Untung ada rumah sakit terdekat, yang hanya berjarak lima menit dari lokasi kejadian. Begitu sampai di rumah sakit, aku memarkirkan mobil sembarangan. Lalu secepat kilat, aku menurunkan tubuh Senja yang sudah tidak sadarkan diri. Beberapa orang suster dan seorang Dokter wanita paruh baya mengenakan masker, bergerak cepat membawakan tempat tidur dorong.Aku letakkan tubuh Senja perlahan, diatas tempat tidur. Lalu secepat mungkin, Senja dibawa ke ruang operasi. Tidak lama rombongan keluargaku datang, dan Aim berwajah pucat sampai tubuhnya gemetar hebat. "Cece Cia, kenapa ini terjadi pada Cece Cia," ucapnya dengan wajah panik. "Tenang Im, InsyaAllah Cecemu akan selamat," hibur Kak Cepi. "Ini bukan yang pertama Cece Ciaku, mengalami hal buruk. Ini sudah kesekian kalinya, dan itu selalu terjadi karena dia ingin menolong orang. Kenapa Cece Cia selalu mempertaruhkan nyawanya, untuk orang lain! Kenapa dia tidak pernah memikirkan aku ... Aku akan sendirian di dunia ini, kalau dia mati!"
Aku pulang ke rumah sebentar, untuk mandi dan berganti dengan seragam dinas Kepolisian. Setelah itu aku pergi bekerja, tanpa sarapan. Mama juga tidak terlihat, tapi aku juga masih kecewa dengan sikap yang Mama perlihatkan di rumah sakit tadi. Sesampainya di Polres, ada banyak wartawan menunggu. Karena memang kejadian kemarin, menjadi berita yang heboh. Untung rumah sakit tempat Senja dirawat, dirahasiakan tempatnya oleh pihak kepolisian. Karena ditakutkan, ada beberapa pihak yang terkait dengan pengeboman kemarin masih berkeliaran bebas di luaran sana. Aku turun dari mobil, dan dengan dibantu Bang Ucok serta anggota lion king yang lain aku bisa masuk ke ruanganku tanpa harus menjawab pertanyaan para wartawan. "Alhamdulillah, Senja sudah dirujuk ke rumah sakit yang lebih bagus ya Ndan," ucap Abeng. "Maksudnya apa!" tanyaku shock. "Lho, tadi ada telepon dari pihak rumah sakit. Katanya keberadaan Senja di rumah sakit yang itu diketahui oleh wartawan, sampai parkiran mereka dipenuh
"Kamu pulang jam berapa semalam Bang?" tanya Mama, saat kami sedang sarapan."Jam lima Ma, ini belum ada tidur lagi. Soalnya semalam ada buronan kawanan begal, yang sudah kami ketahui posisinya. Jadi Abang sama anak buah, harus cepat menangkap mereka. Takutnya keburu kabur lagi, kan jadi susah mau cari tempat persembunyian barunya," jawabku santai."Kasihan banget anak Mama, pasti capek ya? Lihat tuh, gara-gara Papa ingin anak laki-laki satu-satunya ikut jadi Polisi. Jadinya anak Mama yang paling ganteng ini, punya mata panda. Nanti ikut Mama perawatan ya nak, biar dihilangkan itu kantong matanya," rengek Mama manja.Aku hanya geleng-geleng kepala saja, karena malulah! Masak Polisi keren seperti aku, ikut perawatan sama Mama. Bikin image jantan aku jatuh saja!"Hmmm, asrama putrinya Abang Pasya ribut banget deh!" omel Friska. Adik bungsuku, yang baru berusia enam belas tahun."Berisik ya Dek. Ehh, ngomong-ngomong Bang Jono kamu kemana?" godaku."Jono! Jono! Johnson namanya, enak bang
Jam tujuh malamnya, aku pulang dengan tubuh lelah. Karena harus menginterogasi, kawanan begal yang kami tangkap semalam. Lalu membuat laporan, duduk di depan komputer memang lebih membuat lelah daripada mengejar para penjahat di jalanan. Karena kalau aku sedang mengejar penjahat, banyak pasang mata kaum hawa yang memandang kagum. Lalu tidak lama, videoku akan fyp serta trending di dunia maya. Sementara Mama dengan bangga, akan mengirimkan video-videoku ke semua grup yang beliau ikuti. Begitu sampai di rumah, aku lihat mobil dinas Papa sudah terparkir di depan rumah. Begitu memasuki rumah, aku mencium aroma sambal terasi yang pedas tapi bisa dipastikan rasanya enak. Memang sambal terasi, adalah makanan kesukaanku. "Enak nih," ucapku begitu sampai di meja makan. "Enak dong, Senja masak makanan khas Tanjung Pandan. Lihat, ada gangan ikan kakap merah, sambal belacan ya Senja?" tanya Mama. Senja keluar dari dapur, dengan membawa dua piring yang mengepulkan asap beraroma terasi juga.
