Iryn bersandar ke pepohonan dekat rumah. Menatap Brivio yang mau lewat dari hadapannya. Dan ternyata dia ingin menemui cewek yang sedang bersandar itu, Iryn memberikan sorot malas lalu menguap.“aku habis collab sama anak youtub, ngajinya pagian aja ya”.“emang aku ngajak kamu ngaji? Bukan, aku mau minta alamat rumah sakit itu”, ungkap cowok gembul yang terheran-heran walau sebenarnya dia ketawa dalam hati.“Raya Agung? Ohh bilang dong daritadi, nih”, Iryn merogoh ponsel yang berisi alamat rumah sakit itu.“oke makasih”, Brivio menjawab. Dia kembali melanjutkan langkah kakinya ke depan sehingga meninggalkan Iryn yang ada di hadapannya. Iryn tampak memasang muka kesal karena orang itu nggak ada basa-basi sama sekali, “tunggu dulu bentar”.Brivio menengok, mengetahui dirinya dipanggil kemudian ia berjalan mundur menemui sang pemanggil, “kenapa?”.“ah iya. Aku ada kenalan teman p
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen