Anak Kembar yang Dibedakan

Anak Kembar yang Dibedakan

By:  Mumtaza wafa  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
7 ratings
54Chapters
13.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Lahir dengan keadaan kembar tak akan pernah Sabia dan Sabrina inginkan jika ternyata jadi ajang perbandingan. Mama yang selalu menuntut Sabrina tampil sempurna, dan Papa yang selalu ingin Sabia menjadi orang sukses. Bagaimana keduanya menjalani kehidupan?

View More
Anak Kembar yang Dibedakan Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Yu Na
romens komedi lucu bangat...
2024-04-18 08:28:26
0
user avatar
Amie Atie
suka sama ceritanya, bahasanya ringan, ada lucunya, romantisnya, kekeluargaannya, konfliknya jga pas bgt gk berlebihan, ......
2023-12-04 19:28:26
0
user avatar
Uchiha Nåmìkaze Shanzec
seru.....lucu .....dan baper.........
2023-11-26 00:11:45
0
user avatar
Achmad Reyhan
bagus banget ceritanya. ............. bikin ngakak tp romanis bikin gemesh.
2023-08-26 21:59:17
1
user avatar
Allif Aisyah
keren suka baget bacanya
2023-06-22 10:13:34
2
user avatar
Talita Latit
mudah2an nyampe tamat
2023-05-13 23:54:32
1
user avatar
Maulida
udah aku tunggu2 ceritanya nih moga sampai tamat
2023-04-30 14:38:47
2
54 Chapters
Sabia
BREAKING NEWSSelebgram cantik pendatang baru, Sabrina Maryam mendapat penghargaan sebagai duta kecantikan. Aku menatap layar ponsel yang menampilkan foto cantik Sabrina—kembaranku. Ada denyut didada. Iri? Tentu saja. Dia selalu lebih beruntung dan bersinar dariku. Sejak dulu.Kami kembar, tapi tak serupa. Jika berpikir saudara kembar akan mempunyai wajah sama dan ikatan batin yang kuat, kalian salah. Bahkan, ketika aku di bully saat sekolah dulu, dia hanya diam saja. Sungguh tak berperi kesaudaraan.Dia cantik, aku tidak.Dia tinggi, aku tidak.Dia langsing, aku ... bahkan seperti bundelan karung beras.Nasib Sabrina selalu beruntung, aku kebalikannya. Satu-satunya yang dapat aku banggakan adalah aku pintar. Jangan heran kenapa, karena kenyataannya seperti ini.Dia mirip sekali dengan Mama, dan aku sangat mirip dengan Papa. Mama yang cantik, tinggi dan putih, menurunkan gennya ke Sabrina. Sungguh Sabrina sangat serakah mengambil semua kecantikan Mama tanpa menyisakan sedikit pun pada
Read more
Sabrina
Aku membaca komentar-komentar di sebuah akun gosip diaplikasi I*******m. Berita tentangku yang mendapat penghargaan sempat viral di berbagai media sosial.Gyu**Memang cantik banget sih, dia.Kumal*aPrestasi dia apa?YunjayGue suka liat konten dia, bagus sih. Besok kawinEh bukannya dia punya kembaran ya?Kembaran?Kami bahkan tak layak disebut kembar. Kami berbeda. Dia mirip Papa, dan aku lebih mirip Mama. Beruntungnya aku karena mewarisi hampir seluruh kecantikan Mama. Tapi Sabia—kembaranku mewarisi kecerdasan Papa yang seorang dosen di universitas negeri yang cukup terkenal di Jakarta. Itulah yang membuatku merasa sangat kesal dengannya. “Sabrina, coba kamu belajar lebih giat lagi seperti Sabia agar mendapat nilai yang lebih baik,” ucap Papa ketika aku memberi kertas hasil ulangan.Aku melirik Sabia dengan mata melotot. Sabia menunduk. Cupu. Dia bahkan tak belajar sama sekali. Hobinya membaca komik atau novel. Membosankan sekali hidupnya.“Sabia mendapat nilai sempurna, kamu se
Read more
Sabia
“Serius ini gue?” tanyaku tak percaya setelah melihat pantulan dicermin. Puput mengangguk.“Nggak nyangka ternyata gue cantik juga,” ucapku bangga sambil meraba wajah yang kini mirip dengan Sabrina.“Lu tuh cantik, Bia,” puji Puput. “Tapi lu songong nggak mau glow up. Bangga banget dengan muka dekil lu itu.”“Entar gue pikir-pikir dulu. Lagian ini demi naskah gue yang mau dijadikan series.”“Akhirnya setelah lima kali ganti makeup ada yang cocok juga sama muka lu, Bi,” ujar Puput lega.Aku tertawa membayangkan betapa kesalnya muka Puput setengah jam yang lalu saat aku memprotes hasil riasannya. Ya iyalah, siapa yang nggak protes kalau request biar jadi Lisa blackpink malah jadinya kek emak-emak mau kondangan.Menor.“Lu nggak sadar diri, Bia,” kesal Puput saat aku memprotesnya. “Muka lu juga pas-pasan, lu malah ngelunjak minta dibikin biar kek si Lisa.”“Ya kan katanya lu biasa makeup-in artis.”“Gue MUA, bukan dokter plastik!” protes Puput sambil menoyor kepalaku. Ish, bisa bodoh ak