Emily, kekasihku selama tiga bulan ini berada di dalam kamar yang aku grebek. Dia terlihat malu, sekaligus panik. Karena sedang berbaring di ranjang hotel, hanya tertutupi sehelai selimut saja.Dari ekor mataku terlihat Senja sedang menggeledah sekeliling kamar ini, bersama anak buahku yang lainnya."Lapor Ndan, ini ada Bong, dan bungkusan yang sepertinya dijadikan wadah untuk menyimpan sabu," lapor Senja.Aku mengambil kedua barang haram itu, dan kembali menatap Emily yang masih berada di posisi seperti tadi. "Ayo dipakai bajunya! Senja kamu tolong bantu geledah psk, ini ya!" ucapku geram."Siap, Ndan."Aku bersama laki-laki yang lain keluar, dan orang yang membooking Emily aku interogasi.Aku mendengus kesal, saat melihat Bapak yang membooking Emily adalah seorang lelaki paruh baya dengan perut buncit dan wajah seram. Sebenarnya kurangku itu di sebelah mana! "Selamat malam Bapak, perkenalkan saya Iptu Pasya. Boleh saya lihat kartu identitasnya?""Boleh Pak, tapi bisakan berita in
Setelah urusan di hotel selesai, kami lanjut ke sebuah pemukiman padat penduduk. Karena ada laporan masuk, sedang terjadi tawuran antar geng disana. Bayangkan, dengan dungunya mereka melakukan live sambil tawuran! Memang minta di gelandang, ke markas kami!"Pegang senjatanya yang benar Senja! Saya mau lihat kehebatan kamu, yang kata Papa sudah diakui sebagai sniper itu!" perintahku. "Baik Ndan," jawabnya dengan wajah datar. Aku menggeram frustasi dibuatnya. Sebenarnya apa yang terjadi, sampai dia memiliki ekspresi menyebalkan itu? Aku terbiasa mendapatkan senyuman, ataupun tatapan kagum dari para kaum hawa. Jadinya gondok, saat bertemu manusia berekspresi batu seperti Mentari Senja satu ini! Jalanan mulai lengang, jadi kami semua bisa cepat mencapai lokasi kejadian. Sementara dua orang menjijikkan yang kami ciduk tadi, sudah dibawa duluan oleh anak buahku yang lain! Tarr ... Kami kaget saat baru berada di simpang tiga, sudah disambut lemparan petasan berukuran besar. Untung G
Keesokan harinya, aku bangun jam lima pagi. Karena Papa selalu mewajibkan keluarganya, dan semua pekerja yang beragama Islam di rumah ini untuk sholat subuh berjamaah. Mama dan Friska juga ikut. Tapi pagi ini ada tambahan anggota baru, yaitu Senja. Dia terlihat tinggi menjulang sendirian, mengenakan mukena warna putih yang sudah pudar dan berwarna sedikit kekuningan. "Senja, kenapa mukena kamu sudah jelek? Nanti Ibu belikan yang baru ya, atau mau Ibu berikan salah satu koleksi mukena Ibu jadi bisa langsung kamu pakai sekarang?" tanya Mama. "Nggak apa Ibu, tapi ini mukena milik almarhumah Ibu Suryati pemilik panti asuhan. Beliau mewariskan mukena ini untuk saya. Makanya akan selalu saya pakai, dan rawat terus," jawab Senja sendu. Mama terlihat tidak enak, dan mengelus pundak Senja. Aku juga ikut terenyuh, mendengar asal usul mukena lusuh itu. Terkadang sebuah barang dicintai bukan karena kemewahannya, tapi bisa juga karena kenangan indah dari seseorang yang tersimpan di dalamnya.
