Share

Sabrina

Paginya, aku dan Kukuh berlari pagi di car free day. Malamnya, memang kami sudah berjanji olahraga bersama. Lebih tepatnya, aku yang mengajaknya. Sejak menginap di rumah Papa, aku dan Kukuh menjadi teman sama seperti Sabia.

Aku yang seperti menemukan teman bicara selain Risa. Kami duduk di warung bubur ayam pinggir jalan.

“Lu yakin makan di sini?” Tanya Kukuh.

“Memangnya kenapa?” Tanyaku balik.

“Nggak. Takut aja perut lu kejang-kejang.”

“Santai.”

“Ini bubur ayam langganan gue dan Sabia,” ucapnya.

“Lu sering ajak Sabia olahraga?”

Dia mengangguk. Dua gelas teh hangat dan dua mangkuk bubur ayam disajikan di depan kami. Perutku mulai meraung meminta diisi.

“Iya.” Kukuh menyesap tehnya. “Gue yang olahraga, dia yang makan.”

Aku tertawa. Seseru itu pertemanan mereka. Aku bahkan tak punya waktu untuk pergi dengan teman-temanku. Bukan lebih tepatnya, memangnya aku punya teman?

“Pantas aja badannya tetap gemuk,” ucapku terkekeh. “Kami bahkan nggak pernah makan bersama.

Kukuh menghentikan suapa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Daanii Irsyad Aufa
untung Sabia ikut ayahnya,bisa langsing mendadak kalo ganti ikut emaknya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status