Read more
Sabrina
Lelaki di hadapanku bernama Kukuh Ardi. Kami baru saja berkenalan tadi saat sampai di warung bakso.“Teman main Sabia di saat suka maupun duka,” katanya.Aku mengernyit. Sungguh romantis sekali. Itu teman main apa teman hidup?“Jadi—lu juga tahu tentang gue?” Tanyaku lagi.“Tentu.” Dia kembali menikmati baksonya. “Kalian anak kembar yang beda nasib.”“Kami hanya beda jalan,” protesku.“Sama saja.”Terserahlah. Aku lebih suka menikmati baksoku dari pada menanggapi omongan Kukuh. Kapan lagi aku bisa bebas memakan apa pun yang ku mau. Mama tak akan tahu.“Lu nyaman tinggal sama nyokap lu?”Aku menghentikan kunyahanku. Kenapa dia ingin tahu?“Lu tahu, Sabia nggak pernah nyaman tinggal di rumah nyokap kalian, karena selalu dibandingkan sama lu.”“Gue juga merasakan hal yang sama, kalo lu mau tahu. Gue seperti hidup tanpa kemauan gue sendiri. Entah, rasanya berat banget harus menuruti keinginan Mama.”“Jadi, lu melakukan semua kerjaan dengan terpaksa?” tanya Kukuh lagi. Kepo sekali dia.Aku
Read more
Sabia
Aku mencoba fokus pada layar laptop di depanku. Menjadi seorang penulis adalah keinginanku sejak SMP. Hobi membaca dan menulis buku diary, membuatku terbiasa menyusun setiap kalimat yang muncul di kepala menjadi sebuah tulisan.Aku memasukkan karakter Mama pada tokoh antagonis yang sedang ku tulis. Siapa suruh marah-marah terus, inilah akibatnya jika membuat masalah dengan penulis. Karaktermu bakal diabadikan di dalam tulisan.“Hapus, deh,” ucapku menghapus tulisan tentang Mama. Bisa dikutuk jadi cantik kalau ketahuan. Lagi pula aku juga masih menaruh hormat pada Mama dan tak ingin dianggap durhaka. “Bisa bantu Mama?” “Astaghfirullah!”Bikin kaget saja! Mama tiba-tiba muncul dibalik pintu.“Apa?” tanyaku malas.“Keluarlah,” ucap Mama.Pintu kamarku ditutup lagi. Tanpa mematikan laptop, aku menyusul Mama yang berjalan lebih dulu.“Mama habis belanja bulanan.” Mama menunjuk pada beberapa kantong belanjaan yang berserakan di dapur.“Kebetulan yang biasa bantu-bantu sedang pulang, bisa
Read more
Sabrina
[Ingat, Bri, sore nanti ada casting.]Pesan dari Mama aku abaikan. Kabarnya, produser dari series yang akan aku bintangi adalah Pak Rully—bos Sabia.Melihat interaksi Sabia dengan bosnya, sepertinya mereka sudah lama dekat. Bahkan, mereka terlihat akrab. Berbeda denganku yang introvert, Sabia selalu bisa mencairkan suasana. Pembawaannya yang apa adanya selalu membuatnya cepat akrab dengan orang lain.Aku?Teman pun selalu datang dan pergi jika sudah menumpang pada ketenaranku. Setelah tadi melakukan pemotretan untuk barang-barang endors, seperti biasa aku akan mereview beberapa produk kosmetik yang kugunakan.Aku menyalakan kamera untuk melakukan live di akun sosial mediaku. Pengikutku sudah lumayan banyak, sekitar sembilan ratus ribu.“Hai gaes, kali ini aku mau bikin make up tipis-tipis, pokoknya simpel banget buat kalian yang kepingin hang out bareng besti,” ucapku menyapa beberapa orang yang mulai mengikuti live-ku.“Nah, ini dia.” Aku menunjukkan tepat di kamera beberapa produk
Read more
Sabia