Sekitar jam sepuluh pagi, semua yang janji akan datang belum juga memperlihatkan batang hidungnya. Aku jadi kesal, karena kebiasaan ngaret begini selalu akan terjadi di mana saja! Tapi senyumku langsung terbit, saat melihat Mama video call ke handphoneku. "Assalamu'alaikum, Mama cantik," godaku."Alaahhh, Abang ini bukan cuma suka godain cewek-cewek diluaran sana saja. Istri Papamu pun, kamu godain juga," ejek Mama. Aku tertawa melihat ekspresi Mama yang malu-malu. "Kenapa Ma, kok, itu ada asap di dekat kolam?" tanyaku kepo. "Nah, itu dia yang mau Mama perlihatkan sama kamu Bang. Senja lagi bikin pesanan kamu, tadi sudah bikin pakai satu kilogram ketan. Nggak tahunya enak banget, jadi Mama gas beliin lima kilogram ketan putihnya. Supaya kalau sudah jadi, bisa dikirim dua kilogram ke kamu yang dua kilogram kirim ke Papa. Sisanya mau Mama bekukan, nanti kalau pingin makan tinggal hangatkan saja di airfryer. Lihat deh," ucap Mama sambil memperlihatkan Senja yang sedang sibuk memasuk
Aku pulang ke rumah sebentar, untuk mandi dan berganti dengan seragam dinas Kepolisian. Setelah itu aku pergi bekerja, tanpa sarapan. Mama juga tidak terlihat, tapi aku juga masih kecewa dengan sikap yang Mama perlihatkan di rumah sakit tadi. Sesampainya di Polres, ada banyak wartawan menunggu. Karena memang kejadian kemarin, menjadi berita yang heboh. Untung rumah sakit tempat Senja dirawat, dirahasiakan tempatnya oleh pihak kepolisian. Karena ditakutkan, ada beberapa pihak yang terkait dengan pengeboman kemarin masih berkeliaran bebas di luaran sana. Aku turun dari mobil, dan dengan dibantu Bang Ucok serta anggota lion king yang lain aku bisa masuk ke ruanganku tanpa harus menjawab pertanyaan para wartawan. "Alhamdulillah, Senja sudah dirujuk ke rumah sakit yang lebih bagus ya Ndan," ucap Abeng. "Maksudnya apa!" tanyaku shock. "Lho, tadi ada telepon dari pihak rumah sakit. Katanya keberadaan Senja di rumah sakit yang itu diketahui oleh wartawan, sampai parkiran mereka dipenuh
Untung ada rumah sakit terdekat, yang hanya berjarak lima menit dari lokasi kejadian. Begitu sampai di rumah sakit, aku memarkirkan mobil sembarangan. Lalu secepat kilat, aku menurunkan tubuh Senja yang sudah tidak sadarkan diri. Beberapa orang suster dan seorang Dokter wanita paruh baya mengenakan masker, bergerak cepat membawakan tempat tidur dorong.Aku letakkan tubuh Senja perlahan, diatas tempat tidur. Lalu secepat mungkin, Senja dibawa ke ruang operasi. Tidak lama rombongan keluargaku datang, dan Aim berwajah pucat sampai tubuhnya gemetar hebat. "Cece Cia, kenapa ini terjadi pada Cece Cia," ucapnya dengan wajah panik. "Tenang Im, InsyaAllah Cecemu akan selamat," hibur Kak Cepi. "Ini bukan yang pertama Cece Ciaku, mengalami hal buruk. Ini sudah kesekian kalinya, dan itu selalu terjadi karena dia ingin menolong orang. Kenapa Cece Cia selalu mempertaruhkan nyawanya, untuk orang lain! Kenapa dia tidak pernah memikirkan aku ... Aku akan sendirian di dunia ini, kalau dia mati!"
Tidak terasa Hut Bhayangkara sudah di depan mata. Besok, kepolisian akan merayakan Hut Bhayangkara di gedung Serbaguna yang besar. Karena kami akan menyambut kedatangan Bapak Kapolri. Jadi acara dibuat besar-besaran, bahkan rencananya akan diadakan jalan santai untuk masyarakat yang hadiahnya juga beragam nantinya. Anggota lion king sudah tentu datang semua, di saat upacara. Sementara Senja, dia terus berada di dekat Mama dan Papa bersama ajudan yang lainnya. Hari ini dia terlihat begitu cantik, menggunakan seragam coklat polwannya. Aku sampai senyum-senyum sendiri, saat pertama kali melihatnya di rumah tadi. Berbagai perlombaan yang diikuti oleh polisi, Polwan, Ibu Jenderal dan ada masyarakat umum juga dilakukan. Mama dan Senja ikut lomba make-up. Jadi, para Ibu Jenderal akan didandani oleh ajudan mereka yang perempuan. Aim yang ikut, langsung memegang kamera yang dibelikan oleh Kak Cepi. Dia sibuk merekam Cece Cia kesayangannya, saat memoles make-up ke wajah Mama. "Waduh, Ib
Karena Mama masih tidak enak badan, akhirnya aku memutuskan untuk membawa Senja ikut lagi dengan tim Lion king patroli malam. Kali ini kami menyusuri daerah, yang menuju ke pelabuhan. Jalanan terlihat ramai oleh mobil-mobil besar bermuatan berat. Seperti biasa, Senja ikut denganku berboncengan motor. "Bang, itu kenapa ada anak-anak dibawah umur kumpul-kumpul di depan minimarket," ucap Senja. Aku langsung memberikan kode pada anggota lion king yang lain, untuk mendekati anak-anak itu. Beberapa dari mereka berhamburan lari, tapi berhasil dikumpulkan lagi oleh anggota yang lain. Setelah semuanya berkumpul, baru terlihat kalau mereka berwajah anak SMP. Ada delapan anak perempuan, dan dua orang laki-laki dewasa seperti awal dua puluhan. "Ayo digeledah barang-barang bawaan dan tubuhnya," ucapku pada anggota."Siap Ndan!"Aku mendekati Senja, yang sedang menggeledah para anak perempuan. "Kalian masih kecil-kecil ya, usia berapa kalian?" tanya Senja. "Kelas tiga SMP kak," jawab merek
Setelah acara pernikahan Kak Cepi dan Bang Fikri yang fenomenal, kami semua kembali ke rutinitas pekerjaan. Malam ini kami kembali patroli, dan Senja ikut. Karena Mama sedang tidak enak badan, jadi beliau hanya di rumah yang sudah dipenuhi oleh ajudan serta petugas jaga yang selalu siaga di post depan rumah. Aku dan Senja menggunakan motor berdua, dan kami berhenti di depan sebuah rumah susun yang di depannya penuh oleh pemuda dan pemudi tanggung sedang nongkrong. Senja turun, dan langsung menangkap seorang pemuda yang berusaha menyembunyikan sesuatu di pos satpam yang kosong dan kotor. "Kamu sembunyiin apa itu?" tanya Senja, sambil menunjuk ke arah bawah meja. "Nggak ada Kak, itu cuma sampah rokok," elaknya.Aku berdecak kesal, dan mengambil bungkus rokok yang pemuda itu buang. Saat aku buka isinya, ternyata paket kecil berisi sinte atau tembakau sintetis. "Kamu pengedar atau hanya pemakai?" tanyaku. "Nggak ada Pak, saya juga nggak tahu itu punya siapa. Lihatlah, ada banyak sa
Akhirnya hari pernikahan Kak Cepi dan Bang Fikri datang juga. Tentu saja aku ikut bahagia, tapi lebih bahagia lagi saat mendengar berita Andrew ditugaskan ke Indonesia Timur. Karena hal itulah, pernikahannya dengan Senja terpaksa diundur sampai masa tugasnya selesai. Sebab tempat bertugasnya itu, tidak memungkinkan untuk membawa istri.Sebenarnya bisa saja mereka menikah, dan Senja tinggal bersama kedua orang tua Andrew. Tapi waktunya juga terlalu mepet, jadilah mereka terpaksa menunda pernikahan yang memang belum sempat mempersiapkan apapun itu. Alhamdulillah, pokoknya! Dari satu minggu yang lalu, rumahku sudah dipenuhi oleh berbagai macam barang hantaran. Banyak keluarga juga berkumpul, tapi mereka menginap di hotel yang sudah dibooking khusus selama sepuluh hari. Senja dan yang lainnya sudah berangkat ke gedung, dari jam empat pagi. Karena dia dan beberapa penari lainnya, harus bersiap-siap make-up serta memakai baju menarinya. Acara akad diadakan di sebuah masjid, yang letakny