“Saya masih nggak menyangka kalau kamu kembaran Sabrina,” kata Pak Rully menatapku curiga.Setelah Papa dan Sabrina pulang, aku dan Pak Rully masih duduk di restoran untuk rapat. Katanya.Aku berdecak. “Nggak usah heran gitu deh, Pak.”“Kamu yakin bukan anak pungut?” E buset itu mulut. “Astaghfirullah. Mulut enak benar ngomong.”“Ya, kan, siapa tahu.”“Bapak nggak liat muka Papa saya? Kami mirip loh.”“Iya sih, mirip bulatnya.”Astaga.Hampir saja aku melempar gelas jus di depanku kalau tak ingat kalau dia bosku.“Jadi intinya Bapak ngajak saya ke sini untuk apa?” tanyaku mengalihkan pembicaraan.“Saya mau besok kamu ikut ke lokasi.”Ck. Padahal bisa kirim pesan saja, kenapa mesti suruh datang? Bilang saja kalau kangen. “Pulsa Bapak habis?”Dia menggeleng. “Kuota habis?”Dia menggeleng lagi. “Kamu mau belikan kuota?”“Idih, ogah!”Dia ketawa. Matanya menyipit. Kok ganteng?Astaghfirullah! Sadar Sabia. Dia bos menyebalkan tukang bully. “Sepertinya kalian nggak terlalu akrab.”Aku
Read more
Sabrina
Di tengah riuh para talent yang mengikuti casting, aku memperhatikan bagaimana Pak Rully dan Sabia berinteraksi di depan sana. Sungguh, aku masih penasaran dengan apa yang Sabia lakukan.Apakah dia asisten Pak Rully?Aku melirik Mama yang juga ternyata memperhatikan mereka. “Kamu lihat Sabia?” Tanya Mama.Aku mengangguk. “Sepertinya dia punya peran penting di sini.”Aku mengangguk setuju. Beberapa kali dia seperti bicara pada sutradara dan juga Pak Rully. “Dia kelihatan dekat dengan Pak Rully.”“Dia bos Sabia, Ma.”“Oh, ya? Apa Sabia asistennya?”Aku menggeleng. Tidak tahu. “Lakukan yang terbaik, Sabrina. Setelah ini giliran kamu.”Aku mengembuskan napas. “Walaupun nggak dapat peran utama, tapi kamu harus dapat peran di series ini. Kamu tahu sendiri kalo series yang sedang digarap sedang di gandrungi.”“Ma—““Dengarkan saja apa kata Mama, Sabrina.”Series yang akan digarap diadopsi dari novel bergenre romansa komedi yang sedang digandrungi. Katanya, novelnya bahkan menjadi best sell
Read more
Sabia
“Jangan ngandi-ngandi ya, Pak! Bapak bukan tipe saya.”“Terbalik, Sabia.”Oh, iya. Sabia mah, sadar diri.Sudahlah, yang waras mengalah. Dari pada dipecat tidak terhormat, dan nggak dapat pesangon. Rugi bandar.Sejak casting dimulai, Mama dan Sabrina terus memperhatikanku. Entah apa yang mereka pikirkan. Aku sedikit menahan napas ketika Sabrina memerankan tokoh yang ku ciptakan. Gadis sederhana yang tak cantik, namun baik hati. Kayak aku. “Sepertinya karakter Sabrina cocok dengan tokoh gendis,” ucap Pak Rully yang duduk di sebelahku.Aku bergeming. Sebenarnya memang cocok, tapi agak sedikit gengsi jika aku harus jujur. Ternyata dia juga punya bakat akting, pantas saja dulu jago berbohong. Aku masih ingat bagaimana dulu Sabrina pura-pura sakit, padahal aku tahu dia sengaja bolos sekolah.Belum lagi dia yang mengadu pada Mama kalau aku tak membantunya saat ujian, padahal dia sama sekali tak mengerjakannya. Alhasil, aku kena marah Mama karena tak memberi jawaban soal padanya.Dan bany
Read more
Sabrina
Paginya, aku dan Kukuh berlari pagi di car free day. Malamnya, memang kami sudah berjanji olahraga bersama. Lebih tepatnya, aku yang mengajaknya. Sejak menginap di rumah Papa, aku dan Kukuh menjadi teman sama seperti Sabia.Aku yang seperti menemukan teman bicara selain Risa. Kami duduk di warung bubur ayam pinggir jalan.“Lu yakin makan di sini?” Tanya Kukuh.“Memangnya kenapa?” Tanyaku balik.“Nggak. Takut aja perut lu kejang-kejang.”“Santai.”“Ini bubur ayam langganan gue dan Sabia,” ucapnya. “Lu sering ajak Sabia olahraga?”Dia mengangguk. Dua gelas teh hangat dan dua mangkuk bubur ayam disajikan di depan kami. Perutku mulai meraung meminta diisi.“Iya.” Kukuh menyesap tehnya. “Gue yang olahraga, dia yang makan.”Aku tertawa. Seseru itu pertemanan mereka. Aku bahkan tak punya waktu untuk pergi dengan teman-temanku. Bukan lebih tepatnya, memangnya aku punya teman?“Pantas aja badannya tetap gemuk,” ucapku terkekeh. “Kami bahkan nggak pernah makan bersama.Kukuh menghentikan suapa
Read more
DMCA.com Protection Status