Malam minggu ini, aku berencana mengajak Senja nonton di bioskop lagi. Karena Aim sudah ikut dengan Friska dan Johnson, untuk jalan-jalan ke mall. Katanya Johnson ingin membelikan Aim peralatan renang yang lengkap. Aku mengetuk pintu kamar Senja, dan tidak lama sang pemilik kamar membukakan pintu. "Nja, kita nonton film di bioskop yuk," ajakku."Boleh, tapi izin dulu sama Ibu.""Tadi Abang sudah izin, soalnya Abang mau ajak kamu makan malam diluar juga."Senja langsung tersenyum senang, dan bersiap-siap. Tidak lama Senja keluar kamar, dengan menggunakan dress panjang berlengan pendek warna pink dipadukan dengan make-up tipis yang membuatnya terlihat menawan. Tidak lupa dia memakai rambut sambungnya, karena aku memang selalu request pada Senja untuk memakai rambut panjang setiap kami jalan bersama. Tapi mimpi buruk datang menyapa, saat kami sudah akan masuk mobil datang mobil Andrew. Dan yang lebih menyebalkan adalah, Sandra juga berada di dalam mobil itu. Keduanya turun, dan meny
Alhamdulillah, operasi Bang Aidan berjalan dengan lancar. Tapi Bang Aidan masih koma, bahkan setelah dua minggu tetap tidak ada perubahan yang positif. Sampai akhirnya malam ini, Bang Sandi dan Kak Ani datang ke rumahku untuk menemui Senja. "Ada apa Sandi dan Ani?" tanya Papa. "Kami datang kesini untuk meminta maaf pada Senja. Karena Mami kami sudah mengatakan hal yang sangat menyakiti hati Senja. Aidan rencananya akan dibawa berobat ke Singapura, InsyaAllah besok pagi berangkatnya. Tolong bantu doa juga, semoga Adik kami itu bisa diberi kesembuhan dan bisa beraktivitas kembali seperti semula," ucap Bang Sandi. "Nggak apa Bang Sandi, dari awal saya nggak merasa marah ataupun tersinggung dengan ucapan Ibu Kamila. Dan doa terbaik, InsyaAllah akan selalu saya panjatkan untuk Bang Aidan," ucap Senja tulus. Bang Sandi dan Kak Ani tersenyum lega, lalu mereka pamit pulang. Karena keduanya ikut ke Singapura, menemani Bang Aidan sampai sembuh. Setelah semuanya masuk ke kamar masing-masin
Kami mendengar suara mobil digas dengan kencang, lalu berlalu dengan kecepatan tinggi. Ibu Kamila dan Bapak Jaya langsung panik, dan meminta para ajudan mereka untuk mengejar mobil Bang Aidan yang melaju dengan sangat kencang. Kami juga khawatir, akhirnya aku ikut berlari ke mobil untuk mengejar Bang Aidan. Ternyata Senja ikut, dan dia langsung masuk ke dalam mobilku duduk di sebelahku. "Bang, kenapa mobil Bang Aidan tidak terlihat?" tanya Senja khawatir. "Sepertinya Bang Aidan mengendarai mobil dengan kecepatan diatas seratus, tapi kita berdoa saja semoga tidak akan terjadi sesuatu yang buruk," ucapku, mencoba menenangkan Senja. Tapi tidak lama kami mendengar suara dentuman yang sangat keras. Aku menambah kecepatan mobil, dan tidak jauh terlihat mobil yang dikendarai Bang Aidan sudah terbalik. Para ajudan Pak Jaya berhamburan keluar mobil, mencoba mengevakuasi Bang Aidan. Karena takut mobil itu meledak. Sementara Ibu Kamila dan Pak Jaya terlihat syok. Aku ingin melarang Senja